Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengakselerasi Kesempatan Memperoleh Pendidikan di Era Industri 4.0 (Sebuah Ikhtiar Menuju Peradaban Lamakera[1])

29 Juni 2020   14:46 Diperbarui: 24 Maret 2023   08:16 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. H. M. Ali Taher Parasong, S.H., M.Hum. (Sang Inisiator Peradaban Lamakera dan sekaligus Putra Kandung Lamakera, suaraislam.id)

Sejatinya kehadiran sebuah perubahan seperti revolusi industri 4.0 juga memberi implikasi terhadap berbagai bidang, baik politik, ekonomi, maupun sosial budaya, termasuk pendidikan. Pertanyaan kemudian muncul di benak kita (saat ini) adalah bagaimana mendesain dan membuat strategi pendidikan yang mampu beradaptasi dengan sebuah era yang mensyaratkan kemampuan personal dan kolektif secara memadai itu? 

Revolusi industri 4.0 sejatinya sudah tidak dapat lagi dielakkan. Hanya generasi yang mampu beradaptasi dan mampu bersaing, yang dapat survive. Indonesia (termasuk juga kita, warga Lamakera) sebagai bagian dari entitas dunia juga tidak bisa melepaskan diri dari  pengaruh kecenderungan global akibat era milenial (era industri 4.0). [24] 

Pertama, berlangsungnya revolusi digital yang pengaruhnya semakin kuat mengubah sendi-sendi kehidupan, kebudayaan, peradaban, dan kemasyarakatan, termasuk pendidikan. Kedua, semakin tegasnya fenomena abad kreatif yang menempatkan informasi, pengetahuan, kreativitas, inovasi, dan jejaring sebagai sumber daya strategis bagi  individu, masyarakat, korporasi, dan negara. Ketiga, terjadinya integrasi belahan-belahan dunia yang semakin intensif akibat internasionalisasi, globalisasi, hubungan-hubungan multilateral, dan teknologi. 

Dengan demikian sudah sangat jelas seperti apa profil SDM generasi Indonesia (juga Lamakera[25]) yang harus dipersiapkan di masa depan, bahkan sejak masa sekarang ini melalui akses pendidikan yang layak dan berkualitas. Harus ada link and match antara penguasaan pengetahuan teoritis dan kemampuan untuk menghubungkan dan menerapkannya pada kehidupan dunia kerja dan masyarakat.

Tantangan lain di era industri 4.0 ini adalah, bagaiamana mempersiapkan lembaga pendidikan harus menyesuaikan perubahan itu dengan oritentasi dan literasi baru dalam bidang pendidikan? Literasi lama yang mengandalkan baca, tulis dan matematika harus diperkuat dengan mempersiapkan literasi baru yaitu literasi data, literasi teknologi dan literasi SDM. Literasi data adalah kemampuan untuk membaca, analisa dan menggunakan informasi dari data dalam dunia digital. Literasi teknologi adalah kemampuan untuk memahami sistem mekanika dan teknologi dalam dunia kerja. Sedangkan literasi sumber SDM, yakni kemampuan berinteraksi dengan baik, tidak kaku, dan berkarakter.[26] 

Kecenderungan ke arah sana sudah tidak dapat lagi terelakkan. Dengan demikian sebagai generasi yang berharap dapat bisa mengambil peran dalam setiap gerak sejarah, baik itu politik, ekonomi, maupun sosial budaya dalam era yang sangat kompetitif tersebut, maka harus dapat mempersiapkan diri secara sebaik-baiknya sejak dini. 

Berdasarkan gambaran karakteristik era atau revolusi industri tersebut, maka konsep pendidikan yang dapat memenuhi harapan itu adalah pendidikan berbasis era industri 4.0. Pendidikan 4.0 merupakan respons terhadap kebutuhan revolusi industri 4.0 di mana manusia dan teknologi diselaraskan untuk menciptakan peluang-peluang baru secara kreatif dan inovatif.[27] 

Maka konsep pendidikan yang relevan di era industri 4.0 perlu dilakukan adalah dengan mengembangkan kurikulum yang sesuai dan tetap relevan,[28] baik untuk saat ini maupun masa selanjutnya. Sehingga kita tidak lagi mengenal istilah ganti menteri ganti kurikulum. 

Dengan kurikulum pendidikan 4.0 yang dikembangkan nanti harus berbasis[29], yaitu 1) kemampuan siswa dalam dimensi akademik, keterampilan hidup, kemampuan untuk hidup bersama dan berpikir secara kritis dan kreatif; 2) keterampilan tak kasat mata seperti keterampilan interpersonal, berpikir global, dan literasi media dan informasi; dan 3) kurikulum juga harus dapat membentuk siswa dengan penekanan pada bidang science, technology, engineering, and mathematic (STEM), merujuk pada pembelajaran berbasis TIK, internet of things, big data dan komputer, serta kewirausahaan dan magang. 

Selain tiga hal di atas yang harus menjadi perhatian utama terhadap peserta didik dalam kurikulum pendidikan di era industri 4.0, tak kalah pentingnya adalah menyiapkan guru yang kompeten dan profesional. Tentu saja kompetensi dan profesinalitas para guru itu harus sesuai dan sejalan dengan tuntutan karakteristik era industri 4.0. 

Dengan demikian kompetensi yang dipersyaratkan bagi seorang guru sehingga bisa bersaing secara kompetitif di era industri 4.0[30], yaitu: 1) guru harus memiliki kompetensi mengajar dan mendidik, literasi media, competence in globalization, competence in future strategies, dan konseling; 2) guru juga perlu memiliki sikap ramah teknologi, kolaborasi, kreatif dan mengambil risiko, memiliki selera humor yang baik, serta mengajar secara holistik; dan 3) sekolah dan guru perlu mempertimbangkan pembelajaran terbuka dan daring dalam memutuskan bagaimana menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun