Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memimpikan Lamakera sebagai Epicentrum Peradaban (Sebuah Highlight Halalbihalal)

9 Juni 2020   12:53 Diperbarui: 9 Juni 2020   13:02 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tahu bahwa secara historis Lamakera telah hadir dan sangat diperhitungkan di kancah politik regional. Belum lagi kalau kita menelususri jejak Lamakera dalam bidang pendidikan, hampir tidak terbantahkan, untuk ukuran regional, NTT, misalnya. Apalagi pada konteks kekinian, sudah ada anak kandung Lamakera, 2 (dua) orang sekaligus yang berhasil duduk sebagai anggota dewan yang terhormat.

Jejak kedua orang tersebut dapat ditelusuri dengan karya aktual dan faktual mereka hari ini seperti tertangkap indera di Lamakera. Satu, pengembangan pada bidang pendidikan, yakni sejak Kakanda H. M. Ali Taher Parasong menjadi anggota dewan, kemudian di belakang menyusul adinda Ahmad Johan, sudah mendapat perhatian yg sangat serius, terutama di Lamakera. Dan menurut saya aspek ini yang harus terus diperkuat untuk proses pemberdayaan SDM dalam rangka menciptakan posisi tawar (bargaining position) yang lebih kuat bagi anak Lewotanah untuk berkiprah dalam kancah yang lebih luas.

Dua, penataan dan perbaikan infrastruktur secara massif di Lamakera. Mulai dari masuknya instlasi dan pemasangan jaringan listrik dan air, pembangunan dermaga (pelabuhan) penghubung/penyeberangan antarpulau pesisir, pembuatan tanggul pembatas rob di pinggir pantai, dan yang paling penting adalah infrastruktur pendidikan dengan pembangunan dan renovasi lembaga pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan menengah. Selanjutnya konversi beberapa lembaga pendidikan yang sebelumnya dikelola oleh yayasan swasta menjadi sekolah negeri.

Tiga, pemetaan terhadap potensi daerah agar dapat dikembangkan baik dari sisi ekonomi, pariwisata (bahari), wisata budaya dan seni, maupun potensi sosial budaya lainnya, tentu saja juga politik unuk mendukung pengembangan SDM pada tataran pemberdayaan (empowerment) potensi umat. Maka perlu ada data base potensi SDM maupun potensi-potensi lainnya untuk mendukung terwujudnya "era baru" Lamakera.

The Future : Lamakera sebagai Epicentrum Peradaban Islam di NTT

Mungkinkah Lamakera mampu mengusung obsesi dan visi besar Dr. H. M. Ali Taher Parasong sebagai epicentrum peradabaran Islam di NTT? Sebuah pertanyaan yang wajar dan retoris ketika mencoba melakukan telaah historis dan membandingkan dengan kondisi faktual hari ini.

Sebagai pembicara kunci (keynote speaker) pada acara Halal Bi Halal Virtual Generasi Lamakera, dan juga sebagai anggota DPR RI, Kanda H. M. Ali Taher Parasong telah menjabarkan secara konkrit obsesi dan sekaligus visi besar ingin menjadikan Lamakera sebagai epicentrum peradaban Islam di tingkat regional, NTT.

Jalan ke arah sana untuk mewujudkan obsesi dan visi tersebut dalam satu dekade terakhir telah coba beliau rintis dan implementasikan. Pertama, dengan secara proaktif menginisiasi dan memberikan kontribusi langsung dalam merampungkan pembangunan Masjid Al-Ijtihad Lamakera, hingga dapat diresmikan pada tahun 2011 lalu. Padahal renovasi dan pembangunan simbol peradaban Islam Lamakera itu  sudah berbilang tahun. Dengan kiprah beliau di tingkat nasional, berikut melalui konektivitas yang beliau bangun, Alhamdulillah, masjid megah itu kembali menjadi pusat penyebaran dan penyemaian peradaban Islam.

Kedua, membangun infrastruktur pendidikan dan merintis jalan konversi lembaga pendidikan yang diselenggarakan yayasan swasta menjadi sekolah/madrasah negeri. Otomatis semua pembiayaan pendidikan menjadi kewajiban negara melalui alokasi anggaran di APBN.

Ketiga, masuknya instalasi dan jaringan listrik dan air. Sekedar mengingatkan bahwa selama masa rezim Orde Baru, Lamakera mendapat stigma negatif dalam hal preverensi dan afiliasi politik sehingga mengalami masa-masa suram, termarginalkan secara sosial-politik dan ekonomi.

Keempat, pembangunan infrasrtuktur pelabuhan penyeberangan, tanggul pantai untuk mencegah rob, dan infrastruktur jalan raya, tidak terlepas dari kehadiran beliau sebagai putra daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun