Mohon tunggu...
emnis wati
emnis wati Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Seorang guru dari SDN 012 Surya Indah di Kecamatan Pangkalan kuras. Sekarang pindah ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Pengawas sekolah Dasar di Kabupaten Pelalawan. Saat ini tengah menekuni belajar menulis cerpen. Motto: Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perlu Perhitungan

23 Agustus 2022   14:22 Diperbarui: 23 Agustus 2022   14:27 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi ini aku pergi ke pasar bersama teman-teman. Awalnya kesepakatan dari rumah  hanya ingin belanja kebutuhan dapur. Mobil kami parkirkan di depan TOSERBA yang baru buka di dekat pasar tersebut. Karena hujan belum  reda, terlebih dahulu kami  semua masuk ke Toserba  itu. 

Semua serba ada, barang dalam negeri maupun luar negeri. Soal harga sangat bervariasi,  mulai dari harga termurah sampai yang termahal. Tinggal pilih dan ambil sesuai keiginan pembelinya. Aku punya prinsip, kalau tak membeli yang penting sudah melihatnya.  Hatipun sudah terasa senang.

Semua yang ada di sini menggoyahkan iman, yang akhirnya akan  menghabiskan duit untuk belanja barang-barang yang dianggab belum penting . Sudah terasa capek keliling di dalam TOSERBA. Akhirnya aku memilih  duduk di samping kasir sambil memainkan ponsel. 

Supaya tidak bosan menunggu teman yang tengah asik berkeliling sambil  memilih barang  yang mau mereka beli.  Biar nyaman minta izin pada petugas Toserba untuk istirahat  sampai teman selesai berbelanja.

Akhirnya mereka datang menghampiriku. Membawa barang-barang belanjaan yang begitu banyak. Aku hanya membatin banyaknya duit yang akan dikeluarnya nanti.

" Wati, kamu yakin gak mau membeli salah satu barang yang ada di sini nanti kamu nyesal, lho," ujar Nina padaku. Aku hanya tersenyum dan berkata dalam hati aku lebih mementingkan belanja  keperluan dapur biar anak-anakku besok bisa makan dengan nyaman. Nina meningalkan belanjaannya padaku dan pergi  mencari barang yang akan diambil lagi.

Hujan pun reda teman-teman masih antrian di kasir. Belanjaan Nina ( bukan nama sebenarnya)  sudah di hitung oleh petugasnya. Dia sangat kaget ketika melihat total belanjaan berjumlah tiga juta rupiah. Aku melihat dia mengeluarkan uang hanya satu juta. 

Petugas memintanya untuk mengambil barang sesuai dengan total belanjaannya. Terpaksa dia harus menyerahkan barang tersebut. Rasa kecewa  terlihat dari raut wajahnya. Kasihan, namun apalah daya tujuan awal berubah seketika.  

Tiga temanku yang lain  barang  yang dibelinya melebihi belanjaan Nina. Namun mereka, tidak ada masalah dengan pembayarannya karena  mereka memang banyak duit. Akhirnya Nina tak bisa belanja untuk kebutuhan dapurnya.  Kami sebagai teman  mengambil inisiatif untuk membelikannya  serba sedikit yang penting ada.  Kami iuran seiklasnya. 

Kami cepat-cepat  mencari dan membeli semua keperluan dapur.  Tak ingin membuang- buang waktu dan salah belanja. Kebutuhan keluarga yang utama harus didahulukan. Hidup rukun dan  damai di dalam keluarga itu yang membuat kita bahagia.

Sebelum naik ke mobil kami memberikan sedikit belajaan buat Nina. Kelihatannya dia sangat senang, senyumnya itu membuktikan segalanya. Sungguh suatu pembelajaran yang dapat kami ambil hikmahnya.Betapa pentingnya suatu pengetahuan atau ilmu dalam semua aspek kehidupan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun