Mohon tunggu...
Denny Boos
Denny Boos Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Perempuan asal Tobasa. Menyukai hal-hal sederhana. Senang jalan-jalan, photography, sepedaan, trekking, koleksi kartu pos UNESCO. Yoga Iyengar. Teknik Sipil dan Arsitektur. Senang berdiskusi tentang bangunan tahan gempa. Sekarang ini sedang ikut proyek Terowongan. Tinggal di Berlin.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menelusuri Bekas Kamp Konsentrasi Sachenhausen di Berlin

6 April 2017   00:35 Diperbarui: 6 April 2017   22:00 1360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sudah sejak lama aku mengulur waktu untuk mengunjungi bekas Kamp Konsentrasi Sachenhausen, Berlin ini. Alasan utamanya, aku merasa belum siap saja melihat tempat itu mengingat latar belakang peristiwa mengerikan yang pernah terjadi. Namun, setelah kesekian kalinya orang menanyakan perihal tempat ini, dan, aku merasa penjabaran dari apa yang dibaca itu masih kurang pas, akhirnya Sabtu kemarin memutuskan untuk pergi bersama Bang Steph.

Awalnya, karena cuaca cukup bagus dan kita pun sehari sebelumnya merencanakan mau sepedaan atau jalan-jalan. Setelah makan siang, aku malah (kumat) isengnya lalu tanya bang Steph apakah mau ke Sachenhausen atau tidak. Eh, dia mau saja lalu siapin ini itu. Nggak enak hati sendiri, walau sadar waktunya mungkin nggak akan cukup, tapi aku juga nggak meralat keinginan pergi ke sana. "Biar sedapatnya saja." kupikir gitu.

Siapa yang tidak merinding mendengar kata Kamp Konsentrasi? Cerita kekejaman yang pernah tersimpan dibalik tempat ini pernah membelalakkan mata dunia, dan, sampai saat ini pun masih meninggalkan kesan yang sama (buat saya). 

Sejarah masa lalu yang gelap itu memang enggan untuk dibicarakan, utamanya di Jerman, mereka tidak senang ditanya perihal satu ini (perlu dicatat kalau ketemu orang Jerman, jangan ngebahas ini kecuali sudah sangat dekat). Karena semua juga sadar bahwa peristiwa tersebut meninggalkan luka bagi kemanusiaan. Namun tidak bisa ditutupi bahwa kita juga belajar menjadi lebih baik dari sejarah, bukan?

Adalah Sachsenhausen, bekas kamp konsentrasi Nazi yang berjarak sekitar 37 Km dari pusat kota Berlin-Jerman dan bisa ditempuh dalam 43 menit dengan mobil atau sekitar 1,5 Jam dengan kereta api. Saat ini, sisa bangunan dan tanahnya digunakan sebagai memorial dan museum yang dibuka untuk umum dengan gratis. Ya, Jerman membuka diri perihal sejarah Sachenhause secara tidak langsung. Yang pasti, untuk informasi yang lebih akurat, kita bisa menyewa audio guide seharga 3 Euro (sekitar 42 ribu rupiah) yang tersedia dalam 5 bahasa termasuk bahasa Inggris. Jangan tanya kenapa nggak ada bahasa Indonesia tersedia ya...

IMG_1112.JPG
IMG_1112.JPG
(Model Sachenhause)

Oh ya, kita juga bisa ikut tour guide yang dikenakan seharga 14 Euro/orang (sekitar 199 ribu rupiah). Tapi kalau kita menyewa audio guide, kita juga akan dapat peta lokasi, ini juga lebih dari cukup. Untuk catatan saja, bagi mereka yang menyukai sejarah, untuk mendapatkan kunjungan yang maksimal, mungkin ada baiknya menyediakan waktu lebih dari 3 jam kunjungan (hanya untuk ngunjungin area, belum termasuk waktu perjalanan).

IMG_1115.JPG
IMG_1115.JPG
(Bekas tembok Kamp Konsentrasi yang masih berdiri kokoh)

Menuju Kamp Konsentrasi, kita akan melewati bekas tembok serta menara pengintai. Di beberapa bagian tembok, kita bisa melihat foto-foto beserta informasi tentang kehidupan di masa itu.

IMG_1120.JPG
IMG_1120.JPG
(Seragam tahanan. Tahanan yang sudah tinggal tulang)

IMG_1136.JPG
IMG_1136.JPG

Gedung baru sebagai Museum

IMG_1149.JPG
IMG_1149.JPG

Jepretan keren si abang, kek gitu dia biasanya jepret nggak bilang-bilang. Jadi entah lagi  gimana gitu orangnya, terserah. Oh ya, ini di depan pintu utama masuk Kamp Konsetrasi seperti foto kami di atas.

IMG_1135.JPG
IMG_1135.JPG

Museum dan pintu utama, diambil dari gerbang utama. Sementara di sebelah kiri foto ini adalah rumah kediaman komandan saat itu.

IMG_1159.JPG
IMG_1159.JPG

Di pintu utama ada slogan "ARBEIT MACHT FREI", atau "work sets you free" dan tulisan seperti ini ditemui dibeberapa kamp konsentrasi lainnya.

Dari tahun 1936 hingga jatuhnya Nazi bulan Mei 1945 tempat ini utamanya digunakan untuk tahanan politik. Awalnya, Sachsenhausen dibangun sebagai pusat pelatihan tentara SS (para militer dibawah Adolf Hitler), tempat ini tidak dimaksudkan untuk menjadi tempat eksekusi. 

Iya, awalnya tempat ini dibuat untuk menjadi standar kamp konsentrasi yang lain termasuk dalam desain arsitektur nya juga dalam perlakuan terhadap tahanan. Tahanan perang di sini awalnya dijadikan sebagai pekerja bangunan untuk misi pembangunan kembali kota Berlin pasca perang dunia. Namun berangsur pembunuhan sistematis dilakukan pada tahun 1942 dengan memindahkan sejumlah besar tahanan Yahudi ke Auschwitz. Seiring dengan itu juga, tahun 1943 dibangun kamar gas dan oven di Saschenhausen yang memfasilitasi pembunuhan tahanan dalam jumlah yang lebih besar secara tidak langsung. 

IMG_1172.JPG
IMG_1172.JPG

(Area kamp konsentrasi dilihat dari tower A, atau, bangunan di atas pintu masuk utama. dari sini lah biasanya komandan men-check semua keberadaan kamp konsentrasi)

Sebagian bangunan kamp konsentrasi memang sudah rata dengan tanah, seperti foto di atas, hanya diberi penanda saja. Namun, ada beberapa bangunan yang bisa dikunjungi sekaligus dijadikan pameran. Di sana, kita bisa membayangkan bagaimana hidup dan keseharian mereka saat itu. 

IMG_1180.JPG
IMG_1180.JPG

Tulisan "zona netral" ini adalah pengingat untuk tidak dilewati tahanan. Di batas ini, ada pengecualian aturan, dimana tahanan diijinkan ditembak mati oleh tentara penjaga tanpa aba-aba dan peringatan. 

IMG_1183.JPG
IMG_1183.JPG

(Perspektif zona netral. Setelah dilapisi kawat berduri, masih ada tembok)

Yang paling banyak dikunjungi adalah bekas "small camp" tempat para tahanan Yahudi. Sebagian sudah rata dengan tanah, namun barak 38 dan 39 adalah contoh yang masih berdiri dan dibuka. Di sini, kita bisa melihat tempat membersihkan badan yang sangat kecil dan tiap hari ada sekitar 400 tahanan laki-laki mengantri di sana, dalam waktu 30 menit harus selesai. Tau kan? Itu juga ada bagian tembak mati. Lalu, penggunaan toilet yang dibatasi pagi dan sore hari. Diantaranya ada ruang yang pengap dan sempit tempat menghukum tahanan, tepatnya menyiksa. Macam-macam caranya. Di barak ini juga bisa dilihat tempat tidur tahanan dan alat-alat yang dipakai. 

IMG_1188
IMG_1188

Barak 38 dan barak 39


IMG_1190.JPG
IMG_1190.JPG

Ruangannya berderet

IMG_1205.JPG
IMG_1205.JPG


(tempat membersihkan badan, dan di sebelah kanan itu, diakhiri dengan mencuci kaki dengan air dingin)

IMG_1192.JPG
IMG_1192.JPG
(tempat tidur bersusun para tahanan)

IMG_1218.JPG
IMG_1218.JPG
(Bersebelahan dengan barak ini, ada penjara yang juga disediakan tempat penyiksaan tahanan)

IMG_1216.JPG
IMG_1216.JPG
(salah satu ruang penjara)

Dan yang pasti, tempat lain yang menjadi mimpi buruk di masa itu adalah tempat eksekusi yang ditempatkan di luar barak. Pada awalnya, cara eksekusi adalah dengan tahanan digantung dan ditembak mati. Tahun selanjutnya, ada yang dimasukkan di kamar gas dan jenazahnya dikremasi. Dicatat sekitar 200.000 orang dipenjara di tempat ini. 10.000 orang meninggal karena kelaparan, penyakit, bekerja keras, uji coba medis, atau ditembak mati oleh tentara SS. 

IMG_1254.JPG
IMG_1254.JPG
Di sinilah tahanan itu ditembak mati dan digantung. Sengaja dibuat di bawah tanah dan dengan dinding kayu biar kedap suara. 

IMG_1260.JPG
IMG_1260.JPG
Setelah ada nya ruang gas, tahanan tidak lagi dibunuh dengan cara ditembak mati atau digantung. Foto di atas adalah bekas kamar-kamar gas itu. 

IMG_1262.JPG
IMG_1262.JPG
Perangkat besi di sebelah kanan dan kamar-kamarnya, adalah tempat jenazah para tahanan dikremasi. Saat itu, tahanan yang meninggal selain karena digas, juga dikremasi.

Aku berpikir, sebenarnya ada berapa orang yang meninggal tidak wajar di kamar gas? Karena dicatat 10.000 orang meninggal karena kelaparan, penyakit, bekerja keras, uji coba medis, atau ditembak mati oleh tentara SS itu adalah kematian yang wajar :( 

Kita tidak bisa menutup mata dengan sejarah yang terjadi, sekelam apapun itu. Karena dengan itu, juga, bisa memecut diri untuk terus memperbaiki ke arah kehidupan yang lebih terarah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun