Mohon tunggu...
Emitha Thamrin
Emitha Thamrin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Taubat dan Takwa, Mitigasi Utama

4 Oktober 2018   08:57 Diperbarui: 4 Oktober 2018   15:06 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada setiap kejadian ada hikmah, ada pelajaran. Manusia tidak mau jatuh dua kali pada lobang yang sama. Semisal, siswa yang dapat nilai jelek harus belajar tekun agar nilainya bagus. Karyawan yang ditegur atasannya harus memperbaiki kinerjanya agar diapresiasi.

Bencana yang menimpa Palu dan Donggala sangat luar biasa. Gempa. Tsunami. Likuifaksi. Penjarahan. Fitnah. Kurang apa coba derita masyarakat di sana. Sudah jatuh tertimpa tangga.

Bagi yang beriman bencana adalah ujian. Tapi bagi pelaku maksiat, bencana adalah azab.

Sungguh telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. (Surah Ar Ruum : 41).

Berkaca pada kisah umat terhadulu, umat Nabi Nuh ditenggelamkan karena tidak mempercayai kenabian Nabi Nuh. Kaum Ad diazab karena mengingkari Allah dan kerasulan Nabi Hud. Kaum Madyan diserang hawa panas dan disambar petir ketika meremehkan dan menolak kerasulan Nabi Syuaib. Kaum Tsamud dihadiahi suara guntur dari langit yang memekakkan telinga karena mendustakan kenabian Nabi Shalih. Kaum Sodom dihujani batu dari langit karena prilaku seks menyimpang/LGBT.

Mari kita lihat situasi di sekitar saat ini. Perilaku maksiat merajalela. Perusakan moral, prilaku seks menyimpang/ LGBT, peredaran minuman keras, prostitusi, seks bebas, syirik atas nama pelestarian adat dan budaya, fitnah dan banyak penyakit sosial lainnya.

Di tingkat yang lebih tinggi, hukum Allah diinjak-injak. Keluar statement hukum konstitusi di atas hukum agama adalah bukti nyata.

Cukuplah azab yang ditimpakan pada umat terdahulu menjadi pelajaran bagi kita.

Allah berfirman: Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang? Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu? Namun kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku. Sungguh, orang-orang yang sebelum mereka pun telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka betapa hebatnya kemurkaan-Ku! (Surah Al Mulk 16-18)

Tulisan ini tidak sedang menghakimi korban bencana. Kita berempati pada mereka. Tetapi mendiamkan kemaksiatan yang ada di lokasi bencana sebelum dan setelahnya adalah pengingkaran terhadap logika dan ayat-ayat Allah.

Dalam situasi apapun nahyi mungkar tetap harus disampaikan. Karena azab Allah tidak ditimpakan hanya pada pelaku maksiat tetapi juga pada orang-orang bertakwa tetapi berdiam diri terhadap kemaksiatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun