Mohon tunggu...
Emil Siallagan
Emil Siallagan Mohon Tunggu... Mahasiswa Tugas Belajar -

"Calon Kasubsi"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ramai- Ramai Berbagi Hoax

14 Mei 2016   00:56 Diperbarui: 14 Mei 2016   18:12 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber :www.pearltrees.com

Dalam era digita lsaat ini, laju arus informasi tidak lagi dapat di bendung. Semua orang dapat mengakses berita kapan saja dan dimana saja melalui kecanggihan alat komunikasi.Berbagi konten baik berita maupun gambar menjadi konsumsi publik dan lahan bagi beberapa orang pragmatis untuk mencari keuntungan dengan menyebarkan konten yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Informasi antara fakta maupun opini terkadang menjadi sulit untuk dibedakan Celakanya sebagian dari kita menelan bulat-bulat informasi yang disajikan tanpa terlebih dahulu kroscek kebenaran berita tersebut. Tidak jarang konten-konten tersebut menimbulkan kegaduhan saat menjadi viral di berbagai media sosial.

Viral mungkin kosakata yang sudah lama dikenal oleh orang-orang yang berkecimpung di dunia internet marketing. Namun bagi masyarakat awam kata viral mungkin baru populer dalam beberapa tahun belakangan. Apa sih pengertian viral? viral lebih dikenal sebagai metode penyebaran pesan dengan menggunakan teknologi, baik itu internet maupun mobile. Viral erat kaitannya dengan konten. Viral sendiri dalam internet-markater dibutuhkan untuk mempromosikan suatu bisnis, istilah awamnya dari mulut ke mulut.

 Namun seiring berkembangnya penggunaan media sosial konsep viral ini tidak hanya pada dunia internet marketing, berita, foto, video , musik dapat menjadi sesuatu yang viral dengan cara mudah. Dahulu untuk membagikan suatu konten tidaklah praktis karena kita harus meng-“copy-pastelink kemudian dibagikan.Untuk foto malah kita harus terlebih dahulu menyimpan dan harus mengunggah kembali pada media sosial kita.Dengan adanya Opsi berbagi yang disematkan pada media sosial,saat ini membagikan konten-konten yang kita anggap menarik menjadi mudah.

Mungkin bagi kalangan muda istilah Retweet,Repost, Regram, Repath dan berbagai  istilah keren lainnya sudah menjadi kosakata yang menambah perbendaharaan kata . Arti dari kata-kata tersebut sebenarnya sama, yaitu mengirimkan ulang konten yang pernah dikirimkan atau diposkan orang lain. Apabila dirasa konten itu menarik bagi sesorang dan bermanfaat bagi maka opsi berbagi menjadi sebuah pilihan. Yang biasanya menjadi viral adalah gambar-gambar lucu dan menarik seperti meme, begitupun dengan video. Berita-berita juga tidak jarang menjadi viral terutama yang memuat isu-isu terkini. Siapapun bisa menjadi viral dan terkenal di dunia internet, terutama bagi mereka yang berjiwa kreatif dan memiliki kemampuan untuk menyajikan konten-konten menarik.

Namun saat ini para pengguna internet mulai gerah dengan pola penyebaran konten yang mulai kebablasan. Kebablasan dalam arti tidak mengindahkan orang-orang yang terhubung dan dapat melihat linimasanya. Konten-konten yang berbau SARA, bully dan hoax saat ini yang paling banyak berseliweran di jagad dunia maya,terkadang konten tersebut malah diperoleh dari sumber tidak jelas. Kebiasaan kita menelan mentah-mentah tanpa kroscek terlebih dahulu semakin mempermudah penyebaran informasi menyesatkan seperti ini.

Berita hoax merupakan  salah satu jenis konten yang sering menjadi viral. Menurut Wikipedia hoax itu adalah Sebuah pemberitaan palsu sebagai usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut adalah palsu. Salah satu contoh pemberitaan palsu yang paling umum adalah mengklaim sesuatu barang atau kejadian dengan suatu sebutan yang berbeda dengan barang/kejadian sejatinya. Entah kenapa berita hoax begitu mudahnya tersebar terutama berita yang mengandung isu sensitif terutama SARA dan politik.Hingga muncul sebuah anekdot yang menyebutkan penyeberan hoax lebih cepat dari kecepatan cahaya.

Pasti di linimasa anda pernah muncul gambar dengan caption “ketik angka 2 maka lihat apa yang akan terjadi” atau kalimat seperti ini “ketik amin dan “share” maka anak ini akan sembuh”. Mengetik angka 2 memang bukanlah hal yang sulit dan mendoakan orang sakit adalah sesuatu yang mulia. Namun sadarkah kita bahwa ada bisnis di balik itu semua? Beberapa orang mengambil keuntungan dengan membagikan foto orang lain yang sedang kesusahan untuk keuntungannya semata. Atau tentang penyakit menjijikkan yang disebabkan binatang aneh yang dapat mengakibatkan jari-jari beruam.Hal-hal seperti ini sering sekali kita temui di linimasa kita dan tentu saja membuat jengah.

Konten yang memuat isu-isu agama juga menjadi dagangan laris pengelola media berita abal-abal untuk meningkatkan trafik website mereka.Namun terkadang kita tidak mau tahu dan lebih suka menerima berita tersebut terutam bila konten tersebut berisi berita yang mendiskreditkan tokoh yang kita tidak sukai ataupun kelompok yang bersebrangan dengan kita. Isu-isu kampanye hitam dan berita-berita bernuansa SARA sangat sering terlihat walau tidak ada bukti konkrit yang dapat menjelaskan kebenaran berita tersebut. Terkadang berita-berita seperti ini menimbulkan kegaduhan dan perang komentar untuk membenarkan pihak masing-masing. Kata-kata vulgar dan sumpah serapaah sudah  menjadi hal yang tidak tabu lagi untuk membela para junjungannya.Jelaslah para penyebar konten ini selain untuk mendapatkan keuntungan dari internet sekaligus juga ingin mengaburkan pola pikir para pembaca. Selain itu berita-berita hoax sengaja disebar sebagai untuk membentuk opini di masyarakat.

Kita berhak menegur siapapun yang menyebarkan berita hoax dengan cara memberikan argumen dan melampirkan link berita asli yang lebih kredibel.Namun biasanya para penyebar Hoax hanya menanggapi dengan enteng “Saya kan hanya membagikan, masalah kebenarannya bukan tanggung jawab saya”.Itu bagi merka yang mengakui bahwa konten yang mereka sebar itu hoax,bagaimana jika mereka bersikukuh bahwa berita itu adalah benar? Yang terjadi biasanya adalah debat kusir yang semakin mempertontonkan kebodohan si penyebar hoax.

Lalu kenapa masyarakat kita mudah menelan mentah-mentah berita hoax? Yang pertama mungkin karena kita malas untuk mencari kebenaran suatu berita. Sikap kritis memang dibutuhkan untuk memilah berita-berita yang layak untuk dicerna. Yang kedua Isu SARA menjadi isu panas gampang kita terima.Percaya atau tidak, jika berita hoaxberkaitan dengan agama yang kita anut, maka kita dengan mudah percaya kepada berita tersebut.Dan yang terakhir masyarakat kita berkiblat kepada media yang tidak jelas alias abal-abal. Media yang jelas kredibilitasnya tidak mungkin menyebarkan berita hoax.

Sebagai pengguna internet yang bijaksana, sudah sepatutnya kita mulai memilah konten mana yang pantas untuk dikonsumsi oleh publik, terutama orang-orang pada lingkaran kita. Ada baiknya kita melakukan kroscek terlebih dahulu dengan mencari sumber berita yang kredibel dan dapat dipercaya. Apabila sumber tersebut dipercaya dan berguna bagi orang lain silahkan bagikan, namun bila sumber berita tersebut tidak jelas maka lebih baik urungkan niat anda untuk membagikan konten tersebut. Alih-alih memberikan mafaat,Menyebarkan berita Hoax malah dapat membuat kita terlihat bodoh karena percaya akan hal-hal yang belum tentu kebenarannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun