Mohon tunggu...
Emil Bachtiar
Emil Bachtiar Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ojek 2 Work

23 Juni 2010   03:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:21 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah sejak tahun 2004 para pencinta sepeda memimpikan suatu jalur khusus untuk sepeda di Jakarta. Mereka telah melakukan kampanye, membentuk organisasi Bike to Work pada tahun 2005, bahkan melakukan studi banding ke Bogota Kolombia. Mereka juga menularkan gaya hidup bersepeda dengan membentuk Bike to School, Bike to Campus dan lain-lain. Bersepeda lebih hemat bagi penggunanya, karena harga sepeda lebih murah dari sepeda motor dan tidak perlu membayar BBM, lebih sehat, mengurangi polusi dan mengurangi kemacetan.

Awalnya mereka mendapat dukungan dari Fauzi Bowo, sejak masih menjadi Wakil Gubernur. Dukungan tersebut tetap diberikan setelah Fauzi Bowo menjadi gubernur. Mungkin kita masih ingat Fauzi Bowo pernah mengimbau pengelola Gedung Perkantoran untuk menyediakan fasilitas parkir khusus dan kamar mandi untuk para pekerja yang bersepeda. Pembangunan jalur khusus sepeda juga sudah masuk dalam agenda perencanaan transportasi di Jakarta yang diharapkan bisa direalisasikan pada tahun 2010 ini. Pembangunan jalur khusus sepeda ini bisa merupakan solusi yang murah bagi Pemprov dalam mengatasi kemacetan lalu lintas.  Lebih murah dibandingkan penyediaan moda transportasi umum. Beberapa walikota juga sudah membuat ancang-ancang untuk mendukung kebijakan jalur khusus sepeda ini.

Namun rencana ini kemudian ditunda, dengan alasan pengguna sepeda masih sedikit. Artinya, manfaat yang diperoleh dari pembangunan sepeda, yaitu berkurangnya kepadatan lalu lintas karena pengguna kendaraan bermotor beralih menggunakan sepeda terlalu kecil dibandingkan kemacetan yang ditimbulkan akibat berkurangnya kapasitas jalan.

Sebetulnya ketidak-layakan jalur khusus sepeda ini sudah bisa dilihat dengan kasat mata. Kapasitas jalan raya saat ini sudah sangat terbatas karena ketidak-seimbangan antara pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor dan pertumbuhan jalan. Pembangunan jalur khusus busway beberapa tahun yang lalu sempat memancing penolakan dan tanggapan keras dari masyarakat karena menambah kemacetan. Perlu waktu beberapa tahun agar masyarakat kota terbiasa dengan keberadaan jalur busway. Itupun dengan kompromi bahwa kendaraan bisa menggunakan jalur busway ketika lalu lintas macet, yang pada akhirnya keberadaan busway dan jalur khususnya menjadi tidak efektif.

Kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas tidak sekedar dipicu oleh keterbatasan kapasitas jalan, melainkan juga keberagaman pengguna jalan dengan tingkat kepentingan dan disiplin yang berbeda. Selain mobil dan motor yang memenuhi jalan, kita memiliki berbagai moda transportasi umum, seperti taksi, metro mini dan angkot yang berhenti di sembarang tempat, serta bajaj yang kecepatannya terbatas. Belum lagi mobil-mobil besar seperti truk dan bus-bus khusus. Selain itu ada gerobak pedagang dan pemulung. Lalu ada pedagang bersepeda dan pejalan kaki yang menyeberang jalan di sembarang tempat. Keragaman ini tentunya menghambat kelancaran lalu lintas.

Belum lagi kita bicara soal disiplin lalu lintas. Jalur khusus busway dengan seenaknya diterabas oleh berbagai kendaraan, baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Trotoar sudah digunakan juga oleh pengendara motor, pedagang dan pengemis. Bisa dibayangkan, jalur khusus sepeda akan diisi oleh sepeda motor, gerobak dan lain-lain.

Bagi Pemprov DKI membuat jalur khusus sepeda motor mungkin lebih mendesak dibandingkan jalur khusus sepeda, karena jumlah sepeda motor di Jakarta sudah sangat banyak. Sekarang ini jalur khusus sepeda motor hanya basa basi berupa cat pada jalan, dan sepeda motor juga masih harus bercampur dengan kendaraan lainnya. Jadi bukan merupakan jalur khusus. Bagi para pencinta sepeda yang memang memiliki niat yang tulus untuk membantu mengurangi kemacetan lalu lintas, mungkin dapat menggunakan sepeda motor dan meminta Pemprov untuk membuat jalur yang benar-benar khusus untuk sepeda motor. Rasanya lebih mudah Pemprov memenuhi permintaan ini karena alasan pengguna sepeda motor masih sedikit tidak bisa digunakan. Jumlah sepeda motor sudah sangat membeludak.

Dengan menggunakan sepeda motor, paling tidak para aktivis bersepeda ini bisa mengurangi kemacetan lalu lintas melalui pengurangan jumlah keragaman kendaraan di jalan raya. Bagi yang belum punya motor atau tidak bisa mengendarai motor, mungkin bisa menggunakan jasa ojek. Sedangkan bagi yang takut naik motor, bisa menggunakan angkot. Mungkin para aktivis bisa memulai kampanye Ojek 2 Work dan Angkot 2 Work. Bagaimana?

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun