Mohon tunggu...
emha albana
emha albana Mohon Tunggu... Jurnalis, Film Maker, Auhtor, Konten Kreator

Hanya pelaku dalam peradaban, penulis di negeri yang enggan membaca, konten kreator zero capital, jurnalis tanpa media, rakyat tanpa pengakuan, seniman tanpa galery, saya tidak hebat tapi terlatih.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pro-Kontra Makanan Bergizi Gratis, Perlukah Di-Evaluasi?!

1 Maret 2025   23:30 Diperbarui: 1 Maret 2025   22:30 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Program Makan Bergizi Gratis Di Bali ( Foto : Gerindra Bali )

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto pada 6 Januari 2025 telah memicu berbagai tanggapan di masyarakat. Program ini bertujuan untuk memberikan makanan bergizi kepada anak-anak sekolah dan ibu hamil guna mengatasi masalah malnutrisi dan stunting yang masih tinggi di Indonesia.

Namun, di balik tujuan mulia ini, muncul berbagai pertanyaan mengenai efektivitas program, terutama dalam hal anggaran dan distribusi yang belum merata. Dengan anggaran sebesar Rp71 triliun, apakah program ini merupakan langkah paling tepat dalam menyehatkan bangsa, atau ada alternatif kebijakan yang lebih efektif? 

Anggaran Besar, Manfaat Maksimal? 

Pemerintah telah mengalokasikan Rp71 triliun untuk tahap awal pelaksanaan program MBG pada tahun 2025. Program ini direncanakan menjangkau sekitar 19,5 juta anak sekolah dan ibu hamil pada tahap awal, dengan target perluasan hingga mencakup 83 juta orang pada tahun 2029. 

Namun, besarnya anggaran yang dialokasikan menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas dan efisiensinya dalam menyehatkan ekonomi negara. Apakah dana sebesar itu benar-benar akan berdampak luas dalam jangka panjang, atau justru hanya menjadi program jangka pendek yang sulit dipertahankan? 

Tantangan Distribusi: Belum Merata di Banyak Daerah 

Selain persoalan anggaran, program ini juga menghadapi tantangan dalam hal distribusi yang belum merata. Di beberapa daerah, seperti Kabupaten Bandung, sejumlah sekolah melaporkan bahwa mereka belum menerima program MBG. Sementara di Kota Bandung, program ini baru menjangkau 14 sekolah yang tersebar di wilayah Husein Sastranegara, Kecamatan Cicendo, dan Kecamatan Sukajadi. 

Ketidakmerataan ini menimbulkan pertanyaan mengenai kriteria penentuan sekolah penerima serta efektivitas distribusi program. Jika distribusi tidak segera merata, tujuan program untuk mengatasi stunting dan meningkatkan gizi siswa bisa terhambat, terutama bagi daerah-daerah yang sangat membutuhkan bantuan makanan bergizi. 

Alternatif Penggunaan Anggaran: Apakah Ada Pilihan yang Lebih Efektif? 

Melihat besarnya anggaran yang dikeluarkan, ada baiknya pemerintah dan masyarakat berpikir lebih luas. Dengan Rp71 triliun, banyak sektor lain yang bisa diperkuat untuk menyehatkan ekonomi bangsa secara berkelanjutan, misalnya: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun