Mohon tunggu...
Mabate Wae
Mabate Wae Mohon Tunggu... profesional -

senior citizen

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Beras Plastik, Hoax? Jangan Jangan Adalah Beras Cerdas, Beras Tiruan, Beras Analog? Nah Lho yang mana?

23 Mei 2015   15:15 Diperbarui: 10 Juli 2015   14:35 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

”Beras Cerdas” adalah Beras Tiruan Hasil Sebuah Rekayasa.

”Beras Cerdas” sebenarnya direkayasa secara kebetulan oleh sebuah tim peneliti Universitas Jember, yaitu saat mereka melakukan penelitian mengolah ”mocaf”, pada tahun 2004. Muncul gagasan, mocaf dapat dimanfaatkan guna bahan sumber bahan pangan pokok pengganti, berupa beras buatan yaitu ”Beras Cerdas”. Bahan campuran utamanya berupa campuran mocaf, jagung, protein susu, dengan bahan tambahan untuk meningkatkan kandungan protein serta sifat fungsionalnya.

"Mocaf" merupakan produk turunan yang berasal dari tepung singkong/tapioka dan setelah melalui modifikasi sel singkong lewat fermentasi, menghasilkan karakteristik khas, sehingga dapat digunakan sebagai bahan campuran berbagai makanan dengan cakupan sangat.luas, mencakup berbagai jenis makanan, seperti mie, bakeri, kukis hingga makanan semi basah, karena sangat mirip tepung terigu, dll.

 

http://1.bp.blogspot.com/-U99N7Qx5gy4/UVGVfOov58I/AAAAAAAAAI8/l1aA5IkyTnY/s1600/images.jpg
http://1.bp.blogspot.com/-U99N7Qx5gy4/UVGVfOov58I/AAAAAAAAAI8/l1aA5IkyTnY/s1600/images.jpg
Gambar "Beras Cerdas"

 

Penciptanya mendapuknya sebagai ”Beras Cerdas” dan ia mendaulat bahwa beras tiruan ciptaanya tersebut, memiliki keunggulan lebih antara lain, berbahan baku sederhana, yaitu singkong, yang berharga murah. mudah diproses dengan teknologi yang sederhana dan murah, dan dapat diproduksikan dengan peralatan sederhana. Cara mengkonsumsinya juga mudah untuk dimasak, cukup siram dengan air panas sampai air terserap (seperti mi instan, nasi goreng instan dll), lalu dikukus selama 10 menit. Siap di santap.

Karena sifat fisiknya berbeda, maka mungkin bila dimasak dengan cara biasa, misalnya utk membuat bubur nasi, tentu akan menghasilkan bubur nasi yang sama sekali tak memiliki kemiripan seperti bubur nasi biasa, ini mungkin yang menyebabkan keterkejutan seorang ibu ketika menanak nasi ini memiliki penampilan yang berbeda hasilnya. Lebih mirip hasil memasak tepung singkong atau hunkwee, karena aturan memasaknya memang cukup disiram air panas, lalu ditanak selama 10 menit, baru mirip menanak nasi hasilnya.Jika diluar prosedur itu tentu saja bakal jadi seperti bubur tepung!. Karena memang bukan beras asli!.

Kelebihan lainnya adalah, memiliki kandungan protein, serat, vitamin dan mineral tinggi. Bebas gluten. Berkadar gula rendah. Beras ciptaannya dibuat dalam lima variasi. yaitu, reguler, fortifikasi (Bisa ditambahkan zat zat tertentu yg dibutuhkan) untuk kebutuhan anak masa pertumbuhan, pendertita kolesterol, dan diabet.

Tekstur kepulenan, memang seperti nasi biasa, tetapi ada sedikit aroma dan rasa khas hasil olahan singkong (tiwul, gaplek?) yaitu ada aroma agak apek. Namun sebagai alternatif selingan pengganti beras dengan berkandungan gizi sepadan tentu sangat membantu upaya diversifikasi bahan dan ketahanan pangan dari keadaan paceklik beras.

Produksi ”Beras Cerdas”

Di kota Jember, menurut berita ANTARA, akan dibangun 12 pabrik :Beras Cerdas” di tahun 2013. Percepatan diversifikasi pangan tersebut memang dirancang sebagai sebuah alternatif untuk mengurangi ketergantungan mutlak pada beras..

Rencana bakal ada tambahan 12 pabrik ”Beras Cerdas” yang akan dibangun di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Demikian menurut Prof. Dr. Achmad Subato, pencipta ”Beras Cerdas” tersebut di Jember.

”Beras Cerdas” ditemukan tim peneliti di Universitas Jember saat mengolah mocaf tahun 2004, ternyata mocaf bisa digunakan sebagai bahan sumber pangan pokok, yaitu ”Beras Cerdas”. Formulanya yaitu dengan mencampurkan mocaf, jagung, protein susu, dengan bahan tambahan untuk meningkatkan kandungan protein dan sifat fungsionalnya.

Proses produksi, saat ini bekerja sama dengan BKP pusat, Kementerian Pertanian dan BKP Jawa Timur mendirikan empat pabrik model, masing-masing berkapasitas dua ton per hari di Kabupaten Jember, Ponorogo, dan Blitar, Jawa Timur.

Beras cerdas telah diperkenalkan kepada warga di Jawa Timur melalui program peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan sasaran keluarga miskin. Di Kecamatan Jelbuk dan Sumber Baru, Jember, setiap keluarga sasaran menerima bantuan BKP sebanyak 10 kilogram beras cerdas. Ini bukan pengganti raskin.

Beras tersebut akan dipasarkan pada tingkat harga Rp. 7000/kg, namun masyarakat hanya bersedia menerimanya pada tingkat harga Rp. 5000/kg di tahun 2013. Prof. Ahmad Subagio. PhD mengakui, bahwa harga beras cerdas memang masih berat, karena tak bertaut terlalu jauh dari beras asli. Masalahnya adalah, pada bahan baku, tepung singkong yang mencapai Rp 4.000/kg. Setelah diproses, harga pokok beras cerdas menjadi Rp 6.500/kg. Apalagi kini Indonesia mengimpor singkong pula,” keluhnya. (syamsul hadi)

Di kota Bogor, Menurut Peneliti dari F-Technopark Institut Pertanian Bogor telah berhasil merekayasa produk pangan pokok pengganti mirip beras. Produk tersebut, dinamakannya "beras analog".

"Produk mirip beras yang kita kembangkan, dibuat dari tepung lokal selain beras dan terigu," kata Direktur F-Tecnopark Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Dr Slamet Budijanto, kepada Antara. Bahan yang digunakan IPB hampir mirip dengan bahan bahan yang dipergunakan oleh Universitas Jember, maupun negara negara lainnya.

IPB menyebutnya beras artifisial, beras tiruan atau lainnya. Menurut Prof. Dr. Slamet produk pangan tersebut memanfaatkan bahan tepung lokal, seperti sorgum, sagu, dan umbi-umbian. Bahan bisa diperkaya dengan campuran pangan seperti serat, antioksidan dan bahan lainnya sesuai keinginan.

Di negeri tetangga, seperti China dan Filipina, beras tiruan ini menggunakan bahan beras menir/beras pecah, dicetak menjadi beras utuh, sedangkan untuk kebutuhan fortifikasi vitamin atau mineral tertentu, dan fortifikasi zat besi dapat pula ditambahkan.

Mengenai teknologi pembuatannya, menurut Prof.DR. Slamet, Technopark menggunakan teknologi ekstrusi, menggunakan "tween screw extruder" dengan "dye" yang dirancang khusus dengan mengatur kondisi proses dan formulanya. Secara umum, teknologi ekstrusi memungkinkan untuk melakukan serangkaian proses pengolahan seperti mencampur, menggiling, memasak, mendinginkan, mengeringkan dan mencetak dalam satu rangkaian proses.

Hoax atau Missinformasi

Mengutip Citizen6, Jakarta. Dugaan beredar dan adanya beras plastik bermula dari seorang penjual nasi dan bubur yang menemukan keanehan beras yang ia masak. Karena, beras plastik tersebut memiliki rasa dan bau dan sifat bubur yang berbeda dari beras biasa.

Bilamana beras plastik tersebut memang mengandung senyawa plastik yang menjadi bahan baku pipa plastik, bila dikonsumsi jangka panjang tentu berdampak membahayakan bagi tubuh.

Namun timbul keraguan mengenai kebenaran beras plastik tersebut, karena pihak Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) belum bisa mengungkap misteri beras plastik, pihak Kementrian Kesehatan pun masih meneliti beras yang diduga mengandung plastik.

Ada beberapa kejanggalan baik mengenai beras plastik atau rekaman video yg diduga pabrik beras plastik tersebut, antara lain:

1. Di video 'Pembuatan Beras Plastik Asal Cina', tidak ada informasi bahwa yang diproduksi adalah beras

2. Sifat utama plastik turunan hidrokarbon adalah hidrofobik atau tak menyukai air.

3. Beras plastik seharusnya tidak tenggelam/mengapung.

4. Ada pula yang mengatakan bahwa beras plastik terbuat dari kentang atau umbi yang dilapisi plastik

5. Untuk menguji beras asli dan 'beras plastik', hendaknya diuji di laboratorium.

Munculnya keraguan tersebut, antara lain karena ketidak jelasan maupun kepastian atas sifat sifat phisik conto beras plastik yang di amati, disamping rekaman video juga tak jelas menunjukkan bahwa mereka memang memproduksi beras. Pembuatan pelet adalah hal standard dalam sebuah proses pembuatan dan produksi bijih plastik.

Jika kita amati beras tiruan, tentu ia akan bersifat (2) akan menyerap air serta (3) tenggelam dan (4) terbuat dari kentang atau umbi. Dari ketiga sifat tersebut, nampaknya beras plastik ini lebih mendekati pada sifat ”Beras Cerdas”, ”Beras Analog” atau ”Beras Tiruan”, dlsbnya

Dengan beredarnya beras tiruan dipasar secara bebas, dimana beras tiruan tersebut merupakan produk barang industri dan bukan lagi bahan baku, jadi termasuk menjadi produk olahan makanan dan minuman. Tanggung jawab tentu berada pada Badan Pengawas Obat dan Makanan yang harus bertanggung jawab meloloskan produk tersebut ke pasaran, melalui perijinan dan pengawasan BPOM, Departemen Perdagangan dan Departemen Industri. Sebagai produk Industri tentu harus melewati ijin BPOM terhadap isi dan kandungan produk tersebut. Demikian juga kementerian perdagangan dan Perindustrian, oleh karena produk tersebut tidak memberi informasi secara jelas dan jujur pada konsumen, serta tetap menggunakan nama "beras", tentu produsennya dapat dikenai tuntutan "memalsukan dan menipu" konsumen. Walaupun maksudnya memang jelas dan baik, tetapi tetap saja sebagai produk sintetis dan tiruan harus jelas dibedakan, agar tidak mengelabui konsumen. Nah, sekarang siapa yang berani bertanggung jawab, setelah kemelut beras plastik menjadi isue sosial politik dan ekonomi, hayo angkat tangan!

Kesimpulan

1. Gejala adanya Beras Plastik telah beredar di pasar di sinyalir di negara negara Asia Tenggara, namun belum jelas dipastikan secara laboratorium.

2. Universitas Jember dan IPB Bogor melakukan penelitian pembuatan beras rekayasa atau ”Beras Tiruan”

3. Beberapa tahun yang lalu telah pula diproduksikan di Indonesia, Filipina, Malaysia ”Beras Cerdas”,”Beras Tiruan”, ”Beras Analog”, Beras Tiruan” dll.

4. Diduga Beras Plastik adalah berita Hioax semata, karena yang telah dipasarkan dalam skala industri di Indonesia adalah beras rekayasa produksi Jember, dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun