Belakangan ini, kita dibuat cemas dengan adanya beras plastik di pasar, benarkah sudah sedemikian tak beretika dan tak bertanggung jawabnya pengusaha pengejar laba memburu laba dengan cepat dan singkat. Jadi pertanyaan, sudah sedemikian parahkah masyarakat kita, dan dimana fungsi dan tanggung jawab negara menjaga keselamatan dan kesehatan warganegaranya, lewat Lembaga Konsumen, Badan POM, Departemen Perdagangan dan Industri dll.
Tentu saja hal tersebut tak bakal muncul secara tiba tiba, karena memang sedang terjadi peningkatan kebutuhan pemenuhan ”demand” beras yang cukup tinggi di negeri kita. Untuk menjawab tuntutan atas meningkatnya demand beras, maka pemerintah, lembaga perguruan tinggi, pemerintah daerah dan badan usaha mencoba mengatasinya dan melakukan terobosan dengan melakukan penelitian menciptakan ”Beras Tiruan”, ”Beras Analog” dlsbnya.
Beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Jember di Jawa Timur, dan juga di IPB Bogor maupun negara negara tetangga telah pula melakukan upaya ke arah tersebut, dan mulai memproduksi dan memasarkan ke pasaran. Demikian juga yang terjadi negara negara tetangga kita, seperti Malaysia Filipina, Thailand, serta China telah pula giat melakukannya.
Skandal beras plastik ternyata telah pula melanda ke negara negara tetangga antara lain, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand yang mulai memantau ketat pasar hasil impor beras dari China, akibat merebaknya issue ini. Nah, apakah beras plastik versus beras tiruan atau Beras Analog, memiliki asal usul yang sama atau dua hal yang memang berbeda maksud dan tujuan pengadaanya maupun bendanya.
Jadi, beras tiruan yang beredar di pasaran saat ini, yang mana? Apakah memang benar ada Beras Plastik, atau sebenarnya adalah Beras Tiruan/Analog atau beras hasil rekayasa? Mana yang benar?
Riwayat Beras Tiruan.
Menengok ke belakang, saya teringat, pernah ada berita, ada upaya dan usaha diversifikasi pangan di Jawa Timur oleh seorang peneliti menghasilkan komposisi ”Beras Cerdas”, yaitu bapak Achmad Subagyo PhD, peneliti dari universitas Jember, melalui kerjasama dengan Badan Ketahanan Pangan Jawa Timur bersama sebuah perusahaan BUMN. Pernah pula diberitakan Kunjungan menteri BUMN Dahlan Iskan mengunjugi lokasi produksi ”Beras Cerdas” tersebut di Jember.
Peneliti tersebut, berupaya membuat alternatif pengganti beras, dan bekerja sama dengan pihak pihak yang terlibat lainnya, maka akhirnya ia berhasil menciptakan sebuah campuran komposisi beras rekayasa/tiruan yang ia dapuk sebagai ”Beras Cerdas”
Apa saja bahan penyusun beras tiruan atau beras buatan ini?. Bahannya jelas harus memenuhi acuan kebutuhan gizi dan memang pada dasarnya telah terkandung dalam bahan bahan alami, kemudian dilakukan pencampuran, antara lain adalah tepung singkong, tepung beras modifikasi, sayuran, minyak sawit dan beberapa bahan lain. Bahan bahan tersebut setelah dicampur dan diaduk, kemudian dicetak dan dibentuk sesuai bulir butiran butiran beras.
