Mohon tunggu...
Tri Wibowo BS
Tri Wibowo BS Mohon Tunggu... -

Editor, penerjemah, tukang ketik, mampir cengengesan | urip sawang sinawang

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

World Writers #578: Kobo Abe

28 Januari 2015   09:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:14 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kobo Abe (1924 – 1993) Novelis dan dramawan avant-garde, pencerita luar biasa, yang menyerupai Samuel Beckett dan Eugene Ionesco dalam hal perasaan humor yang absurd. Tema-tema sentral di dalam karya-karya Abe adalah hilangnya identitas, keterasingan (alienasi), dan isolasi individu di dunia yang ganjil, dan kesulitan orang-orang dalam berkomunikasi satu sama lain. Di Barat Abe terkenal karena novel-novelnya, seperti The Woman in the Dunes (1962) dan The Face of Another (1964),

Kobo Abe lahir pada 7 Maret 1924 di Tokyo, tetapi dia besar di Mukden, daerah jajahan Jepang di Manchuria (sekarang Shenyang di propinsi Liaoning). Di sana ayahnya, seorang dokter, bertugas sebagai staff sekolah pengobatan. Sebagai anak muda Abe tertarik pada matematika dan mengumpulkan serangga. Mungkin kehidupannya yang lama di luar Jepang dan kehidupan kultural pada zamannya membuat dia mempelajari filsuf-filsuf Barat seperti Heidegger, Jaspers dan Nietzche. Pada 1941 Abe pindah ke Jepang dan pada 1943 masuk ke Universitas Tokyo untuk mempelajari kedokteran. Abe dibebaskan dari wajib militer karena penyakit pernafasan. Pada masa perang dia kembali ke Manchuria, tetapi setelah repatriasi Abe kembali melanjutkan studinya dan lulus pada 1948, dengan janji dia tak akan pernah mempraktekkan ilmunya. Abe justru mulai mengawali kariernya sebagai penulis. Dia menjadi anggota sebuah kelompok sastra yang dipimpin oleh Kiyoteru Hamada. Mereka ini berusaha keras menggabungkan teknik Surealisme dengan ideologi Marxis. Tulisan-tulsian Abe, yang seringkali kaku dan formal, mencerminkan keasikannya pada ide-ide ketimbang teknik-teknik gaya bahasa:

“Guru itu tersenyum: “Bukan, ini  bukan berarti semua orang itu adalah tongkat. Saat kukatakan bahwa menjadi sebuah tongkat adalah hal yang sangat biasa, aku bicara dalam pengertian kualitatif, bukan kuantitatif. Ini sama halnya seperti seorang matematikawan yang tak banyak bicara tentang sifat-sifat segitiga, sebab tak ada penemuan baru dari segi tiga tersebut.” (dari “The Stick” dalam Late Chrysanthemum: Twenty-One Storie from the Japanesse, 1986)

Abe menulis buku pertamanya pada tahun 1943. Pada 1947 dia menerbitkan kumpulan puisinya dengan biaya sendiri. Abe mulai terkenal pada tahun berikutnya melalui novelnya Owarishi Michi No Shirube Ni. Penulis-penulis penting yang mempengaruhi perkembangan artisitiknya adalah Edgar Allan Poe, Samuel Beckett, Rainer Maria Rilke dan Fyodor Dostoevsky. Setelah Yukio Mishima meninggal, Abe mendapatkan status sebagai dramawan utama pada 1970-an. Teaternya tur ke Amerika dan tampil di Nerw York City pada 1979. Abe meninggal dunia pada 22 Januari 1993.

Karya eksperimental Abe pertama-tama terkenal di kalangan pembaca generasi muda. Dia mendapatkan penghargaan untuk tiga ceritanya, “Akai Mayu” (1950, ed Cocoon), “Kabe” (1951), dan “S. karuma-shi no hanzai” (1951). Dalam karya yang disebut terakhir itu gaya dan subyek persoalan menyerupai karya Kafka. Dia juga menggunakan unsur fiksi ilmiah dan kisah detektif di dalam banyak karyanya. Novel dan drama Abe dicirikan oleh observasi yang tenang dan teknik avant-garde. Karakter-karakternya sering menghadapi situasi yang ganjil (surreal). Dai Yon Kampyoki (1959) adalah cerita yang rumit tentang Jepang masa depan yang terancam oleh mencairnya kantong es kutub. Tokoh protagonisnya, Profesor Katsumi, mengembangkan sebuah program komputer yang meramalkan penciptaan anak-anak yang direkayasa secara genetis, yang disesuaikan dengan kehidupan di lautan. Komputer itu juga menemukan bahwa Katsumi akan menentang kemajuan ini dan anaknya yang tak belum lahir dicatat dalam daftar orang yang bernafas dalam air akibat mutasi. Cerita itu mengeksplorasi konsep kebebasan berkehendak dan persoalan moral dalam riset ilmiah. Dalam Moetsukita Chizu (1967), orang-orang yang teralienasi telah menemukan cara baru untuk menggunakan benda sehari-hari. Mikkai (1977) adalah kisah detektif yang surealistik tentang orang yang tak dikenal yang mencari istrinya di sebuah rumah sakit. Dalam Hako Otako (1974) tokoh protagonisnya meninggalkan kehidupan biasanya dan mulai mengamati dunia gila Tokyo melalui kotak kardus yang dikenakan di atas kepalanya.

Suna na Onna atau Woman in The Dunes (1962) adalah kisah bergaya Kafka tentang seorang guru sekolah, Niki Jumpei. Dia adalah guru sekolah dan etimolog amatir, yang menjadi Sisyphus modern. Pada suatu perjalanan liburan, dia bermaksud untuk mengumpulkan serangga yang hidup di dalam bukit pasir, tetapi dia malah terjebak seperti serangga di sebuah desa yang terpencil. “Desa itu, yang mirip dengan potongan melintang dari sarang lebah, terletak membujur di atas pasir. Atau, sebaliknya [dari sudut pandang lain], bukit pasir itu membujur di atas desa. Dilihat dari sudut pandang manapun, tempat itu adalah lanskap yang mengkhawatirkan dan mudah goyah.” Jumpei mendapat tempat berlindung di rumah seorang perempuan yang hidup sendirian di sebuah rumah, di bawah bukit pasir. Rumah itu terancam terkubur oleh bukit pasir besar sekali dan karenanya juga mengancam seluruh warga desa. Suami wanita itu sudah meninggal, maka Jumpei terpaksa menolongnya, berusaha untuk menghentikan semakin menggunungnya bukit pasir itu agar kehidupan warga desa itu dapat terus berlanjut. Ketika kesempatan untuk keluar dari tempat itu datang, Jumpei tak mau mengambilnya. “Abe memanfaatkan setiap emosi, mulai dari kebanggaan diri, kecemasan akan keinginan seksual dan keputusasaaan, untuk mendorong sang tokoh protagonis, dan juga para pembacanya, menuju ke suatu kesadaran tentang absurditas kondisi manusia” (J. Thomas Times dalam A Reader’s Guide to Japanese Liteature, 1999). Woman in the Dunes ini menarik sutradara film Teshigara Hiroshi. Filmnya yang dibuat berdasarkan novel ini memperoleh kesuksesan pada 1963. Teshigara Hiroshi juga bekerjasama dengan Abe dalam The Pitfall (1962) dan The Face of Another (1966).

Abe menulis beberapa drama, dan menyutradari sendiri kelompok teaternya di Tokyo. Dalam drama-dramanya tema penyendirian dan alienasi banyak kesamaan dengan tetaer absurd dan karya Samuel Beckett dan Harold Pinter. Dalam Friends (1967), apartemen seorang pekerja kantoran diinvasi oleh sebuah keluarga yang mengambil alih kendali hidupnya dan akhirnya dia dibunuh oleh salah satu dari putri keluarga itu. Meskipun anggota keluarga itu mengklaim berbuat demi kebaikan sosial, tindakan mereka  sangat destruktif dan kejam. The Suitcase (1973) menggambarkan dua perempuan yang memikirkan isi sebuah kopor yang dikatakan mengandung leluhur dari suami salah seorang dari perempuan tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun