Mohon tunggu...
Tri Wibowo BS
Tri Wibowo BS Mohon Tunggu... -

Editor, penerjemah, tukang ketik, mampir cengengesan | urip sawang sinawang

Selanjutnya

Tutup

Catatan

World Writers #200: Danarto

7 Desember 2011   12:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:42 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Danarto(1940 – )Sastrawan penting Indonesia, yang semula dikenal sebagai pelukis. Danarto banyak menulis cerpen-cerpen yang surealistik, “fantastis” dan religius/sufistik.Kebanyakan cerpennya didasarkan pada ajaran sufi wahdat al-wujud yang diyakininya, seperti dikatakannya sendiri:

“Saya melihat Tuhan ada di mana-mana; kucing yang (manifestasi) Tuhan, ayam yang Tuhan, dan lain-lain. Jadi dari situlah saya merasa cocok dengan paham wahdatul wujud. Jadi sebetulnya di dunia ini tidak ada yang lain kecuali Tuhan. Dari situlah mengalir terus cerpen-cerpen saya.” (wawancara dengan Ulil Abshar Abdalla, 30 Maret 1997).

Karya-karya Danarto banyak mendapat pujian. Menurut penyair Abdul Hadi dalam majalah Horison (1973), “[Danarto] berhasil menemukan bahasa baru bagi pengungkapan alam pikiran dan perasaannya yang mistis berkenaan dengan penjelajahan jiwa manusia … Pelukisannya tentang pengalaman batin sangat filmis, dahsyat dan mendirikan bulu roma, lengkap dengan kegalauan dan surealistis.” Menurut Harry Aveling, cerpen Danarto memperlihatkan arah perkembangan cerpen Indonesia menjadi “lebih kurang ajar, lebih jujur … lebih mementingkan pengalaman regional pengarangnya…”

Danarto lahir pada 27 Juni 1940 di Mojowetan, Sragen, Jawa Tengah. Dia mendapat pendidikan di ASRI Yogya dan lulus pada 1961. Pernah aktif dalam Sanggarbambu Yogya (1959-1964) dan ikut berperan dalam mendirikan Sanggarbambu di Jakarta. Ia penah menjadi redaktur majalah Zaman (1979-1985). Pada 1976 Danarto mengikuti International Writing di Universitas Iowa, Amerika Serikat. Pada 1983 dia ikut serta dalam Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda. Sebagai penyair, Danarto terkenal dengan sajak ekstrimnya, sebuah sajak tanpa kata yang disebut “sajak petak sembilan” karena hanya berisi garis-garis membentuk sembilan petak. Pada 1968 cerpennya yang berjudul ‘Rintrik’ mendapat penghargaan dari majalah sastra Horison.Pada 1982 koleksi cerpennya yang berjudul Adam Ma’rifat (1982) meriah Hadiah Sastra Dewan Kesenian Jakarta dan hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K. Beberapa cerpennya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Harry Aveling dalam buku Abracadabra (1978) dan dimuat dalam antologi From Surabaya to Armageddon (1976). Pada 1988 Danarto meraih Hadiah Sastra ASEAN.

Karya-karya lainnya diantaranya adalah Godlob (1976); Obrok Owok-owok, Ebrek Ewek-ewek (1976); Bel Geduwel Beb (1976); Orang Jawa Naik Haji (1984); Berhala (1987), yang mendapat hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K; Amarolka (1999); Setangkai Melati di Sayap Jibril (2001) dan lain-lain.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun