Mohon tunggu...
Tri Wibowo BS
Tri Wibowo BS Mohon Tunggu... -

Editor, penerjemah, tukang ketik, mampir cengengesan | urip sawang sinawang

Selanjutnya

Tutup

Catatan

World Writers #573: Kho Ping Hoo

23 Desember 2014   02:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:41 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kho Ping Hoo(1926 – 1994)  Penulis cerita silat terkenal dari Indonesia, yang sangat terkenal lewat serial “Bu Kek Sian Su” yang terdiri dari 17 judul, di mana setiap judulnya terdiri dari 18 sampai 62 jilid. Dalam serial ini terdapat kisahnya yang paling terkenal, “Pendekar Super Sakti” dan “Suling Emas.” Karya-karyanya dibaca oleh semua lapisan masyarakat dan di berbagai pelosok daerah di Indonesia terdapat kios-kios yang menyewakan buku-buku Kho Ping Hoo yang berukuran saku. Setiap terbitan ceritanya mencapai 10.000 sampai 15.000 eksemplar dan terjual habis dalam tempo sebulan. Jumlah cetakan terkecil adalah 6500 eksemplar. Namanya sering disandingkan dengan penulis cerita silat peranakan Tiong Hoa lainnya seperti Gan Kok Liang (Gan KL), Oey Kim Tiang (OKT) atau Tjan Ing Djiu (Tan ID)

Kho Ping Hoo dilahirkan di Sragen, Jawa Tengah pada 17 Agustus 1926 dari keluarga Tionghoa peranakan. Dia hanya mendapatkan pendidikan sampai kelas Hollandsche Inlandsche School (HIS). Meski demikian dia sangat gemar membaca dan menulis sejak remaja. Setelah berganti-ganti pekerjaan, akhirnya dia mulai menulis cerita pendek sejak tahun 1952. Pada tahun 1958, cerpen pertamanya dimuat di majalah terbesar Indonesia saat itu, Star Weekly. Kho Ping Hoo tidak memilih menulis cerpen biasa, tapi menciptakan cerita silat (cersil). Soal persilatan dikenal Kho Ping Hoo dari ayahnya yang mengajari silat keluarga kepadanya sejak kecil. Dalam menulis karyanya dia menggunakan nama Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo. Cersil perdananya, Pedang Pusaka Naga Putih, dimuat bersambung di majalah Teratai, majalah yang didirikannya bersama beberapa pengarang lain. Cersilnya segera populer, apalagi setelah Kho Ping Hoo menerbitkannya dalam bentuk buku saku. Penerbit Gema di Solo adalah penerbitan yang dibangunnya sendiri dan jadi penerbit tunggal cerita-cerita silat dan novelnya hingga kini.

Berbeda dengan umumnya penulis cersil masa itu, seperti Gan KL dan OKT, Kho Ping Hoo tidak menerjemahkan cersil berbahasa Tionghoa, tapi mengarang sendiri dengan meramu fantasi dan pengetahuannya. Cerita-ceritanya kebanyakan berlatar sejarah Tiongkok dan Jawa. Meskipun Kho Ping Hoo tak menguasai bahasa Tionghoa, kesan yang didapat dari karyanya seakan-akan pengarangnya menguasai betul sejarah dan kebudayaan Tiongkok, meski kadang-kadang keliru dalam penulisan tahun-tahun dinastinya. Untuk karya berlatar Jawa, Kho Ping Hoo terkenal dengan beberapa karyanya, seperti "Darah Mengalir di Borobudur" dan "Badai di Laut Selatan". "Darah Mengalir di Borobudur" bahkan pernah dipentaskan berulangkali dalam bentuk sendratari Jawa dan disiarkan dalam bentuk sandiwara radio.

Selama 30 tahun berkarya, Ping Hoo menghasilkan lebih dari seratus judul. Angka pastinya masih jadi persoalan. Peneliti sastra peranakan, Leo Suryadinata, mencatat 120 judul, sedangkan Majalah Forum mencatat lebih banyak lagi, 400 judul cerita berlatar Tiongkok dan 50 judul berlatar Jawa. Kho Ping Hoo meninggal mendadak pada 22 Juli 1994 karena serangan jantung  Karya-karyanya yang lain diantaranya adalah Ang Lian Li Hap (Pendekar Teratai Emas, 1959); Bu Beng Kiam Hap (Pendekar Pedang Tak Bernama, 1960); Hwe Thian Kim Hong (Burung Hong Emas, 1960); Huang-ho Sioan-li (Dewi Sungai Kuning, 1960); Pendekar Bodoh (1961); Iblis Mengamuk di Mataram (Rondo Kuning Membalas Dendam, 1961); Kam-Lam Tjui-hiap (Pendekar Pemabok, 1961); Hoa-San Tay-Hiap (Pendekar Gunung Hoa San, 1961); Badjak Laut Kertapati (1961); Hwe-Thian Mo-Li (Iblis Betina, 1961); Toat Beng Moli (Iblis Wanita Pentjabut Nyawa, 1961); Hwa-I Eng-Hiong (Pendekar Budiman, 1962); Pendekar Sakti (Bu-Pun-Su, 1962); Sin-Kiam Hok-Mo (Pedang Penakluk Iblis, 1963); Pusaka Gua Siluman (1964); Geger Demak (1965); Siang Bhok Kiam (Pedang Kayu Harum, 1971); Pendekar Sadis (1976); Asmara Si Pedang Tumpul (1985/1986); dan lain-lain.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun