Mohon tunggu...
Emanuel Dapa Loka
Emanuel Dapa Loka Mohon Tunggu... Freelancer - ingin hidup seribu tahun lagi

Suka menulis dan membaca... Suami dari Suryani Gultom dan ayah dari Theresia Loise Angelica Dapa Loka. Bisa dikontak di dapaloka6@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dr. Rahmat Effendi Membawa Kota Bekasi Melejit

23 Maret 2018   16:43 Diperbarui: 23 Maret 2018   16:46 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bang Pepen. foto oleh Emanuel Dapa Loka

Oleh Emanuel Dapa Loka

Mengetahui Kota Bekasi mengalami kemajuan yang signifikan dalam hal indeksi kota toleran di Indonesia, Wali kota Bekasi Rahmat Effendi berkata singkat, "Terus kita tingkatkan." Kata "terus" menunjukkan ada kesinambungan tekad dan semangat untuk menjadikan Bekasi sebagai zona yang ramah sekaligus rahmat bagi semua. "Tidak ada cara lain, semua pihak harus berjuang meningkatkan martabat kota ini. Kita mencintai kota ini dengan menjaganya, bukan merusuhinya," katanya.

Dua tahun lalu, menurut hasil penelitian SETARA Insitute atas kota intoleran di Indonesia, Kota Bekasi menempati urutan ke-93 dari 94 kota yang diteliti. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai gerakan sejumlah kelompok intoleran yang mengganggu ketenteraman komunitas atau agama tertentu dalam beribadah atau mendirikan rumah ibadah. Yang paling menonjol adalah penolakan terhadap pembangunan gereja Santa Clara, Paroki Bekasi Utara.

Pada 16 November 2017, SERATA Insitute dan Unit Kerja Presiden-Pembinaan Ideologi Pancasila mengumumkan hasil penelitian atas indeks kota toleran tahun 2017. Hasil penelitian tersebut menunjukkan peringkat Kota Bekasi naik secara signifikan ke urutan 53 dari sebelumnya di urutan 93. Di peringkat 1 ada Kota Manado, sedangkan peringkat paling buncit adalah Kota Jakarta yang dua tahun lalu berada di urutan ke-65.

Walili, salah satu peneliti SETARA Institute menjelaskan bahwa perbaikan peringkat Kota Bekasi sangat dipengaruhi oleh pendirian Rahmat Effendi dalam membela hak-hak konstitusional warganya dalam beribadah dan mendirikan rumah ibadah. Walili menunjuk kasus Gereja Santa Clara di Bekasi Utara sebagai contoh. Di hadapan para demostran yang menolak pendirian Gereja Santa Clara dan pelbagai kesempatan lain, Bang Pepen, demikian sapaan akrab sang Walikota dengan tegas mengatakan, walau kepalanya ditembak, dia tidak akan mencabut izin Gereja Santa Clara sebab telah memenuhi seluruh syarat dan merupakan kebutuhan konkret umat Katolik di wilayah Kecamatan Bekasi Utara yang mencapai 8.000-an orang. 

Berkali-kali kaum intoleran dari berbagai ormas melakukan demonstrasi penolakan dengan sejumlah alasan antara lain Bekasi adalah kota santri dengan penduduk mayoritas Islam sehingga tidak boleh ada rumah ibadah agama lain. Alasan lain, mereka menuding perizinan pendirian gereja Santa Clara penuh rekayasa dan pemalsuan data.

Pepen bergeming dengan tuntutan dan ancaman tersebut. Baginya, IMB untuk Santa Clara sah dan legal tanpa kecacatan seperti yang ditudingkan para pendemo.

Pepen berkali-kali mengatakan ketidakgentarannya terhadap berbagai amarah padanya. Ketika menerima penghargaan dari KOMNAS HAM atas jasanya menghidupkan dan mempertahankan kebaragaman di Kota Bekasi pada 16/03/17 ia mengulangi sikap dan komitmennya tersebut. "Saya menolak dengan tegas saat itu. Saya bilang di depan mereka, lebih baik kepala saya ditembak daripada saya harus mencabut IMB gereja itu. IMB itu sudah sesuai dengan hukum yang berlaku," ucap Rahmat. (Bersambung....)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun