Mohon tunggu...
M. Aminulloh RZ
M. Aminulloh RZ Mohon Tunggu... Guru - Hidup Berpetualang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Politik hanya momentum, berbuat baik selamanya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Birahi Kekuasaan KAMI di Tengah Pandemi

2 Oktober 2020   13:30 Diperbarui: 2 Oktober 2020   14:14 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bung Karno pernah berujar, "Pertama, kita harus mendidik rakyat kita yang jutaan jumlahnya. Mereka harus dipersiapkan untuk memerintah mereka sendiri. Kedua, kita harus memperbaiki kesehatan mereka agar tahan berdiri tegak. Bukankah lebih baik kalau segalanya sudah lengkap dan beres terlebih dahulu?". 

Rupanya Gerakan Koalisi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang dimotori oleh Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn.) Gatot Nurmantyo, terlihat mengindahkan perkataan Bung Karno ketika ngotot menggelar acara deklarasi KAMI di Tugu Proklamasi Rengasdengklok, Karawang, Rabu (30/9/2020).

Akibatnya ditolak oleh puluhan massa yang membentangkan spanduk penolakan deklarasi KAMI menuju warung bakso, tempat berkumpulnya massa KAMI. Mendengar kabar penolakan, massa KAMI bergegas membubarkan diri.

Sungguh ironi, KAMI tetap memaksakan untuk menggelar acara deklarasi di tengah krisis nasional, bahkan global, akibat semakin melebarnya serangan Covid-19. Berdasarkan informasi dari media informasi Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan Republik Indonesia https://infeksiemerging.kemkes.go.id/ yang diakses pada Kamis (1/10/2020). 

Kasus Covid-19 secara nasional dengan spesimen diperiksa sebanyak 1.993.694. Sedangkan untuk kasus terkonfirmasi positif sebanyak 287.008 dengan regulasi angka positif perharinya mencapai +4.284. Sementara untuk kasus meninggal dunia akibat terinfeksi, sebanyak 10.740.

KAMI mengindahkan perkataan Bung Karno untuk memperbaiki kesehatan dan menunggu berakhirnya berbagai persoalan hingga beres. Saat kita semua menghindari kerumunan, KAMI justru mengadakan perkumpulan di sejumlah daerah yang menjadi zona merah Covid-19. 

KAMI juga dinilai tidak menaati protokol kesehatan. Fakta itu terlihat dalam beberapa siaran, orasi pada acara deklarasi KAMI yang tidak mengenakan masker. Mengutip Yunarto Wijaya (2020) "Baru nonton video deklarasi KAMI, begidik sendiri liat mic di pindah-pindah mulut sambil buka masker", tulis Yunarto di akun media sosial miliknya. Belum lagi jarak antarindividu yang terlalu rapat.

Terlebih, deklarasi KAMI juga berpotensi menciptakan klaster baru yang merebak dan membanjiri virus yang sedang diperangi oleh bangsa ini. Tentu saja hal tersebut akan mengancam keselamatan dan kesehatan publik. Ini berbahaya, selain mengabaikan protokol kesehatan, KAMI juga seolah-olah berpandangan menyepelekan pandemi.

Banyak yang menilai KAMI adalah sebuah gerakan yang suatu saat nanti menjadi kendaraan politik mantan Panglima TNI Jenderal (Purn.) Gatot Nurmantyo. Saat ditanya oleh wartawan, apakah para ulama mendoakannya menjadi presiden, "saya yakin para ulama berdoa untuk saya menjadi presiden, tapi juga untuk menyelamatkan bangsa ini," jawabnya singkat.

Berdasarkan jawaban singkat itu, penulis menganggap bahwa Gatot memiliki hasrat yang besar untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada Tahun 2024 mendatang. Dengan membawa narasi ulama, kemungkinan besarnya politik identitas akan kembali mewarnai konstelasi politik nanti. Pemrakarsa KAMI itu sebelumnya sudah bermanuver melalui pemanfaatannya menjelang 30 september, yakni kembali memainkan isu kolot G30S/PKI.

Tidak hanya pemerintah yang tidak mendengarkan aspirasi publik terkait permintaan ditundanya pilkada di 270 daerah pada 9 desember 2020 mendatang sebab meningkatnya angka positif infeksi Covid-19, ditambah lagi KAMI yang gencar mencari muka ke sejumlah daerah dalam rangka propaganda anti pemerintah. Semakin menambah persoalan negeri ini yang berharap lepas dari jeratan wabah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun