Mohon tunggu...
M. Aminulloh RZ
M. Aminulloh RZ Mohon Tunggu... Guru - Hidup Berpetualang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Politik hanya momentum, berbuat baik selamanya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Konflik Tantangan bagi Jalan Perdamaian

12 September 2020   19:00 Diperbarui: 13 September 2020   02:59 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
palestineupdate.com

Pidato Donald Trump Di Gedung Putih, Amerika Serikat, Rabu (06/12/2017), yang mengklaim secara sepihak kota suci Kerajaan Daud, Yerussalem sebagai ibu kota Israel, membuat dunia Islam meradang. Bentuk keangkuhan Donald Trump itu tentu saja semakin menjauhkan perdamaian dan penyelesaian konflik Palestina-Israel. Selain itu, hal tersebut juga telah melanggar konsesnsus internasional.

Belum lagi, ditambah gejolak konflik Timur Tengah yang terus menerus mewarnai media. Seolah pertanyaan kapan terjadi perdamaian di antara negara Timur Tengah itu tidak pernah terjawab hingga sekarang ini.

Situasi tersebut membuat kita menjadi semakin menyadari, betapa pentingnya nasionalisme Pancasila yang telah mempersatukan kita selama 75 tahun pascakemerdekaan. Kedamaian dalam harmoni perbedaan, masih terus kita nikmati di seluruh wilayah Indonesia, dari tiitk nol Sabang hingga Merauke. 

Perdamaian yang sampai hari ini bisa kita isi dengan berbagai kegiatan. Seperti, beribadah kapanpun kita mau, menuntut ilmu di manapun, bekerja apapun, bermain game melalui berbagai perangkat teknologi, menikmati kopi di pagi hari, menulis artikel, kolom, atau buku, konsolidasi politik, mengelola organisasi, menjalankan bisnis, dan segala macam aktivitas dan kesibukan lainnya.

Jika kita membaca berbagai literatur tentang peliknya konflik Timur Tengah, beberapa aktivitas peperangan yang terjadi di sana adalah sebuah tragedi kemanusiaan yang sangat mengerikan sekaligus memprihatinkan dunia Islam. Peristiwa itu dilatarbelakangi atas deklarasi pembentukan negara Israel, pada 14 mei 1948, yang dilanjutkan dengan perang Arab-Israel hingga persetujuan gencatan senjata pada Tahun 1949.

Setelah itu berbagai problematik tumbuh subur di Timur Tengah. Mulai dari perang suez Tahun 1956, pembentukan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada bulan mei 1964, perang enam hari Tahun 1967, resolusi Khartoum, pendudukan jalur Gaza oleh Mesir, dan pendudukan Tepi Barat oleh Yordania.

Selain itu, perjanjian nasional Palestina pada Tahun 1968 yang menuntut pembekuan Israel, war of attrition pada tahun 1970, perang Yom Kippur Tahun 1973,  dan kesepakatan damai Mesir-Israel di Camp David pada Tahun 1978.

Ditambah lagi, perang Lebanon 1982, terjadinya intifada yang pertama pada Tahun 1987 berlangsung hingga 1991, perang Teluk pada Tahun 1990-1991, dan berujung pada perjanjian damai Oslo antara PLO-Israel pada tahun 1993.

Kenyataannya, hingga sekarang ini, kobaran api perang masih terus bergulir di Timur Tengah, bahkan sampai ke Afrika. Insiden demi insiden terus berlangsung. Tidak lain, akibat propaganda, adu domba sesama ahli kiblat, depolitisasi agama, dan provokasi yang menaikkan tensi sosial untuk mengguncang perpolitikan negara setempat.

Jika kita tinjau lebih dalam, situasi konflik yang terus tumbuh sumbur di Timur Tengah, pada dasarnya adalah sikap takfiri dari beberapa pihak umat Islam, bisa kita sebut pola pikir Khawarij pada abad ini (neo-Khawarij). Bagaimana ciri-cirinya? Berikut penulis singkap satu-persatu, untuk menandai orang-orang dengan ciri demikian yang perlu kita sadarkan dan berikan pemahaman yang positif dalam menjalankan roda kehidupan.

Pertama, menganggap pelaku yang melakukan dosa besar adalah ahli neraka dan tidak dapat diampuni, sebagaimana Khawarij terdahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun