Mohon tunggu...
M. Aminulloh RZ
M. Aminulloh RZ Mohon Tunggu... Guru - Hidup Berpetualang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Politik hanya momentum, berbuat baik selamanya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Banser Singkirkan Benalu NKRI

27 Agustus 2020   20:30 Diperbarui: 27 Agustus 2020   20:30 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
redaksiindonesia.com

Apa yang dilakukan oleh Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser NU) Bangil Pasuruan beberapa hari yang lalu,  melaporkan sebuah yayasan pendidikan di Desa Kalisat, Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan, di sebuah Yayasan pendidikan yang diduga sarang Hizbut Tahrir, sabtu (22/8/20) adalah tindakan sangat tepat sasaran. Sebab jika tidak dilakukan tindakan prefentif seperti itu, maka Hizbut Tahrir akan terus mendoktrin khilafah kepada anak-anak muda yang mengenyam pendidikan di yayasan tersebut.

Hal itu menandakan meski tidak digaji, baik oleh pemerintah, maupun lembaga dan organisasi, Banser NU telah banyak berkontribusi bagi negeri kita tercinta, khususnya agama Islam. Tidak hanya sekarang-sekarang ini,  melainkan sudah berpuluh-puluh tahun lamanya Banser NU turut andil besar dalam mempertahankan bangsa Indonesia dari berbagai ancaman, baik yang siafatnya pertempuran fisik melawan penjajah, maupun perusak ideologi  dan kemajemukan.

Penulis jadi teringat cerita dari seorang ayah teman penulis yang juga anggota Banser NU angkatan 1960-an, beliau turut serta dalam memerangi orang-orang dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) masa dahulu pada tragedi 1965. Di mana situasi saat itu begitu “greget” katanya. 

Ia bersama sahabat-sahabat Ansor yang lain memburu simpatisan PKI, dari mulai markas-markas tempat berkumpulnya, jondol (gubuk-gubuk tongkrongan), ke kebun-kebun, sampai ke dapur, toilet dan plafon rumah. “Di mana mereka bersembunyi, maka kita pasti akan temukan”, ujarnya. Selain memburu PKI, Banser NU juga selalu siap siaga di seputaran rumah para ulama dan kiai untuk mencegah serangan dari anggota dan simpatisan PKI.

Atas tragedi yang lalu, dikemudian hari, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) selaku ketua PBNU pada saat itu, meminta maaf terhadap keluarga PKI yang menjadi korban dalam tragedi 1965. Hal ini pula yang diamini oleh ayah teman penulis. 

“Kita harus banyak belajar dari sejarah masa lalu agar tidak mudah terhasut adu domba sesama anak bangsa, kalau sekarang sebelum ada tindakan ke orang-orang bughot macam HTI itu, kita harus minta doa restu dari para kiai dulu, dan juga lapor ke aparat hukum”, katanya sambil menyruput kopi panas yang baru saja dibuatkan oleh teman saya. Dan itulah yang dilakukan oleh Banser NU saat ini dalam memerangi pejuang pro-khilafah.

Banser NU lebih dulu lahir sebelum TNI dan Polri, bahkan Negara Kesatuan Republik Indonesia sendiri, dengan anggota berkali-kali lipat dibanding TNI dan Polri. Anggota Banser jutaan yang tersebar di seluruh Indonesia, tentu saja tidak diragukan lagi sumbangsih dan kontribusinya bagi negeri ini. Meminjam kata-kata Gus Dur bahwa kurang mulia apa Banser NU menjadi satpam negara sebesar Indonesia.

Direktur NU Online Savic Ali menyampaikan pada Diklat Terpadu Dasar Banser, PAC GP Ansor Kebayoran Lama, di Cilandak Jakarta Selatan, jumat-ahad (19/21/7), bahwa tugas satpam dinilai berhasil bukan hanya karena ia sanggup melumpuhkan penjahat. Tugas satpam dianggap berhasil karena wibawanya membuat penjahat mengurungkan niat jahatnya. Meski tidak menggunakan senjata, Banser NU cukup bisa mengantisipasi benalu yang bercokol di negeri ini, yang terus mengancam dan menimbulkan konflik sosial di tengah kemajemukan.

Dalam menjaga toleransi antar umat beragama di Indonesia, Banser NU sudah barang tentu menjadi garda terdepan, demi nama baik Islam. Walaupun agama Islam terus dicoreng oleh kelompok takfiri. Banser NU telah menunjukkan wajah Islam yang sesungguhnya, ramah, santun, dan turut menjalin kerjasama antar umat beragama.

Fakta tersebut dapat kita lihat pada kejadian pada tahun 24 Desember tahun 2000 lalu, ketika seorang pemuda Banser berusia 24 tahun bernama Riyanto, menjadi martir dalam serangan teror bom di Jl. Kartini, No. 4 Gereja  Eben Haezer, Mojokerto tepat saat malam Natal, di mana kejadian tersebut juga bertepatan pada tanggal 20 ramadhan 1421 hijriah. 

Kejadian tersebut juga diabadikan dalam sebuah film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo, ? (atau dikenal juga tanda tanya). Film ini rilis 10 tahun setelah tragedi tersebut pada tahun 2011. Film ini dibintangi oleh artis ternama, seperti Reza Rahardian, Revalina S. Temat, Rio Dewanto, Agus Kuncoro, dan artis lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun