Mohon tunggu...
Ema Damayanti
Ema Damayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Ema Damayanti Mahasiswi IAIN Langsa

Ema Damayanti Mahasiswa IAIN langsa Prodi Bimbingan dan Konseling Islam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Meugang dalam Menyambut Bulan Ramadhan di Tanah Rencong

21 April 2021   12:54 Diperbarui: 21 April 2021   13:04 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata meugang sungguh tidak asing lagi bagi masyarakat yang tinggal di berbagai daerah yang ada di Aceh. Istilah meugang sendiri sebagai salah satu bentuk penyambutan yang dilakukan oleh masyarakat Aceh ketika bulan ramadhan tiba. Meungang (bahasa Aceh) merupakan salah satu tradisi yang masih dilestarikan di Aceh. Meugang atau sebagian menyebutnya ma'meugang adalah sebuah tradisi makan daging pada saat sebelum memulai puasa Ramadhan, lebaran Idul fitri dan lebaran Idul Adha. Tradisi ini diyakini sebagai suatu hal yang sangat penting dan tidak boleh ditinggalkan bagi masyarakat Aceh.

Praktek perayaan meugang ini dirayakan oleh semua lapisan masyarakat, baik di desa maupun di kota. Sehingga momen ini tidak ingin dilewatkan oleh siapapun. Dua hari sebelum puasa biasanya masyarakat tanah rencong membeli daging lembu atau kerbau, tak terkecuali masyarakat Desa Pondok Kelapa, Kota Langsa-Aceh yang menyambut bulan Ramadhan dengan tradisi Meugang dan Keunduri bersama yang dilakukan di Masjid. Mayoritas masyarakat Desa Pondok Kelapa adalah suku jawa maka dari itu istilah meugang dalam menyambut bulan Ramadhan identik dengan istilah " Munjung" yang mengandung makna saling memberi satu sama lain, biasanya yang diberikan berupa makanan yang dirakit dengan rantang. Tujuan tradisi ini tidak lain sebagai wujud syukur dan berbagai kebahagian kepada orang tua, sanak saudara, tetangga atau kepada orang-orang yang kurang beruntung. Jadi dapat dilihat bahwa dalam tradisi Meugang istilah "Munjung" yang merupakan salah satu tradisi yang berasal dari Suku Jawa memberikan nilai positif dalan mempererat tali persaudaraan.  

" Dalam menyambut bulan ramadhan seperti ini biasa yang keluarga saya lakukan ya munjung, karena kan munjung sebagai salah satu bentuk tradisi jawa yang memberikan berupa makanan masak. Biasanya sih saya memberikan punjungan atau munjung itu kepada mertua, dan orang tua saya"  Tutur Ibu Desi (31 tahun).

Tradisi meugang sendiri sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu di Aceh. Meugang dimulai sejak masa Kerajaan Aceh beberapa abad yang lalu yang masih dilakukan hingga saat ini. Tradisi meugang dimulai pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Sebelum pelaksanaan meugang, Sultan Iskandar Muda memerintahkan otoritas resmi kerajaan atau Qadi Mu'azzam Khazanah Balai Silaturrahmi untuk mendata para fakir, miskin, anak yatim dan penyandang disabilitas. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan berupa uang, kain-kain, kerbau dan sapi. Pihak kerajaan lalu membagikan daging, uang, lima koin emas, dan kain sepanjang enam hasta. Biasanya tradisi meugang di desa berlangsung selama satu hari sebelum datangnya bulan ramadhan atau hari raya, sedangkan di kota dapat berlangsung selama dua hari sebelum ramadhan atau hari raya. Menurut tradisi pantang jika keluarga tidak memasak daging pada hari Meugang. Dimana Meugang memiliki nilai religius karena dilakukan pada hari-hari suci tertentu umat islam. Masyarakat Aceh percaya bahwa nafkah yang dicari selama 11 bulan wajib disyukuri dalam bentuk tradisi Meugang. Biasanya masyarakat memasak daging dirumah setelah itu membawanya kemesjid untuk dilakukannya keunduri bersama atau berdoa bersama sebelum datangnya bulan ramadhan hal tersebut dilakukan agar dalam menjalankan ibadah puasa ramadhan mendapatkan berkah dan lindungan dari Allah SWT.

" Nah kalau untuk keunduri dimesjid sih, biasanya dilakukan setelah shalat magrib untuk berdoa bersama-sama. Kalau untuk jumlah nasi yang dibawa dalam acara keunduri sih tiap-tiap per-kepala keluarga diwajibkan untuk membwa 3 rakit nasi ya itu pun kalau misalnya mau lebih dari 3 juga gak papa. Biasanya dalam acara keuduri yang diadakan kadang dari pihak panitia mengundang beberapa kampung atau dusun untuk menghadiri acara keuduri tersebut" Tutur Ibu Desi (31 Tahun).

Nah biasanya dalam tradisi Muegang sendiri tidak dipungkiri lagi bahwa setiap pasar yang ada pasti ramai pedagang yang menjajahkan dagangannya berupa daging sapi, tapi tidak sedikit pula yang menjajahkan dagangan nya berupa daging ayam. Biasanya untuk kedua menu tersebut tergantung dengan masakan apa yang akan dimasak oleh setiap masing-masing orang. Di Aceh tradisi meugang sendiri memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh daerah lainnya, keunikan tersebut ya dapat dilihat dari ramainya para ibu-ibu berbelanja dipasar dan direpotkan dalam memasak masakan jumlah besar yang kemudian untuk disantap bersama dan dilakukan keunduri dimesjid dengan saling mendapatkan jenis makanan yang berbeda dari keunduri. Namun tidak hanya itu Pada perayaan meugang ini, juga diundang beberapa anak yatim ke rumah untuk makan. Hal ini tidak dilakukan oleh semua orang, hanya beberapa orang saja. Diperkirakan mereka adalah orang yang mampu dan memiliki pengetahuan agama yang baik. Sebagian besar masyarakat melakukan perayaan meugang hanya dengan memakan daging bersama keluarga dan sanak saudaranya sendiri. Nah jadi dapat dilihat bahwa dalam tradisi meugang sendiri begitu banyak nilai-nilai religius yang dapat kita petik terutama adalah mempererat tali persaudaraan sesama umat muslim. Saya berharap semoga tradisi meugang tetap terjaga kelestariannya dan menjadikan ciri khas tradisi yang ada di Aceh. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun