Mohon tunggu...
Emi Febrina Ningrum
Emi Febrina Ningrum Mohon Tunggu... -

Pencari makna. "Menulislah, maka hidupmu akan bersejarah" :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teruntuk Sang Pecinta Aksara

8 Oktober 2017   20:35 Diperbarui: 8 Oktober 2017   20:51 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Teruntuk sang pelestari cagar budaya, pecinta sejarah, dan penikmat sastra. Assalamu'alaikum! Hei apa kabarmu? Apa yang sedang kau lakukan? Maaf aku tak kuasa untuk menyampaikan dua kalimat tanya ini terhadapmu selama Allah memberikan kesempatanNya untuk kita bertemu. Hatiku terlalu berkabut untuk menanyakannya.  Gelisah dan resah menjadi tembok besar untuk aku mengirimkan dua kalimat tanya itu. Tentu kau bertanya bukan, mengapa hatiku berkabut? Itu kau penyebabnya. Pasti kau tak menyadarinya bukan? Iya, kau begitu curang. Curang sekali. 

Kenapa kau harus menunjukkan barisan aksaramu. Kenapa kau harus menunjukkan caramu yang berbeda. Itu kelemahanku. Kau begitu curang. Dalam dua senja saja kau telah mampu menutup lukaku yang masih sedikit menganga, lalu kau isi dengan namamu. Hingga aku merasakan kembang-kembang cinta. 

Hei kau begitu curang. Aku gusar denganmu. Seharusnya aku tak mendahuluimu. Seharusnya aku tak merelakan hatiku begitu saja untuk kau isi namamu. Benteng pertahananku untuk mengosongkan hati selama 365 hari kau trobos dengan mudahnya. Seharusnya kau tak melakukan itu. Kini hatiku resah, kalut, khawatir, takut. Aku takut Allahku cemburu. Aku takut namamu ini hanya tinggal bekas, karna kau akan pergi begitu saja. Sementara aku masih harus berusaha keras menghilangkan bekasnya. 

Mengembalikan seperti semula. Hei kau yang tak pernah mau ku panggil "Pak Guru", berulang kali aku ingin menghapus namamu dari hidupku. Namun, nyatanya gagal selalu menjadi akhir usahaku. Memang ini sudah menjadi kodratku, menjadi penanti yang setia.  Hei sang pecinta aksara, barangkali ketika kau baca ini terakhir kali aku berkomunikasi denganmu. Dan terakhir pula kau baca tulisanku yang nggak taat sama sekali pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). 

Mohon maaf ya atas segala sikap kekanak-kanakan ku ketika kita bersua. Aku akan berusaha memaafkan kecuranganmu yang telah mencuri sekeping hatiku dalam waktu dua senja. Semoga Allah memberikan ketetapan terbaik untukku dan untukmu. Wassalamu'alaikum! Salam aksara dari gadis pecinta masjid biru. :')

(Grobogan, 6 Oktober 2017)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun