Mohon tunggu...
Elizhabet Elzha
Elizhabet Elzha Mohon Tunggu... Penulis -

#travellerkembangtebu yang mengabdikan diri pada netbook sebagai #Pekerjatekskomersial di http://www.elzha09.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Festival Kuliner Hidangan Raja Mataram Kuno, Kapan digelar Lagi?

12 Maret 2017   23:19 Diperbarui: 12 Maret 2017   23:23 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hidangan Menu Utama dan Aneka Minuman (Dokumentasi Pribadi)

Pagi itu basah. Aku ucapkan Selamat Pagi, batu-batu candi kita bersua lagi. Pertemuan kali kedua. Sama. Basah, dinging, tapi tanpa angin. Hujan selalu kau jadikan musik pengiring selamat datang. Ramai bahkan lebih ramai.

Tak seperti kala itu hanya aku dan sahabatku. Kini orang berbondong-bondong mendatangimu dengan suka cita. Makanan-makanan Raja Mataram tersaji sebagai hidangan. Mungkin ini juga jawabanmu dari sebuah mimpi setelah aku meninggalkanmu sore itu. Kembali dengan orang-orang berbeda tapi bertemu lagi dengan sahabatku lagi. Hahahaha, memang 3 meter dari sudut selatan ke arah barat candi adalah jawaban.

Selamat Pagi, Festival Kuliner Candi Sojiwan.

Candi Sojiwan, salah satu bangunan suci kerajaan yang dibangun berdampingan dengan bangunan suci lainnya di kawasan Prambanan. Candi Buddha yang berada di lingkungan areal pesawahan dan pemukiman penduduk ini secara administratif berada di Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambana, Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah.

Candi Sojiwan tidak sepopuler candi-candi di sekitarnya seperti Candi Ijo, Barong, Banyunibo, Ratu Boko, Kalasan, dan Prambanan. Padahal lokasinya tidak terlalu jauh antara Prambanan dan Ratu Boko, hanya saja perlu masuk ke pemukiman warga. Tak heran jika sering sepi. Namun, jika purnama Candi ini akan ramai untuk ibadah.

Festival Kuliner Candi Sojiwan “Hidangan Raja-Raja Mataram Kuno” yang digelar pada 21 Februari 2017 lalu berhasil menarik pengunjung meski hujan sepanjang hari. Festival kuliner Candi Sojiwan ini diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah.

“Tujuan utamanya untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dengan situs-situs di lingkungan mereka agar mempunyai rasa memiliki dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar situs. Juga sebagai salah satu upaya untuk meramaikan wisata di lingkungan Candi Sojiwan,” tutur Riris Purbasari selaku Pengkaji di BPCB jateng.

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jateng pun memberikan penguatan kepada 5 orang perempuan sekitar Candi Sojiwan untuk dilatih memasak oleh praktisi kuliner dan tanaman organik, Ibu Retno Wulandari dari Kebun Kita. Harapannya, Perempuan-perempuan yang telah mengikuti pelatihan dapat menularkan ilmunya kepada perempuan lain di sekitar Candi Sojiwan dan dapat menggunakannya sebagai salah satu bentuk kuliner khas di sana. Ketrampilan kuliner inilah yang diharapkan mempu meningkatkan kesejahteraan masayarakat sekitar situs.

Literasi tentang kuliner Hidangan Raja Mataram Kuno tidak sepopuler kisah cinta atau perang saudara perebutan tahta. Padahal, kuliner merupakan unsur penting dari sebuah kehidupan. Kuliner wajib ada selama peperangan, hidangan menyambut tamu, dan juga persembahan. Pun berwisata, kuliner juga menjadi bagian pelengkap sebuah perjalanan dan kenangan.

Kuliner mampu menyedot perhatian para wisatawan lokal hari itu. Sekirat 450 porsi disiapkan untuk para wisatawan. Demi tidak membuat kecewa, pengunjung festival pun dibatasi. Publikasi tentang kegiatan pun diusahan setelah acara selesai. Pasalnya, panitia telah menolak banyak pendaftaran sebelum acara digelar. Hal ini adalah bukti bahwa kuliner dapat mengidupkan kembali geliat wisatawan datang ke candi yang notabene tidak sepopuler candi di sekitarnya.

Hidangan yang disajikan saat itu berupa olahan makanan utama, kudapan, dan air minum. Menu utama berupa nasi putih dan nasi jagung, lengkap dengan menu lauk seperti hadangan harang (sate lilit daging kerbau), hadangan madhura (daging kerbau masak manis), dan dundu puyengan (belut dibentuk melingkar), serta maneka kuluban (sayur-sayuran rebus dengan beragam bumbu). Kudapan atau disebut phalamula (umbi-umbian yang direbus dinikmati dengan areh dan air gula). Aneka air minum nalaka rasa (minuman sari tebu), jati wangi (minuman sari melati), dan kinca (minuman sari asam). Pemilihan jenis makanan ini didasarkan pada prasasti serta interpretasi dari relief Candi Prambanan dan Borobudur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun