Mohon tunggu...
Eliza Bhakti
Eliza Bhakti Mohon Tunggu... Environmental Enthusiast

Government Officer | Environmental Enthusiast | Writer in progress |

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Perang Air, Ketika Air Memicu Konflik Internasional

16 Juni 2025   15:19 Diperbarui: 16 Juni 2025   20:58 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sumur yang Mengering (Unsplash/ Mihly Kles)

"Jika perang abad ini banyak diakibatkan oleh persengketaan minyak, perang masa depan akan dipicu oleh air", kalimat ini diucapkan Ismail Serageldin, Wakil Presiden Bank Dunia pada 1996. Kini, kalimat itu kian menjadi nyata!

 Vandana Shiva dalam bukunya Water Wars bahkan menggunakan istilah blood for waters, konflik air yang memicu pertumpahan darah. Beragam konflik dan perang berpotensi terjadi di berbagai belahan bumi dengan satu alasan, perebutan air!

Negara adidaya Amerika Serikat sekali pun tak luput dihadapkan pada kenyataan pahit, perang air dengan negara tetangganya, Mexico.

Menurut Bloomberg, konflik air ini dimulai sejak 1944. Dalam perjanjian bilateral antara kedua negara, Mexico harus mengirim 1,75 juta acre-feet atau hampir 500.000 meter kubik air ke AS selama lima tahun, atau rata-rata 100.000 meter kubik per tahun. Namun sejak awal 1990-an, Mexico gagal memenuhi komitmennya terhadap perjanjian tersebut. Salah satu pemicunya adalah perubahan iklim yang memicu kekeringan panjang di Mexico.

Ilustrasi Perang Amerika dan Mexico pada 1846 (www.dncr.nc.gov)
Ilustrasi Perang Amerika dan Mexico pada 1846 (www.dncr.nc.gov)
Sebagai dampaknya, Texas -yang kebetulan adalah lumbung suara dan daerah pendukung Trump terbesar- mengalami kelangkaan air. Defisit pasokan air dari Mexico membuat Trump meradang. Presiden AS dari partai Republik ini mengancam akan mengenakan tarif dagang tinggi pada Mexico, bahkan mengeluarkan ultimatum pemberian sanksi jika Mexico tidak segera mengirimkan air.

Perang Air India dan Pakistan

Perseteruan India dan Pakistan Dipicu oleh Perebutan Sungai Indus (The New Indian Express)
Perseteruan India dan Pakistan Dipicu oleh Perebutan Sungai Indus (The New Indian Express)
Beralih ke Asia Selatan, konflik air lintas negara terjadi antara India dan Pakistan. Kedua negara telah memiliki Perjanjian Air Sungai Indus/ Indus Water Treaty (IWT) yang merupakan perjanjian yang mengatur penggunaan air di Sungai Indus dan anak-anak sungainya.

Perjanjian ini ditandatangani pada 19 September 1960, membagi sumber daya air secara adil. India memiliki kendali atas 30% dari total air dengan kontrol penuh pada "Sungai Timur", yaitu Beas, Ravi dan Sutlej. Sedangkan Pakistan memegang kendali 70% dari total air, dengan kendali pada "Sungai Barat", yaitu Indus, Chenab dan Jhekum.

Namun kenyataannya, perselisihan masih kerap terjadi. Selama bertahun-tahun, Pakistan dan India telah menempuh jalur hukum untuk mencapai kata sepakat, ditengahi oleh Bank Dunia.

Pakistan menolak beberapa proyek infrastruktur sumber daya air dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) India, dengan alasan bahwa proyek-proyek tersebut akan mengurangi debit aliran sungai dan melanggar perjanjian.

Sementara itu, India terus berupaya untuk meninjau dan mengubah perjanjian Indus, dengan alasan perubahan kebutuhan dari semula berfokus hanya untuk keperluan irigasi dan air minum bergeser menjadi untuk pembangkit hydropower.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun