Mohon tunggu...
Elysa Pasupati
Elysa Pasupati Mohon Tunggu... Administrasi - Perempuan bekerja, seorang istri, dan ibu bagi 2 princess yang lucu2

Just want to share from heart....:)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepasang Sandal Jepit (A Pair of Flip-Flops)

2 November 2011   08:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:09 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

******

Hujan deras mengguyur komplek perumahan desa kami Perumnas II di sebuah kotakecil  di Jawa Tengah. Hujan mulai dari subuh hingga jam delapan pagi tak terlihat ada jeda rintik ataupun tanda tanda berhenti. Parit kecil depan rumah meluap membanjir ke jalan depan komplek genangan air setinggi lutut orang dewasa. Air parit mampet membuat tumbukan sampah yang terbawa air tampak menggunung. Hari ini  sekolah ku libur, sekiat jam 9 pagi aku dan bapakku keluar rumah bermaksud membersihkan tumpukan sampah itu, maklum kalau terus dibiarkan air bisa masuk ke dalam halaman rumah kecil kami. Setelah memakai jas hujan yang agak robek Bapakku dan aku memanggul garu dan segera mulai bekerja. Bapak : Don...garunya pelan-pelan ... sapa tahu ada ular kebawa air kan bahaya tuh.. Aku : ok..pak tenang ..tenang...ujar ku... maklum samping kanan rumah kami tanah kosong yang masih banyak ilalangnya, tak heran sering terlihat ular, kadal, dan binatang melata lain bersarang di sana. Bapak : Don..botol bekas aquanya jangan dibuang yah...dikumpulin buat dijual, gayung bekas juga jangan dibuang... Aku : Ya....sahut ku sambil memungut botol bekas aqua ukuran tanggung sebanyak 3 buah dan gayung biru bekas yang sudah retak gagangnya seraya menumpuknya disisi kanan kaki ku... Maklum keluarga kami tidaklah kaya, untuk menghidupi 3 orang anak-anak nya Bapakku boleh dikata sangat ulet, selain pekerjaan utamanya sebagai guru SMP, dia juga mengumpulkan barang-barang rosok untuk dijual kembali, itung itung menjaga lingkungan dapet juga untung duit itu kata-kata yang sering beliau ucapkan disela-sela kegiatannya menumpuk barang rosok. Aku anak ke dua dari tiga bersaudara kakakku perempuan sudah kuliah, aku sekolah di SMP dan adikku masih duduk di kelas 3 SD. Untuk makan sehari hari dan biaya sekolah kami Bapak dan Ibu memeras otak dan keringat mereka. Ibu membantu menambah uang makan dengan berjualan kue-kue dan jajanan kecil di titipkan di warung-warung sekitar komplek, lumayanlah buat tambah tambah. Bapak: Wah don..ada sandal nih buat kamu, masih lumayan bagus loh...kayaknya pas lagi, kata bapak sambil menyodorkannya padaku... Aku: Walah pak...kan cuma sebelah kiri nya saja, mana bisa di pakai....ujarku Bapak : Sudah simpan dulu toh...nanti juga ada sebelah kanan nya.. Aku : Ku pandang sandal warna putih dengan garis horisontal  warna hitam....wah pak ini susah cari pasangannya di rumah nggak ada yang motifnya kayak gini...ada nya sandal swallow warna oranye, Biru , Ijo dan sandal teklek punya ibu....kata ku Bapak: Wes..disimpan dulu..nanti juga ada pasangannya Aku : hhhmmm..aku mengangguk dengan malas dan menumpuk sandal putih garis garis hitam itu kedalam tumpukan rosok yang lain.

******

Tiga hari berlalu sejak kejadian itu, pada hari Sabtu pagi hujan kembali mengguyur dengan deras disertai petir dan angin yang berhembus kencang. Hujan dari jum'at malam hingga jam 3 siang belum ada tanda-tanda berhenti. Hujan lebih lebat dari tiga hari sebelumnya, banjir air kecoklatan menyulap jalan komplek serupa sungai Opak. Aku pulang ke rumah dengan seragam basah kuyup, dan sepatu yang dikalungkan di leherku, sepeda ku mogok dijalan karena rantai nya lepas sehingga harus kutuntun pulang ke rumah.  Saat masuk halaman rumah, ku lihat Bapak sudah duduk diteras  sambil merokok. Bapak : Don..lihat tuh paritnya kesumbat lagi...nanti kita bersihkan kalau hujan sudah berhenti kata Bapakku sambil menunjuk tumpukan sampah di parit depan rumah. Aku : Iya pak..donny masuk dulu jawab ku sambil berlalu Setelah jam menunjukan pukul 4.30 hujan mulai rintik pertanda akan mereda, segera saja aku dan Bapak meraih jas hujan butut kami buat mengorek sumbatan sampah di depan rumah. Aku dan Bapak mulai bekerja mengorek sampah dan kayu-kayu yang saling membelit dan menyumbat. Kami mulai memilah sampah plastik, botol, ban bekas, hingga bola pimpong. Hingga tanpa sengaja ujung garu runcingku menusuk sesuatu berwarna putih hitam yang kusam dan empuk. Segera kuangkat garu ku tinggi-tinggi,  kupandangi seksama benda itu tak ayal mata ku membesar. Aku : Bapak..pak...ujar ku Bapak : Bapak menoleh ke arah ku...ada apa? Aku : Sandal jepitnya..kataku tergagap Bapak melihat ke ujung garuku dan tersenyum, terlihat sandal jepit warna putih dengan garis horizontal hitam yang tertancap di ujung runcing garu ku. Bapak : Wah...btul kan le...kata Bapakku, kalau kamu sabar ketemu juga pasangan sandal mu... Aku : Iya pak ini sandal sebelah kanan  yang kemarin...kataku senang. Wah bakal punya sandal baru pikirku, maklum sandal swalow lamaku sudah berlubang ditumit sehingga panas aspal bisa leluasa mampir di telapak kaki ku yang kapalan. Aku : Wah..berkah banjir musim hujan tahun ini  sepasang sandal putih dengan garis garis hitam....kataku pelan.

*****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun