Burung Flamingo dikenal sebagai burung berwarna pink cantik yang dapat dijumpai di belahan dunia barat dan timur  termasuk Amerika Selatan, burung tersebut termasuk dalam genus Phoenicopterus dan familia Phoenicopteridae. Kata flamingo berasal dari bahasa Spanyol flamengo, bentuk awal flamenco. Kata-kata ini berasal dari bahasa Latin Flamma, yang berarti 'api'.Â
Beberapa hari yang lalu saya mendapat tugas untuk  memeriksa kondisi satwa di salah satu LK di Bali. Sebelum beranjak pulang mata saya tertuju pada burung cantik ini. Burung flamingo, burung ini adalah burung unik dengan cara hidup berkoloni dan termasuk unggas yang monogami dan hanya menghasilkan 1 (satu) telur selama setahun sekali.Â
Fakta lain yang tak kalah unik adalah bagaimana flamingo selalu berdiri dengan satu kaki dengan kaki yang satunya lagi dilipat dengan tujuan kaki yang satunya tidak basah sehingga dapat menghemat energi (wikipedia). Flamingo termasuk burung akuatik dengan paruh yang berfungsi untuk menyaring udang dan algae, faktor diet /makanan yang kaya akan karoten inilah yang menyebabkan bulu burung flamingo berwarna merah muda keabu-abuan, bahkan ada yang kemerahan.Â
Apabila burung ini tidak diberi makan sebagaimana di habitat aslinya maka semakin lama warna bulu burung ini akan berwarna putih. Di habitat aslinya burung ini termasuk burung migran yang dapat menempuh jarak minimal 300 mil. Yang sangat menarik lagi adalah tarian burung flamingo yang terlihat seperti penari balet.
Tadi sore, saat menghadapi kejadian tidak mengenakan dan penuh amarah, harga diri seperti di injak-injak padahal sudah berusaha ramah (adat ketimuran), saat orang yang tersayang yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalahmu ikut terbawa-bawa, dan merasa tidak nyaman atas perlakuan orang yang sebagai statusnya sih temen tapi cederung seperti hater.Â
Sempat terlintas dibenak saya sudahkan waktunya saya menarikan tarian flamingo alias flame (membakar emosi) and go (alias langsung cabut). Ternyata tidak bisa demikian saya malah memandang lekat-lekat orang-orang diseberang meja saya yang tak ada satupun yang memandang balik ke arah saya, mereka sibuk untuk pura-pura tidak kenal tidak melihat tenggelam dengan obrolan mereka yang terus terang saya sama sekali tidak tertarik.Â
Karena saat itu ada 2 bidadari kecil saya yang sibuk berlarian bikin rusuh seisi pesta. Perasaan saya saat itu benci, ya jelas, sama sekali tidak respek ya jelas, namun saya jadi tahu posisi dimana saya harus berpijak.Â
Memang dunia kami berbeda dan tujuan perjalanan saya berbeda dengan mereka. Ternyata saya bukan burung flamingo yang berkoloni, lebih cenderung pada burung soliter yang mandiri tanpa harus punya koloni.Â
Namun tarian flamingo yang cantik itu harus tetap ditarikan bukan ? sesekali, alias flame and go, ah sudahlah memang sudah saatnya melangkah pergi.
                                                                   (dokumen pribadi)
Denpasar, 3.06 WITA (lagi pengin nulis jadinya sampai malem deh :P)