Mohon tunggu...
Elya Dz Azizah
Elya Dz Azizah Mohon Tunggu... Guru - Elya Dzurrotul Azizah

nama saya Elya Dzurrotul Azizah, biasa dipanggil Lia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Yuk, Ajak Anak untuk Bereksplorasi

2 November 2020   23:09 Diperbarui: 2 November 2020   23:15 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ma, aku tadi dengar kata bu Guru tidak boleh marah nanti dapat surga. Nah tadi teman sekelasku marah, sama bu guru dibilangin tidak boleh marah nanti dapat surga. Temanku malah jawab, kan aku rajin sholat pasti masuk surga. Ibu guru jawab, loh percuma sholatnya kalau sering marah. Ya udah tau gitu aku gak usah sholat kalau aku sering marah, kan percuma tadi kata bu guru, kan aku sering marah nanti sia-sia sholatku," tanya anak tersebut dengan polosnya kepada mamanya.

Pasti kalian sering mendengar hadits yang berbunyi "Laa taghdob wa lakal jannah" yang memiliki arti "Jangan marah, maka bagimu surga". Pasti kalian kerap sekali mendengar hadits tersebut. Bahkan di TK sudah diajarkan dan dihafalkan hadits tersebut, yang bertujuan agar anak tidak saling marah kepada temannya. Tidak jauh dari itu, ditempat magang saya waktu itu, ketika ada anak bertengkar bu guru secara spontan melafalkan hadits tersebut juga diikuti teman-temannya agar pertengkaran cepat selesai.

Nah, lalu apa jadinya jika pemahaman anak berbeda dengan hal tersebut? Seperti yang dialami cerita di atas? Apa yang akan kalian lakukan? Dalam penyelesaiannya banyak sekali cara untuk menyelesaikan perbedaan pemahaman tersebut. Akan tetapi, untuk kali ini saya akan menggunakan metode eksplorasi. Anak akan diberi perumpamaan agar anak bisa memahami perumpamaan tersebut secara langsung.

"Ayo nak ikut mama ke tempat sampah," ajak ibu tersebut, dan anak hanya menurut sambil banyak bertanya, tapi jawaban ibu tersebut hanya sebatas "udah ikut aja, mama mau tunjukin sesuatu" sontak saja anak hanya menurut apa kata mamanya. Setelah sampai di tempat sampah, ibu tersebut mengajak anak untuk mencari plastik yang paling jelek dan paling kotor. Setelah anak tersebut menemukan plastik tersebut, ibu mengambil ember yang diletakkan sekitar tiga meter dari keran air. Lalu ibu tersebut mengajak anaknya untuk berlomba-lomba mengisi air dalam ember dengan plastik yang kotor, berlubang, dan jelek tersebut yang didapatkan dari tempat sampah tadi.

Setelah dirasa anak mulai merasa capek. Baru ibu tersebut menanyakan "Capek ya? Bagaimana mainan tadi, seru tidak?" "Capek sekali Ma, kayak percuma ngambil air dengan plastik jelek dan berlubang," jawab anak tersebut. "Apakah airnya nyampek ke ember?" timpal ibu tersebut, dan anak tersebut hanya berbalas menggeleng. "Kenapa sih ma kok pakek plastik jelek dan berlubang untuk mengambil air, kan banyak wadah di dapur unuk menampung air?" tanya anak tersebut dengan nada kesal dan rasa penasaran. "Coba deh lihat plastik yang jelek, berlubang, dan kotor tadi. Apakah ada yang beda dari awal tadi?" Ibu tersebut diam, dan membiarkan anak tersebut untuk mencari perbedaannya sendiri. "Iya Ma, ada yang beda, plastiknya menjadi bersih, tidak kotor dan jelek kayak tadi di tempat sampah. Tapi, sayangnya masih berlubang," jawab anak tersebut dengan nada senang ketika menemukan perubahan dari plastik tersebut.

"Tahukah nak, coba pahami ya, perumpamaan plastik jelek, kotor, dan berlubang tadi adalah marah kakak tadi. Sedangkan air tadi adalah sholatnya kakak. Sedangkan kakak yang lari-lari untuk berusaha membawa air ke dalam ember meskipun jatuh-jatuh adalah usaha kakak agar tidak pernah meninggalkan sholat satu kalipun. Setelah kakak berusaha lari-lari mondar-mandir membawa air dalam plastik yang jelek, berlubang, dan kotor tersebut lama kelamaan plastik tersebut bersih dan tidak kotor, meskipun airnya tidak sampek ember, setidaknya plastik tersebut sudah bersih. Sama halnya dengan sholatnya kakak yang sering marah-marah, kalau kakak rajin sholat pasti lama kelamaan sifat marah kakak akan hilang, jadi sholatnya gak percuma" jelas ibu tersebut.

Seelah kita simak cerita di atas, kita bisa mengambil kesimpulan metode pengajaran yang digunakan oleh ibu tersebut. Yakni berupa metode eksplorasi, anak akan menjelajah pikirannya, yakni plastik jelek dan kotor bisa bersih dengan cara sering-sering dimasuki air. Tidak hanya itu, anak bisa berfikir lebih konkrit dengan adanya perumpamaan tersebut.

Masih ingat dengan iklan Dancow yang percakapannya "Bunda boleh gak?" Intinya dalam iklan tersebut hujan-hujanan. Bisa dikatakan hal tersebut anak bereksplorasi tentang air hujan, karena anak penasaran dengan hujan, rasa air hujan, dan penasaran rasanya hujan-hujanan. Akan tetapi, kebanyakan orang tua melarang anaknya untuk bermain hujan-hujanan dengan alasan nanti sakit lah atau demam, pilek, dan alasan lain yang membuat anak sakit dan takut. Akan tetapi ketika anak tersebut diberi izin untuk hujan-hujanan, anak akan merasakan hujan itu seperti apa, rasa air hujan seperti apa, atau bisa merasakan rasanya hujan-hujanan. (Ini hanya dugaan dari saya ya? Kalau ingin tau kebenarannya bisa tanya langsung ke pembuat iklan hehe)

Nah bisa disimpulkan metode untuk mengajari anak tidak muluk-muluk dijelaskan, akan tetapi bisa menggunakan berbagai metode, salah satunya dengan mengajarkan anak untuk bereksplorasi. Karena dengan bereksplorasi, anak bisa terjun langsung dan anak bisa berfikir konkrit atau tidak ngawang.

Sekian tulisan dari saya, semoga bermanfaat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun