Mohon tunggu...
Elya Dz Azizah
Elya Dz Azizah Mohon Tunggu... Guru - Elya Dzurrotul Azizah

nama saya Elya Dzurrotul Azizah, biasa dipanggil Lia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Ma, Jangan Hilangkan Kreativitasku"

19 Oktober 2020   13:50 Diperbarui: 19 Oktober 2020   13:59 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Solopos.com

"Sel, ayo nanti main masak-masakan lagi di depan rumahku kayak kemarin," ajak Nuri sambil menunggu jemputan dari orang tuanya sehabis pulang sekolah. 

"Gak bisa Nur, aku kemarin habis dimarahi orang tuaku habis-habisan gara-gara kemarin main masak-masakan, soalnya aku setiap hari ada jadwal les dan aku tidak boleh alfa," jawab Seli dengan nada tidak bersemangat. 

"Kalau hari Minggu? Kan libur sekolah," tanya Nuri. "Sama saja Sel. Aku kalau hari Minggu lesnya dobel malah, pagi les matematika dan sore les musik. 

Orang tuaku ingin agar aku bisa masuk di sekolah favorit agar aku menjadi anak pintar dan ingin agar aku menjadi anak berbakat. Begitu kata orang tuaku. Jadi bagaimanapun caranya aku harus patuh sama orang tuaku, jika tidak seperti itu siap-siap saja aku dimarahin orang tuaku habis-habisan," jawab Seli.

Setelah kalian pahami cerita di atas, apakah pola asuh tersebut sudah benar? Lalu apakah dampak negatif dari pengasuhan tersebut? Baik, saya akan menjawabnya. Pola asuh tersebut merupakan polas asuh otoriter. 

Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang sangat menuntut anak agar menuruti perintah orang tua. Mereka mengatakan melakukan hal tersebut dengan alasan orang tua sayang pada anak, padahal orang tua tersebut sedikit sekali memberikan reward, akan tetapi lebih banyak memberi hukuman pada anak, terlebih lagi ibarat orang tua memegang remot kontrol dan anak sebagai mainannya. 

Menurut the American Health Assosiation pola asuh otoriter masih sering digunakan oleh orang tua hingga saat ini, semua bertujuan agar anak bisa menuruti semua keinginan orang tua dan orang tua tidak segan jika anak melanggar perintah orang tua dan memberlakukan hukuman.

Dampak negatif yang akan diterima anak adalah anak akan menjadi seorang penakut dan kurang percaya diri, anak akan menjadi penurut dan kurang memberikan memberikan, karena pada kesehariannya orang tua tidak pernah mendengar pendapatnya pada akhirnya anak malas untuk berpendapat dan menyebabkan matinya kreativitas. 

Seperti contoh anak memakai make up bundanya tanpa sepengatuhan bundanya atau anak mencoret-coret dinding sesuka hatinya, setelah itu orang tua marah habis-habisan dan memberi hukuman tidak diberi uang jajan misalnya, hal tersebut sedikit demi sedikit kreativitas anak akan pudar.

Dari tadi bilang kreativitas. Sebenarnya kreativitas itu apa sih? Apakah orang yang dapat menciptakan hal yang baru (seperti contoh: "Wah kreatif sekali bisa buat mainan dari sedotan") termasuk kategori kreatif? Apakah kreativitas hanya dari hasil karya yang berbeda saja? Menurut Dedi Supriadi (1994) kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang berbeda dari sebelumnya. Nah, maka dari itu makna kreativitas tidak hanya dari hasil karya saja, akan tetapi kreativitas memiliki makna luas yakni bisa berupa gagasan, seperti contoh orang dalam memberikan solusi yang berbeda dan mudah diterima atau bisa juga berupa penyelesaian masalah baik yang dihadapi sendiri maupun yang dihadapi orang lain. Jadi, bisa disimpulkan kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menciptakan hal baru yang sebelumnya belum pernah ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun