Mohon tunggu...
Elvrida Lady Angel Purba
Elvrida Lady Angel Purba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mengalir dan Kritis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

It won’t always be easy, but always try to do what’s right.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Gadis Kulit Gelap yang Unik

8 Mei 2021   16:00 Diperbarui: 8 Mei 2021   16:12 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh : Elvrida Lady Angel Purba

Malam hari yang gelap aku berdiri di teras rumahku sambil meratapi nasibku. Aku yang selalu mendapatkan tindakan yang tidak menyenangkan di sekolah membuatku malas bersekolah. Hampir setiap malam aku selalu menangis karena mengigat perkataan temanku yang tidak menyenangkan. Namun orang tuaku selalu menyatakan untuk bersikap tidak perduli dan bersabar.

Aku adalah gadis yang berkulit gelap di besarkan dengan latar belakang dari keluarga yang sangat kental dengan suku batak. Namun, tinggal di kota yang besar yang hampir penduduknya tidak ada yang bersuku batak. Itulah sebabnya, aku selalu di kucilkan dan tidak memiliki teman. Aku bersekolah di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP)  kelas VII di Palu. Selama aku bersekolah aku hanya memiliki satu sahabat yaitu Rani. Kami memiliki kepercayaan yang sama sehingga kami dapat berkomunikasi dengan baik.

Aku dibesar di sebuah gubuk yang kecil, yang hanya mampu menampung empat orang saja. Namun, aku tidak pernah untuk berkecil hati. Yah walaupun, aku bersekolah yang sebagian besar siswanya tergolong menengah keatas. Selain pekerjaanku sebagai Pelajar, aku juga membantu orang tuaku setelah pulang sekolah sebagi Buruh Tani. Hal itu sudah sering kulakukan bahkan menurutku itu sudah kewajibanku sebagai anak tunggal di keluargaku.

Di pagi hari yang cerah, aku menyambut hariku dengan senyuman. Sebelum aku melangkahkan kakiku kesekolahku, aku berdoa kepada Tuhan sebagai ucapan syukurku kepada-Nya. Sambil menunggu Rani lewat dari depan rumahku, aku pun berpamitan inang (yang artinya dalam bahasa batak adalah Ibu) dan among (yang artinya dalam bahasa batak adalah Ayah). Tidak lama kemudian Rani datang dan kami pun langsung bergegas ke sekolah. Kami sudah terbiasa berjalan kaki dari rumah menuju sekolah, begitu juga dengan sebaliknya.

 Bel pun berbunyi yang menandakan masuk kelas, kami pun langsung bergegas masuk kelas. Aku meletakkan tasku sembari  menghela nafasku karena tadi lari menuju kelas. Tanpa ku sadari kursi yang biasa kududuki ternyata ada lem yang membuatku susah untuk berdiri. Aku pun bertanya kepada teman sekelasku " siapa yang lem dikursiku?" tanyaku kepada mereka. Diantara 24 siswa hanya satu orang yang menjawab "kamu cari tau saja sendiri, makanya sebelum duduk lihat-lihat dulu dong" kata Siska. Dan seperti biasanya teman sekelasku hanya menertawakanku ketika aku sedang kesusahan. Aku hanya bisa diam dan menahan tangisku.

Bagi mereka aku hanya berkulit hitam dan tidak berguna. Namun, aku tidak akan putus asa, aku akan buktikan kepada mereka bahwa kita itu sama dan aku mampu, itu yang selalu ada dalam hatiku dan pikiranku. Ini membuat aku untuk termotivasi untuk giat belajar. Rasanya jika belajar dengan buku yang diberikan sekolah itu tidak cukup. Aku pun meminjam buku dari perpustakaan untuk menambah bahan referensiku belajar. Yah memang tidak mudah bagiku untuk membagi waktuku untuk belajar dengan cara yang ambisius. Aku menjadi jarang pergi ke sawah untuk membantu orang tuaku, aku hanya menyempatkan waktuku tiga kali dalam seminggu saja pergi kesawah. 

Hari ini Selasa, aku melihat keluar cuacanya mendung. Tapi, walaupun cuaca mendung tidak membuatku malas sekolah. Seperti biasanya aku berdoa dahulu sebelum pergi ke sekolah, aku berpamitan kepada kedua orang tuaku dan inong berkata "tetap lah tersenyum, jangan mendengar kata-kata orang yang membuatmu sakit hati" kata inongku. "olo inong (artinya dalam bahasa batak iya bu). Aku pun menunggu Rani untuk menjemputku yang biasanya dia sudah datang jam segini. Sudah tepat pukul 06.45 WIB namun Rani tak kunjung datang. Karena aku takut telat untuk pergi kesekolah aku pun pergi sendiri. Dan menyampaikan kepada inong "kalau Rani datang ke rumah katakan saja aku sudah pergi" kataku.

Setelah aku sampai di sekolah dan bel berbunyi Rani tak kunjung sampai di sekolah. Aku pun mencoba berpikir positif mungkin Rani telat atau tidak masuk sekolah karena ada sesuatu hal. Ternyata sampai pertengahan pembelajaran Rani tidak kunjung datang, aku pun berpikir sebaiknya setelah pulang sekolah lebih baik aku pergi ke rumah Rani. Karena Rani tidak bersekolah aku duduk sendiri, seperti biasanya aku selalu diusilin dan di bully oleh teman sekelasku. Tasku yang di sebunyikan, rambutku yang di jambak tiba-tiba dari belakang. Namun, aku tidak mau tinggal diam. Aku berteriak dan berkata "apa mau kalian? Air mataku tiba-tiba menetes. Dan ranto pun menjawab "mauku itu kau tidak bersekolah disini karena, tidak pantas orang seperti kau ada disini". Lisa pun ikut berbicara "iya bener kata Ranto mana cocok anak buruh tani seperti kamu bersekolah disini" pekik Lisa.

"Walaupun aku datang dari keluarga yang tidak mampu tapi orang tuaku tak pernah meminta sesuap nasi dari kalian" jawabku. Tiba-tiba guru kami masuk kekelas dan menanyakan "apa yang sedang terjadi" Tanya ibu guru, "ini bu mereka mengejek orang tua saya bu" jawabku.  Guruku pun menanyakan kepada siswa yang lain "apa benar demikian?" namun tak  satu pun menjawab. Aku pun menangis dan guruku mengajak aku keruangannya. Ya, aku menjelaskan semua apa yang terjadi kepadaku. Walau tak ada bukti yang kuat bahwa mereka mengucilkanku, guruku percaya kepadaku karena aku sudah menyatakan yang sejujurnya.

Guruku pun memanggil tiga orang yang mengusilkanku tadi dan menghukumnya, sampai pada jam terakhir sekolah. Kupikir mereka akan berhenti mengganggu aku, ternyata malah membuat semakin membenci. Setelah jam sekolah berakhir dan bel berbunyi yang menandakan pulang sekolah. Aku pulang sekolah sendiri, tidak ternyata mereka mengikutiku dari belakang menggunakan kendaraan mereka. Aku di dorong sehingga aku terjatuh kedalam selokan. Dan meninggalkanku sendirian dalam keadaan terjatuh yang membuat kakiku mati rasa. Untung ada orang yang lewat membantuku berdiri dan mengantarkanku ke rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun