Mohon tunggu...
Elvrida Lady Angel Purba
Elvrida Lady Angel Purba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mengalir dan Kritis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

It won’t always be easy, but always try to do what’s right.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Teroris Punya Agama atau Tidak?

31 Maret 2021   18:57 Diperbarui: 31 Maret 2021   22:24 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Oleh : Elvirida Lady Angel Purba

Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.

Kurang tepat mengatakan "terorisme tidak terkait agama". Sebab hampir semua aksi teror melibatkan tafsir-tafsir agama oleh pelakunya. Artinya para teroris punya pemahamanan agama. Bahwa pemahaman mereka dinilai tidak utuh atau hanya setengah-setengah, itu tidak berarti bahwa mereka tidak punya agama. Banyak di antara kita pun pasti belum menguasai dan memahami ajaran agama sendiri, tapi itu bukan berarti kita tidak punya agama.

Beberapa fakta yang ditemui aparat kepolisian anti teror yang berkaitan dengan Bom Katedral Makassar cukup mengagetkan kita semua.  Selain dilakukan pasangan suami istri yang berstatus pengantin baru, fakta bahwa keduanya sudah menulis surat wasiat juga perlu kita cermati bersama. Seakan-akan perilaku teror ini merupakan sesuatu yang "mulia" dan dibenarkan oleh ajaran agama.

Padahal pada kenyataannya tidak ada agama manapun yang mengajarkan untuk membunuh sesama manusia. Tidak ada agama manapun yang mengajarkan pemeluknya untuk membunuh. Islam sangat menganjurkan sikap toleran serta menjaga persatuan baik dikalangan muslim maupun non muslim.Masyarakat agar tidak takut dengan aksi teror ini, kejadian ini dijadikan pelajaran berharga untuk membangun masa depan baru yang lebih cerah.Pada saat ini banyak yang berpikir bahwa teroris itu ada kaitan dengan agama. 

Namun adalah hanyalah opini belaka. Karena teroris itu tidak memiliki agama atau ateis  tindakan yang menyalahgunakan agama sebagai alat justifikasi kebenaran yang sempit, hanya akan merendahkan keagungan nilai-nilai agama. Karena itu, kata dia, kita harus terus bersatu dan memperkuat karakter moderat di bumi Nusantara ini.

Lalu apakah kita akan menyebut mereka dengan atheis? Ini pun sulit sebab mereka mengakui Tuhan dan memiliki keyakinan terhadap Tuhan.Sikap kita yang terlalu memaklumi bahwa "terorisme tidak terkait agama" dan "teroris tidak punya agama" membuat para teroris semakin leluasa karena mereka menjadi terbebas dari keharusan untuk berpikir ulang atas perbuatannya. 

Dengan mengatakan "terorisme tidak terkait agama" kita justru meringankan beban perbuatan teroris sebab mereka menjadi tidak merasa bersalah atau berdosa atas orientasi keberimanan dan ketuhanan mereka. Sikap penerimaan tersebut bukan untuk melabelisasi perbuatan teror dengan agama. Tapi dengan begitu kita bisa mulai melakukan koreksi dan kewaspadaan lebih kritis pada diri dan lingkungan kita. Kita tidak boleh membiarkan teror terus terjadi. Sudah semestinya kita menjadikan terorisme sebagai urusan bersama dan urusan semua agama. 

Negara juga harus serius menyisir setiap kelompok yang mengajarkan ajaran yang menghalalkan cara-cara sadis untuk menghukum orang lain atas kesalahannya tanpa proses peradilan resmi negara. Negara punya kementerian khusus agama yang seharusnya mampu menjaga agar ajaran agama-agama tetap pada jalur yang semestinya.

Benar bahwa terorisme bukan kesalahan agama. Tetapi teroris yang kita hadapi selama ini adalah umat beragama yang salah memahami ajaran agamanya. Kog mereka bisa salah memahami? Senang atau tidak, kalau mau teroris bersih atau makin berkurang, kita harus koreksi ajaran agama kita masing-masing dan cara mengajarkannya kepada umat masing-masing. Tanpa ada keberanian untuk mengoreksi diri, maka selamanya kita tidak akan mampu mengatasi masalah yang ada di depan mata. Lalu kita hanya berani bilang: teroris tak punya agama.  Jangan kalau sudah musim Pemilu barulah menganggap organisasi keagamaan yang sangat potensial dijadikan lumbung suara.

Pemerintah terlihat masih gagal dalam menangani teroris dan radikalisme di tengah masyarakat. Bahkan setelah banyak kasus, pemerintah tak jarang juga menangkap anggota teroris yang meresahkan itu. Indonesia yang mempunyai banyak prajurit keamanan dan banyak senjata, tapi masih gagal juga. Apakah pemerintah tidak fokus? Atau menganggap hal ini biasa? Kepolisian harus mampu mengungkap dan menindak aktor intelektual di balik aksi teror di tanah air. Aparat harus bertindak tegas pada radikalisme dan terorisme yang kerap terjadi jangan ada kesan negara kalah

           

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun