Mohon tunggu...
Elvrida Lady Angel Purba
Elvrida Lady Angel Purba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mengalir dan Kritis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

It won’t always be easy, but always try to do what’s right.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Gadis Desa Pengubah Nasib

23 Maret 2021   12:12 Diperbarui: 23 Maret 2021   17:21 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tenang saja In, nanti kalau aku sudah mempunyai penghasilan sendiri, aku akan berkunjung ke sini lagi," kata si Gadis Desa dalam tangisnya itu.

 "Yang benar El? Akan kuingat apa yang kamu sampaikan tadi. Kalau sudah disana, kuharap kamu tidak lupa denganku." Kata Indri dengan suara serak karena menagis. Mereka pun berpelukan untuk yang terakhir kalinya.

"Sahabat bagiku bagaikan burung pipit yang tak henti berkicau saat berada di perkumpulannya dan menjadi orang bisu saat bertemu orang baru. Yang dapat menghibur, membantu, mengingatkan, serta memperlihatkan. Begitu indahnya masa-masa remaja jika dilakukan bersama. Membuat dan menambah coretan di dalam buku kehidupanku Menemukan yang sejalan, sepemikiran, dan bisa memberiku kenyamanan. Hingga tiba hari dimana aku pergi meninggalkan semua itu. Meninggalkan banyak kenangan dan berusaha untuk kuat dan berharap  suatu saat bisa bertemu denganmu In," Bisik si Gadis Desa itu kepada Indri.

Kembali lagi dengan suasana baru dimana Gadis Desa itu memulai hidup baru lagi, dia harus bisa beradaptasi kembali dengan lingkungannya. Pada saat ini rasa takut untuk beradaptasi itu mulai hilang, karena sudah memiliki pengalaman sebelumnya. Saat itu si Gadis Desa juga sedang mempersiapkan diri untuk memasuki Perguruan Tinggi Negeri. Dia bingung harus pilih jurusan apa. 

Gurunya saat itu sangat menyarankan dia untuk mencoba jalur undangan, karena nilai si Gadis itu bagus. Dia pun tak berpikir panjang, yang hanya dipikirannya apa yang dikatakan Guruku pasti sudah yang terbaik untukku. Dia pun semakin tergerak untuk mengikuti jalur undangan tersebut.

Pada saat pendaftaran, si Gadis Desa itu bingung harus memilih jurusan apa. Dia tidak bertanya kepada orang tuanya, karena dia ingin memberikan kejutan. Jika dia lulus nanti. Kebetulan sekali si Gadis itu mempunyai kegemaran menulis, berpublic speaking dan membaca. Dia pun mencari di internet kira-kira jurusan apa yang dapat mencangkup keseluruhan. Saat dia mencari di google dan yang keluar adalah jurusan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya

Dia pun semakin mencari tau apa jurusan itu, si Gadis itu pun semakin memantapkan pilihannya ke jurusan tersebut, tanpa berpikir panjang, setelah pendaftaran itu, dia selalu berdoa untuk hasil yang baik. Tiba pada hari penentuan, di mana dia sedang mempersiapkan diri untuk membuka link hasil pengumuman. Temannya mengabarinya ternyata banyak yang gagal. Dia pun takut untuk membuka link tersebut, dia selalu menunda membukanya karena rasa takut gagal menghantuinya. 

Untuk menenangkan pikirannya, dia pun berdoa. Setelah dia berdoa, dia menyakinkan dirinya. Gagal dan berhasil itu hal biasa, kalau gagal coba lagi jalur yang lain. Diluar dugaan ternyata dia lulus, dan dia segera memberitahukan kepada keluarganya dengan bahagia. Namun mendapatkan respon yang kurang baik. Karena prospek kerja dari jurusan yang dia ambil itu sedikit. Tapi si Gadis itu bersikeras untuk mengambil jurusan itu, dan menyakinkan keluarganya bahwa itu yang terbaik untuknya.

Dia pun mencari cara agar orangtuanya dapat memberikan dukungan kepadanya. Dengan berbagai cara dia lakukan namun hasilnya sama saja, orangtuanya tetap tidak mendukung. Tetapi rasa ingin mengambil dan memdalami bidang itu sudah dirasakan dirinya. Dia pun curhat dengan Pendeta di Gerejanya. Pendeta si Gadis Desa itu pun mendukung apa yang akan dilakukan si Gadis itu.

"Wah, mantap sekali Elia ini, Amang salut. Yang Elia hadapi saat ini. Itu hal wajar, orangtua itu pasti ingin yang terbaik. Namun jika kamu ingin tetap teguh pada pendirianmu, ya sudah jalinin saja dahulu. Tapi jangan lupa buktikan sama orantuamu bahwa kamu bisa, dengan cara berprestasi di bidang itu," Kata Pendeta dengan senyum lebar dipipinya.

Nasihat dari Pendeta itu pun selalu diingat oleh Gadis Desa itu, sampai dia semester dua saat ini. Dia sudah menyimpan banyak penghargaan atas prestasinya yang dia capai, Dia juga menjadi tangan kanan Dosennya di kelas. Semenjak itu, keluarganya semakin respect terhadap Elia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun