Mohon tunggu...
Elvis Napitupulu
Elvis Napitupulu Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

I am learning to be more productive....

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Timnas, Bakrie, dan Capres 2014

7 Januari 2013   15:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:24 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sebagaimana kita ketahui bersama, Indonesia kembali gagal berprestasi pada kompetisi sepakbola Asia Tenggara AFF Cup 2012. Timnas ternyata tidak mampu memberikan yang terbaik bagi para penggemar sepakbola di dalam negeri dan malah mempermalukan Indonesia dengan gagal lolos dari babak penyisihan grup. Kegagalan ini menambah coreng di muka sepakbola Indonesia yang sudah sangat lama tidak berprestasi bahkan di level Asia Tenggara sekalipun.

Apabila dicermati lebih lanjut, tidak maksimalnya hasil yang dicapai oleh Timnas dalam keikutsertaan pada AFF Cup 2012 seharusnya dapat dipahami. Timnas berangkat ke Piala AFF dengan kekuatan tim ala kadarnya karena tidak semua pemain-pemain terbaik Indonesia dapat bergabung menjadi pemain Timnas akibat adanya larangan dari KPSI bagi para pemain ISL yang dipanggil untuk memperkuat Timnas. Larangan tersebut sudah melampaui batas dan tentunya sangat tidak terpuji. Sulit sekali memahami perilaku pengecut dan tidak bertanggung jawab para elit KPSI yang menghalangi para pemain tersebut untuk membela negaranya demi kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Yang menarik dari kekisruhan sepakbola yang ditimbulkan kepentingan kelompok dan para elit KPSI terkait dengan larangan bergabung tersebut adalah keterlibatan Bakrie. Sudah menjadi rahasia umum apabila KPSI dan liga ISL didukung oleh perusahaan-perusahaan Bakrie dan dijalankan oleh kroni-kroninya seperti La Nyalla. Kekacauan sepakbola Indonesia seperti didukung oleh kekuatan ekonomi dari sebuah korporasi besar. Dalam kondisi demikian, tentunya akan semakin sulit untuk memperbaiki kekacauan tersebut apabila para penentu kebijakan dalam korporasi tersebut tidak turun tangan. Hal inilah yang tidak terlihat dari orang-orang yang menentukan keputusan pada korporasi yang mendukung La Nyalla dan KPSInya.

Sangat mengherankan tentunya ketika salah satu anggota keluarga Bakrie yaitu Aburizal Bakrie (Ical atau ARB atau apapun sebutannya sekarang ini) malah diam saja ketika KPSI yang disokong oleh perusahaannya melarang pemain ISL untuk memperkuat Timnas. Ical sendiri rencananya akan mencalonkan diri menjadi Presiden RI pada pemilu 2014 melalui partai yang dipimpinnya, Partai Golkar. Secara kebetulan, KPSI juga dipenuhi oleh orang-orang dari Partai Golkar. Akan tetapi, bagaimana kita memilih seseorang menjadi Presiden ketika untuk kepentingan sepakbola nasional saja dia tidak perduli. Bukankah keikutsertaan Timnas dalam turnamen internasional adalah untuk kepentingan bangsa dan negara, untuk mengharumkan bangsa dan negara, untuk menunjukkan kekuatan sebagai bangsa dan negara, dan menunjukkan dominasi terhadap negara lain. Ketika bertanding melawan negara lain, para pemain Timnas tersebut tidak ada bedanya dengan anak-anak bangsa yang pergi berperang untuk menjaga keutuhan bangsa dan negaranya.

Saya pribadi melihat bahwa Ical dapat menjadi salah satu solusi terhadap konflik sepakbola Indonesia saat ini terutama dengan adanya keinginannya untuk maju sebagai capres. Sekarang adalah saat yang tepat bagi Ical untuk menunjukkan dirinya pantas untuk dicalonkan menjadi presiden dengan memulainya pada sepakbola Indonesia. Akan tetapi, kalau Ical diam saja dan membiarkan kekisruhan sepakbola ini semakin mengakar, maka dia tidak pantas memimpin negeri ini. Dan kalau ini yang terjadi maka sekali lagi kita akan terjebak di bawah pimpinan orang-orang yang mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompoknya. Mudah-mudahan dia memilih campur tangan.

Salam sepakbola

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun