Mohon tunggu...
ELVI HIDA
ELVI HIDA Mohon Tunggu... Freelancer - Dewa Hades

Do what you expect to do

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orangtua Sang Konselor Alami

19 Maret 2018   06:20 Diperbarui: 19 Maret 2018   07:47 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak manusia lahir, berkembang, kemudian mati. Dalam siklus hidup begitulah runtutan singkatnya, namun saat dijabarkan menjadi sebaliknya.
Anak manusia lahir memiliki karakter-karakter  yang berbeda, entah terpengaruh oleh DNA ataupun kromosom kedua orang tuanya, yang dimana kedua orang tuanya pun memiliki susunan DNA yang berbeda pula. Sudah barang tentu kombinasi-kombinasi yang acak itulah yang semakin menambah keanekaragaman, perbedaan-perbedaan sifat yang baru dan tentunya belum teridentifikasi oleh ilmu yang mempelajari tentang sifat dan sikap manusia.

Proses identifikasi sifat manusia tentunya tak seperti proses identifikasi hal-hal yang kasat mata lainnya, jauh berbeda dan memilliki cara yang berbeda pula.

Proses identifikasi dilakukan manakala terjadi sebuah masalah ataupun ketimpangan yang terlihat pada diri manusia, tatkala seorang individu memiliki permasalaan dalam diri dan merasa perlu ada yang dibenahi pada dalam dirinya, dan hal itu disebut dengan proses bimbingan konseling, dan biasanya proses pertama yang dilakukan adalah proses identifikasi, yang biasanya dilakukan oleh seorang konselor.

Nah, proses identifikasi tersebut tak mudah, orang yang melakukan identifikasi atau konselor, harus benar-benar secara implisit mengerti tentang karakter  seseorang, dan itu tidak mudah, apalagi dengan seseorang yang dapat dikatakan tak pernah tau keseharian maupun kondisi lingkungan orang yang akan diidentifikasi tersebut, seringnya terjadi ketidaksesuaian antara diagnosa dengan permasalahan sebenarnya, dan akhirnya memunculkan resep-resep yang tak sesuai dengan takaran semestinya dalam menyelesaikan atau menyembuhkan permasalahan dalam diri sesorang.

Sebenarnya proses konseling akan jauh lebih mudah dilakukan dan memberikan diagnosa yang tepat manalaka proses konseling itu dilakukan oleh orang-orang terdekat dari individu yang bermasalah tersebut, disini dalam konteks orang yang terdekat adalah yang paling mengerti karakter maupun jati diri dari individu tersebut, yaitu orangtua.

Orangtua sesungguhnya adalah konselor alami bagi setiap individu di dunia ini, orangtua memiliki tangung jawab bukan hanya bagaimana mencetak anak yang kuat, yang mampu, yang cakap, namun orangtua juga berkewajiban membentuk karakter, jiwa dan kepribadian anak, hasil itu tidak nampak memang, namun orangtua pasti mampu dan mengerti akan hal itu, dan itu tidak mudah untuk dimengerti oleh orang lain.

Orangtua seperti halnya sebuah cetakan baku bagi sang anak, saat anak melakukan interaksi pertama dengan dunia luar, anak pasti berinteraksi dengan orangtuanya, saat anak mulai mengerti tentang kondisi emosi orang lain, pasti anak pertama kali mengerti tentang kondisi emosional orangtuanya, begitu pula dengan hal-hal lainya.

Orangtua ibarat pemegang kunci jati diri bagi sang anak, bagaimana tidak, secara alamiah manusia melakukan apapun yang telah dilihatnya, manusia memang diberikan insting alamiah, namun tetap dalam hal pelaksanaan manusia masih arus melakukan proses pengamatan, nah orangtua yang dimana menjadi orang yang terdekat jika mau mengerti dan berkenan memahami tentang tahapan-tahapan perkembangan psikologis anak pasti orang tua mampu untuk memanagemen hal-hal yang akan di contohkan atau di didikkan kepada sang anak, sesuai dengan tahapan-tahapan yang baik.
Jika orang tua telah mampu mnguasai seluk beluk dari sisi psikologis sang anak, manalaka terjadi sebuah kesenjangan pada diri sang anak tentunya orangtua telah mampu untuk mengidentifikasi, dan akan sangat mudah pastinya bagi orangtua untuk memecahkan masalah yang terjadi pada diri sang anak.

Bimbingan konseling sesungguhnya adalah bimbingan orangtua kepada anaknya, namun seiring dengan perkembangan zaman yang menuntut persaingan, dimana orangtua harus dituntut untuk senantiasa aktif mengikuti berputarnya arus kemajuan, sehinga orangtua terkesan tak begitu memperdulikan pola asuh, maupun tumbuh kembang sang anak, jangankan untuk mengerti karakter sifat yang tak nampak, untuk tau bagaimana sang anak mampu menulis pun orangtua saat ini terkesan tak tau, semua serba praktis dan semua menginginkan yang instan, termasuk dalam membimbing anak.

Hal tersebutlah yang kini menjadi tugas orang-orang di luar rumah yang peduli dengan perkembangan anak, banyak lembaga-lembaga pendidikan maupun lembaga swadaya yang berkelut dalam melakukan bimbingan-bimbingan, mereka mengidentifikasi masalah yang terjadi pada diri setiap anak, mereka melakukan tugas yang semestinya bukan tugas mereka, memang terkadang mampu menyelesaikan masalah namun itu membutuhkan proses pendekatan yang ekstra, butuh energi tambahan untuk melakukan hal rumit yang berhubungan dengan masalah psikologi, kepribadian maupun sikap.

Hal berbeda tatkala proses bimbingan konseling itu dilakukan oleh orang tuanya sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun