Mohon tunggu...
Elvidayanty Darkasih
Elvidayanty Darkasih Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja lepas

Email : elvi.jambi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nostalgia Ramadan, Ngabuburit Mencari Ikan dan Belut

19 April 2021   22:05 Diperbarui: 19 April 2021   22:41 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon pulai/pohon pule. (Foto : tangkapan layar www.ciriciripohon.com)

"Tudung saji buat apa?" Tanya Abang saya. 

"Buat nyerok ikan." Jawab saya. Lalu saya dan Abang pergi mengendap-endap, takut ketahuan orangtua. Di suatu tempat, teman-teman kami sudah menunggu. 

Siang itu, tak peduli panas menyengat, saya, Abang saya dan teman-teman tetangga saya pergi ke sebuah tempat yang banyak kolamnya. Kami tidak tahu siapa pemilik kolam-kolam yang tak terurus itu, seperti lahan tak bertuan. 

Sampai di kolam, saya dan teman-teman beraksi. Masuk ke kolam yang penuh lumpur, dengan menggunakan tudung saji saya mulai menyerok air kolam yang bercampur lumpur. Jika beruntung, ada ikan kecil yang terjaring di tudung saji. 

Berbeda dengan abang saya, dengan modal mata kail, cacing sebagai umpan, dan tali senar, abang memantau lubang-lubang yang diduga ada belutnya. Abang saya sangat jago memancing belut. Sesekali, dengan pancingan ala kadarnya, abang bisa mendapat ikan gurami seukuran betis orang dewasa. 

Meskipun saat pulang ke rumah kami membawa hasil berupa ikan dan belut, tetap saja kami diomelin kakak sulung dan mama. Kakak sulung mengomel karena di rumah, mencuci pakaian adalah tanggung jawabnya. Dan setiap pulang dari kolam, bisa dipastikan pakaian kami penuh dengan lumpur. 

Meskipun mama mengomel dan melarang kami ke kolam lagi, ikan dan belut yang kami bawa tetap diolah jadi lauk yang nikmat oleh mama. 

Ancaman dan larangan ke kolam, seperti omongan yang masuk kuping kanan keluar kuping kiri.  Setiap siang, selepas Shalat Dzuhur, saat penghuni rumah tidur siang, kami pergi diam-diam. Tak lupa modal tudung saji, ember kecil dan alat pancing. Saya yakin, hal yang sama juga dialami teman-teman tetangga saya. 

Begitulah cara saya, abang saya dan teman-teman masa kecil saya melewati waktu menunggu waktu berbuka puasa. Jika selama dua hari kami tidak mendapatkan hasil, kami akan libur ke kolam selama 2-3 hari. Setiap kali melihat empang atau kolam, saya akan bernostalgia dengan kenangan masa kecil saya saat Ramadan. 

Kadang, beberapa orang dewasa menakut-nakuti kami dengan mengarang cerita, tujuannya supaya kami tidak lagi berkeliaran di kolam-kolam tak bertuan itu. 

Kebetulan di dekat kolam tersebut ada sebatang pohon pulai yang tingginya mencapai kurang lebih 3 meter. 

"Nanti kalian diculik penunggu pohon pulai itu, kalian dibawa masuk ke dalam pohon itu, terus gak bisa keluar. Tinggal selamanya dengan hantu pohon pulai itu." Begitu omongan salah satu tetangga kami. Beberapa teman ada yang keder, lalu tidak pernah lagi ikut ke kolam. 

"Kemarin, ada anak-anak main di kolam itu pas adzan Dzuhur, dia ditampar hantu pulai, bibirnya jadi mencong (miring) dan nggak bisa balik lagi." Usaha menakut-nakuti kami agar tidak lagi ke kolam terus dilakukan. Bagi kami yang dianggap bandel, jika tidak ada bukti yang terpampang nyata, omongan tersebut sekadar bualan orang dewasa saja. Bermain lumpur sambil mencari ikan dan belut tetap saja kesenangan yang sulit tergantikan. 

Saya lupa kapan terakhir saya dan teman-teman tetangga berhenti main ke kolam tersebut. Saat SMP, kolam-kolam tersebut tiba-tiba sudah hilang, berganti dengan beberapa bangunan rumah di atasnya. Seiring dengan teman-teman bermain saya yang juga ikut pergi. Ada yang pindah ke kota lain, ada yang punya hobi dan mainan baru. 

Sampai sekarang, abang saya masih hobi memancing. Tidak peduli isterinya sering komplain, memancing seperti menjadi jalan ninja bagi abang saya. 

Saat bekerja di komunitas Suku Orang Rimba, saat air sungai dangkal, sesekali saya ikut Anak-anak Rimba memancing ikan. Dan karena ikan yang dipancing seringnya dapat yang kecil, saya cuma bisa bergumam, "harusnya tadi bawa tudung saji." 

Ikan hasil tangkapan saat memancing bersama Anak-anak Rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD)
Ikan hasil tangkapan saat memancing bersama Anak-anak Rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD)

Elvidayanty Darkasih, Jambi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun