Sebelum pandemi Covid-19 mewabah, kakak saya sudah memiliki berbagai koleksi tanaman. Ketika trend tanaman hias, koleksi tanamannya semakin bertambah, saling barter tanaman dengan teman-temannya adalah cara yang paling murah dan mudah untuk menambah koleksi tanaman. Kakak mengeluarkan dana yang cukup besar ketika mengoleksi beberapa jenis bunga mawar.
Saya yang tadinya tidak pernah tertarik dengan kegiatan berkebun, jadi ikut-ikutan ketika kakak mulai mengoleksi beberapa bunga mawar. Warna-warni bunga mawar berhasil menggoda saya untuk ikut-ikutan berkebun.
Apalagi ketika banyak teman yang tertarik membeli bunga mawar koleksi kakak. Meskipun keuntungannya hanya sedikit, lumayan untuk menopang hobi baru. Ada tambahan dana untuk membeli media tanam dan pot bunga.Â
Tapi, merawat bunga mawar membutuhkan ketelatenan dan kesabaran. Ketika beberapa tanaman mawar diserang serangga seperti ulat dan belalang, saya panik. Beberapa tanaman mawar akhirnya mati, yang sekarat dipindahkan kakak saya ke sudut khusus perawatan. Saya akhirnya menyerah merawat tanaman mawar.Â
"Kayaknya memang bukan bakat aku dari dulu ngurus tanaman." Kakak cuma tertawa mendengar ucapan saya. Karena bersamaan dengan banyaknya tanaman mawar yang mati, saya juga gagal menanam beberapa jenis sayuran seperti kangkung, sawi dan bayam.Â
Ketika pulang dari kampung suaminya di Sumatera Barat, kakak saya membawa beberapa jenis tanaman miana. Saya jatuh cinta dengan beragam warna daunnya yang unik dan indah. Kakak menjelaskan, merawat miana jauh lebih mudah daripada merawat mawar. Lebih mudah diperbanyak dan tahan cuaca panas.
Saya mulai merawat miana, sesekali saya membuat bibit miana dengan gelas plastik bekas jajanan keponakan saya. Tadinya, bibit miana ini hanya dijadikan bonus saat ada yang membeli tanaman kakak yang harganya cukup mahal seperti alocasia dan aglonema. Namun, dua bulan terakhir, mulai banyak orang yang datang ke rumah untuk membeli bibit miana.Â