Mohon tunggu...
Elrisa Thiwa Nadella
Elrisa Thiwa Nadella Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Learner | Blogger www.taruihbaraja.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Mencoba Membangkitkan Memori Ramadan Tahun 2000an

19 April 2021   23:25 Diperbarui: 20 April 2021   00:10 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Tahun 2000an, tahun di mana saya mulai belajar berpuasa ketika kanak-kanak. Diawali dengan puaso di baliak papan (gak betul-betul puasa sampai maghrib, entah apa filosofi dari istilah itu. Mungkin maksudnya sembunyi-sembunyi berbuka puasan. Di baliak papan jika ditranslasi ke Bahasa Indonesia menjadi 'di balik papan', tersembunyi.).

Ramadan semasa kecil dulu, masih punya banyak waktu yang bisa dihabiskan dengan berkumpul bersama teman-teman, membunuh waktu dengan bermain bersama.

Di era 2000an, saya dan teman-teman sudah mengenal gawai semacam komputer dan hape jadul yang tahan banting. Meski begitu, kami tetap senang sekali bermain permainan tradisional atau boardgame.

Masak-masak dengan kompor kaleng dan lilin

Lupakan sejenak bermain lompat tali, dore (dikenal juga dengan salatak, cak ingkling, atau entah apa namanya di daerah para pembaca), bermain kejar-kejaran, dan permainan serupa yang menguras energi. Di antara permainan tradional yang kami sering mainkan, bulan puasa adalah saat menyalurkan hobi dan angan-angan memasak.

Saya dan teman-teman senang bermain masak-masak dengan kaleng bekas yang diberi lubang-lubang dengan menggunakan paku dan batu, lalu lilin sebagai bahan bakarnya, sekaligus juga sebagai minyak untuk menggoreng dedaunan. Rajin sekali kami 'memasak' pada masa itu. Sekarang yang sudah diperbolehkan memakai kompor beneran, malah gak serajin dulu. Ups.

Tapi kalau diingat-ingat, meskipun apinya gak gede, ya tetap saja itu bermain api. Lagi pula kompor kaleng juga kompor yang beneran bisa digunakan untuk memasak sesuatu, setidaknya membuat telur dadar menjadi matang.

Monopoli sebagai pembunuh waktu yang menyenangkan

Bagi saya, monopoli boardgame masih jauh lebih mengasyikkan dibandingkan dengan monopoli yang ada di gawai, meskipun kita harus menyusun perintilan-perintilannya. Pokoknya duduk bersama dan memainkan monopoli itu punya keseruan tersendiri.

Kalaupun mau ditingkatkan sedikit, mungkin dibikin sistem gesek dan kartu saja, biar lebih efisien dalam transaksinya. Tapi ya alat geseknya itu dibuat per orang. Hm, kenapa jadi membahas teknis ini?

Kembali ke monopoli. Bermain monopoli yang seemingly endless ini (membuat salah satu dari saya dan teman-teman menjadi bangkrut membutuhkan waktu yang lama), membuat kita lupa waktu. Tahu-tahu sudah di perujung waktu saja. Saking serunya, bahkan kami pun sampai mencatat aset-aset yang dipunya juga titik tempat berpijak, untuk kemudian dilanjutkan kembali besoknya tanpa perlu mengulang dari awal.

Enaknya memang bermain dengan teman-teman yang gila main juga, dan gak gampang menyerah kalau nyaris bangkrut.

Komputer jaman dulu yang tak kalah bikin candu

Komputer kami pada masa itu adalah komputer jaman dulu (jadul) pentium 2. Jika tombol power ditekan, lalu menunggunya sambil makan satu porsi nasi, maka itulah masa menunggu yang bermanfaat, karena komputernya akan hidup setelah nasi itu habis. Sungguh proses yang menguji kesabaran, tapi saya di masa lalu cukup santai atas hal itu.

Di dalamnya terdapat aneka games mulai dari kartu, game-action-horror yang saya lupa namanya, dan banyak permainan dari GameHouse dan publisher lain yang saya lupa namanya.

Ada permainan menjadi bakteri kecil lalu memakan bakteri lainnya, dan kemudian menjadi besar dan seterusnya. Ada pula yang menjadi telur ayam berkaki, lalu memakan cacing-cacing, terus menjadi anak ayam, dan kemudian menjadi induk ayam. Saya dulu senang sekali bermain ini. Bergantian dengan yang lain jika ada yang kalah. Sayangnya kami lupa apa nama permainan ini. Kalau di antara pembaca ada yang tahu, tolong beri tahu saya lewat kolom komentar ya.

Memori tahun 2000an yang tak sepenuhnya terbangkitkan

Sayangnya ingatan ini tak bisa banyak memanggil kenangan lama. Hanya sepenggal-sepenggal kilasan memori yang tak dapat diingat dengan sempurna, setidaknya sampai saya mengetik tulisan ini.

Saya teringat ada animasi Cina gitu yang saya tonton di televisi teman semasa kecil. Saya lupa pastinya di tahun berapa. Saya lupa itu berada di siaran televisi yang mana. Animasi itu animasia plastisin seperti Shaun the Sheep, tapi entah bagaimana cara saya menanyakan ini kepada teman saya itu. Saya penasaran juga ini tontonan apa ya. Bahkan isi tayangannya saja sudah tak teringat. Saya hanya dapat mengingat bahwa kesan saya sewaktu itu adalah saya menyukai tontonan ini. Jika teman-teman Pembaca bisa merasa-rasa maksud saya, bolehlah memberitahu saya pada kolom komentar.

Saya juga teringat Mak Pado, penyiar Radio Harau FM yang sering atuk (kakek) saya putar pada sore hari menjelang berbuka. Ketika menjelang berbuka puasa, Mak Pado menyiarkan sebuah siaran yang saya juga lupa entah apa itu yang beliau bawakan. Sekarang saya sudah tak mendengar radio itu lagi, sudah lama tidak, sudah lama pula atuk tak membersamai kami. Saya coba ketik 'radio mak pado' di mesin pencari, dan tak menemukan informasi. Apakah ada lagi orang di luar sana yang ingin mengetik 'radio mak pado' di mesin pencari?

Seingat saya, setelah Mak Pado siaran, maka pada radio akan dibunyikan sirine, kemudian diikuti oleh adzan maghrib. Mungkin muadzin sedang membasahkan kerongkongan terlebih dahulu ketika sirine itu dibunyikan.

Dan saya yang puaso di baliak papan itu pun ikut membasahkan kerongkongan dengan pacar cina yang dulunya acap sekali nenek saya buatkan.

Jadi segitulah ingatan yang dapat saya bangkitkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun