Mohon tunggu...
Elsa Putri
Elsa Putri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tri Rismaharini Pahlawan Wanita Surabaya

11 Desember 2017   11:02 Diperbarui: 11 Desember 2017   11:07 1786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ir. Tri Rismaharini, M. T atau yang sering dipanggil dengan Risma merupakan walikota Surabaya terpilih yang ke 23. Risma terpilih menjadi walikota melalui pemilihan langsung pada periode pilkada 2010-2015. Selain itu, Risma juga merupakan salah satu walikota perempuan pertama di Surabaya. Dibawah kepemimpinanya, Kota Surabaya berhasil meraih empat kali piala adipura (kebersihan dan pengelolaan lingkungan hidup) pada tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014. Tri Rismaharini merupakan tokoh perempuan pertama yang dipilih secara langsung menjadi walikota Surabaya. Tri Rismaharini lahir di Kediri, 20 November 1961.

Tri Rismaharani menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Kediri dan lulus pada tahun 1973. Beliau melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Surabaya, lulus pada tahun 1976. Kemudian melanjutkan pendidikan ke SMU Negeri 5 Surabaya dan lulus pada tahun 1980. Beliau merupakan sarjana arsitektur Institut Teknologi Sepuluh November dan lulus pada tahun 2002, dan menempuh gelar magister dalam bidang Managemen Pembangunan Kota di Institut yang sama dan lulus pada tahun 2015. Risma menikah dengan Ir. Djoko Saptoadji dan telah dikaruniai dua orang anak Fuad Bernardi dan Tantri Gunarni Saptoadji.

Karir Risma diawali ketika menjabat sebagai kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Ruangan Tanah Bappeko Surabaya pada tahun 1997 sampai 2000, kemudian pada tahun 2001, Menjabat sebagai sebagai Kepala Saksi Pendataan dan Penyuluhan Dinas Bangunan Kota Surabaya, setahun kemudian Risma menjabat sebagai Kepala Bagian Bina Bangunan, setelah itu pada tahun 2005, Risma menjadi Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan, pada tahun 2008, sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya, kemudian pada tahun 2010, sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.

Pada tahun yang sama, untuk pertama kali, Risma dipilih secara langsung menjadi walikota Surabaya. Risma memutuskan untuk menjadi walikota Surabaya menggantikan Bambang Dwi Hartono yang kemudian menjadi wakilnya. Risma mejabat sebagai walikota Surabaya selama dua periode yaitu pada tahun 2010-2015 bersama dengan Bambang Dwi Hartono dan periode dua pada tahun 2016-2020 dengan Wisnu Sakti Buana.

Pada masa kepemimpinan Tri Rismaharini sebagai walikota Surabaya, mendapatkan beberapa penghargaan yaitu Piala adipura kencana pada tahun 2011, 2012, 2013, 2014, Adipura Paripurna pada tahun 2016, kota terbaik se-Asia Pasifik pada tahun 2012 versi Citynet atas keberhasilan pemerintah kota dan partisipasi rakyat dalam mengelola lingkungan, penghargaan tingkat Asia-Pasifik yaitu Future Government Award 2013 di dua bidang yaitu data center dan inklusi digital, Penghargaan The Asian 2013 Townscape dari Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2013, pada tahun 2014 Tri Rismaharini dinobatkan sebagai Mayor of the Month atau walikota terbaik di dunia.

Sepak terjang Risma dalam kepemimpinannya membuahkan hasil yang baik. Keberhasilan kerja kerasnya adalah penutupan lokalisasi Dolly yang merupakan lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara. Tidak hanya Dolly, lokalisasi di Surabaya seluruhnya di tutup. Risma juga mencoba memperhatikan para korban KDRT maupun anak-anak korban traficking.Tidak sekedar memperhatikan, Risma tidak pernah absen untuk mendatangi para pelaku.  Upaya yang dilakukan oleh Risma merupakan ciri budaya politik perempuan yang merupakan hasil sosialisasi antara pemimpin dengan masyarakatnya. Keikutsertaan perempuan dalam pemerintahan menunjukkan kepada masyarakat bahwa peranan perempuan tidak kalah penting dengan laki-laki dalam membangun kesejahteraan masyarakat.

Tri Rismaharini selalu mengingat sebuah cerita seorang ibu yang memasak batu untuk menghibur anaknya. Padahal sang ibu saat itu tidak punya sesuatu untuk dimasak. Bagaimanapun dan selama apa pun batu dimasak, maka juga tidak akan matang. Dari pengalaman itulah Tri Rismaharini selalu berusaha untuk membuat warga Surabaya tidak lagi kekurangan, dengan membuat berbagai program kemanusiaan seperti dalam berita  menyatakan bahwa Risma, sapaan akrabnya, bertutur, saat dirinya menyusuri jalanan di lingkungan rumahnya di suatu pagi, sebelum jarum jam menunjukkan pukul 6, dia berpapasan dengan seorang anak yang belakangan diketahuinya sebagai anak berkebutuhan khusus.

Risma mengaku sempat berpikir bahwa anak di hadapannya itu merindukan kasih sayang sehingga dia mengajaknya berbincang. Dalam program yang dirancang Risma bersama aparatnya di Pemerintahan Kota Surabaya, anak itu kemudian dibimbing oleh para guru dan psikolog. Di tempat itu, beberapa anak berkebutuhan khusus diajari kesenian. Kerja keras dan kasih sayang Risma dan pembantunya, para aparat daerah, berbuah manis. Kasih sayang pemimpin struktural, lanjutnya, juga harus diwujudkan dalam penanganan anak-anak nakal dan putus sekolah. Di Ibu Kota Jawa Timur itu, tidak sedikit orangtua yang mulai menyerah mendidik dan merawat anaknya karena tak lagi tahan dengan kenakalan sang anak.

Ibu Risma merupakah salah satu contoh pahlawan wanita yang dimiliki oleh bangsa kita, semoga kita selalu dapat menteladaninya, dan mengikuti jejak kepahlawanan beliau sebagai pemuda penerus bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun