Mohon tunggu...
El Sanoebari
El Sanoebari Mohon Tunggu... Penulis - Salah satu penulis antologi buku "Dari Pegunungan Karmel Hingga Lautan Hindia".

Menyukai pekerjaan literasi & kopi | Suka buku filsafat, konseling dan Novel | Jika harus memilih 2 hal saat jenuh saya akan makan banyak dan traveling | Suka belajar hal yang baru | Saya suka berpikir random, demikian dalam menulis | Imajinatif | Saya suka menulis Puisi dan cerpen sejak SD, yang terkubur di dalam laptop | Bergabung menjadi kompasianer merupakan tantangan yang menyenangkan | Saya suka segala hal yang menantang | Cukup ya, terlalu banyak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Sang Melankoli

11 November 2022   15:05 Diperbarui: 11 November 2022   15:16 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedikit sulit menjelaskan banyak hal kepada anak-anak yang belum waktunya mengerti apa yang harus dimengerti.

Lunna menambahkan kalimat yang sedikit kurang nyambung

"Biar kakak bisa menjawab pertanyaan Erens." Lalu melanjutkan yang lebih sulit.

 "Alasannya adalah... karena tanpa alasan, pembaca tidak memilih untuk membaca tulisan kakak ini, Erens."

Erens bingung dan hanya tersenyum lalu beralih kepada mainan yang sudah dipegangnya sedari tadi.

Karena sebuah alasanlah saya dan Lunna rutin bertemu yang kadang waktunya tak tentu dan tak beraturan. Sebelum mandi Lunna sudah ada di ruang tamu, menjelang magrib saya bisa meluncur ke kosnya tanpa pesan, bahkan dengan tetiba kami ingin ngabuburit ke suatu tempat tanpa nama, hanya berkeliling, melihat lalu lalang kendaraan, padatnya manusia yang kian hari makin bertambah dan merenungi riwayat diri sendiri yang masih memilih sendiri sampai saat ini, kami mengitari kota dengan pemandangan para pencari rupiah di sudut-sudut kota, menyaksikan betapa kotornya alam ini dan betapa konyolnya kami pergi tanpa tujuan. Lalu terus memberikan nasehat buat diri sendiri.

Suatu hari ketika melakukan rutinitas tanpa tujuan ini, Lunna berkomentar.

"Satu hal yang membuatku berpikir sepanjang hari tadi, di antara tumpukan sampah yang berjibun di dekat jembatan, ada beberapa orang yang sedang mengais makanan yang dipungut dari sampah. Apa yang sedang terjadi dengan dunia? Bukankah bumi ini milik bersama tetapi kenapa tampaknya tidak adil bagi para pemulung? Bukankah kita harusnya bisa berhemat bensin dan uangnya bisa kita berikan kepada mereka untuk membeli makanan yang bersih dan sehat? Aku menyesali perbuatanku yang boros listrik, boros kuota dan bereksperimen berbagai jenis makanan dan kerapkali tak dihabiskan, terutama hari ini pergi tanpa tujuan yang jelas.

Sejak hari itu, Lunna berpuasa berapa kali seminggu, ia menabung lebih banyak, ia tidak pernah lagi ke rumah dan kamar kosnya lebih sering gelap dan ia tidak pernah lagi bisa dihubungi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun