Mohon tunggu...
Elsa Fy
Elsa Fy Mohon Tunggu... Administrasi - :)

reading and writing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cita-cita Paling Laris

19 Desember 2018   11:03 Diperbarui: 19 Desember 2018   17:57 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : unsplash.com/@jerry_318

"Karena hari ini hari pertama kalian masuk sekolah, sebelum mulai pelajaran kita akan perkenalan terlebih dahulu. Dimulai dari meja nomor satu sebelah kanan silakan maju kedepan silakan sebutkan nama, hobi, alamat dan cita-cita  !" kata wali kelas saya dulu, wali kelas  satu (Sekolah Dasar).

Perkenalan dihari pertama masuk sekolah kelas satu Sekolah Dasar (SD) dulu penuh drama. Kami anak-anak yang rata-rata baru berumur enam tahun, baru keluar kandang ruangan, kelas, ibu guru, dan teman-teman sekelas adalah hal yang asing. Walaupun ada beberapa anak, teman sekelas saya dahulu sudah tampil pede maju kedepan dan sudah menyapa sana -sini tapi kebanyakan dari kami merasa kikuk.

 Ada yang maju kedepan dengan membenamkan topinya dalam-dalam sehingga wajahnya tidak terlihat lagi. Ada pula yang menunduk dengan takzim melihat ubin-ubin sambil melipat-lipat jari-jari kakinya, karena terlalu takzim menunduk suaranya tersendat, tidak keluar.

Ada yang menangis sejadi-jadinya, suaranya memenuhi ruang kelas. Akhirnya wali kelas kami membiarkan ibunya yang sedari tadi menonton lewat kaca jendela masuk menemani anaknya perkenalan di depan kelas. Hasilnya tidak begitu significant  anak itu sambil memegangi baju ibunya dan sesekeli mengelap air matanya yang masih saja turun. Begitu seterusnya sampai wali kelas kami mempersilakannya duduk kembali.

Ada yang maju super pede, maju dengan menyandang tas, tas karakter Sinchan. Ada yang tidak mau maju, walaupun ada teman yang menariknya,tetep kekeh duduk diam, seperti ada lem super di bangkunya. Ada yang maju sambil membawa makanan. Drama perkenalan hari itu adalah drama yang manis.

****

Setelah Drama Perkenalan itu berakhir, kami naik kelas dua, kelas tiga, empat, lima dan kelas enam-pun berakhir. Kami menanggalkan seragam putih merah kami . Lalu bergegas Masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak terasa pendidikan dasar hampir tuntas. Menjelang kelulusan masa putih abu-abu saya membaca buku-buku yang baru dibeli kepala sekolah di ibu kota provinsi. Dari sekian banyak buku yang dibeli itu, buku-buku tentang Profesi yang menarik perhatian saya.

Buku-buku Profesi itu didesain dengan full color dan gambar yang menarik. Membuka buku-buku profesi itu saya seperti membuka pintu, membuka kotak Pandora. Maaf jika saya terlalu hiperbola.

Keadaannya memang begitu setelah belasan tahun sekolah berkat buku-buku yang baru di datangkan dari Ibu Kota Provinsi itu saya baru tahu bahwa ada banyak pilihan Profesi yang bisa di cita-citakan diluar Guru, Polisi, Dokter . Saya baru tahu ada yang namanya profesi Penulis, Petani, Aktris, Aktor, Pengusaha, Akuntan, Photographer, Desainer, Atlet, Arsitek, Tentara, Penerjemah, Sekretaris, Wartawan, News Anchor, Penulis Naskah, Politikus, Diplomat, Apoteker, Pustakwan, Pilot, Jaksa, Dosen, Koki, Pramugari, Pramugara, Manajer, Bankir, Koreografer, Animator, Programmer, Pelukis, Musisi, Tour Guide,Wali Kota, Gubernur sampai Presiden dsb.

Dalam buku Profesi itu tidak hanya dijelaskan  bagimana dan dimana Profesi itu dijalankan tapi  spirit kisah orang-orang yang sukses menjalankan Profesi itu juga dipaparkan.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun