Mohon tunggu...
Elsa Fy
Elsa Fy Mohon Tunggu... Administrasi - :)

reading and writing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sama Rupa Beda Rasa

25 November 2018   10:07 Diperbarui: 5 Januari 2019   14:14 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : Dokpri

Karena rindu suasana hujan dan berharap dapaat sedikit sensasi ketenangan dari suara rintik hujan di atas atap Kubuka streaming music. Tersedia banyak macam suara hujan, sudah banyak ku putar tapi tidak dapat apa-apa.  

Pernah suatu hari aku rindu setengah mati dengan rasa jamur-jamur yang pernah kupetik dipohon-pohon tumbang semasa kecil dahulu di kebun bapak ku. Berbinar mataku ternyata jamur-jamur itu banyak dijajalkan di mall---mall. Ku beli jamur-jamur itu, kubayangkan aku tidak hannya akan menikmati kelezatannya tapi jamur-jamur itu akan membawaku kembali kemasa-masa kecil ku dahulu.

Setelah sampai dirumah kumasak jamur itu dan langsung aku makan bersama dengan nasi. Di saat kepulan asap masih bergulung ditengah-tengah mangkok sup jamur.Setelah kusantap jangankan lezat apalagi akan membuka memoar, jauh dari harapan jamur itu rasanya hambar, tidak ada rasa. Yang kubeli dan kumasak ternyata bukan jamur yang pernah kupetik dahulu. Sama rupa beda rasa. Rasa hambar pada jamur itu membuat saya jengke,l ingin rasanya ku maki penjual jamur-jamur itu dan berteriak "Ini palsu, ini plastik berbentuk jamur" !!!

Pernah juga aku tertawa geli menertawakan kebodohan diri sendiri mempercayai iklan-iklan di telivisi bahwa kopi yang mereka seduh dan diminum gadis-gadis cantik dalam iklan sangat amat nikmat. Awalnya kupercayai saja, toh tidak ada bedanya kopi sama kopi hanya saja bungkus kopi mereka lebih cantik .

Untuk membuktikan  kubeli beberapa sachet kopi merek yang sering wara-wiri ditelivisi.Setelah kuhirup rasanya hanya 40% dari kopi yang sering di tongseng ibu.Meskipun bukan pencandu kopi tapi kopi sachet yang ada gambar gadis cantiknya itu jelas bukan tandingan kopi yang dipetik dari kebun sendiri, dikeringkan, dan ditongseng ibuku.

Suara hujan yang turun langsung dari langit menghantam seng karatan, jatuh di pucuk- pucuk daun, jatuh di lautan dan sungai-sungai tidak bisa disamakan dengan suara hujan yang tersimpan di handphone, musik streming dan sebagainya. Jamur yang tumbuh alami di kayu-kayu kering dan tanah-tanah jangan di tandingan dengan jamur yang dijajalkan di mall-mall itu. 

Terakhir kopi sachet dalam iklan jangan dibandingan dengan rasa kopi yang dipetik sendiri lalu dibuat secara senderhana tanpa embel-embel teknologi modern dan segala macam. Sama rupa beda rasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun