Mohon tunggu...
Elsa Fy
Elsa Fy Mohon Tunggu... Administrasi - :)

reading and writing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sinetron Kelas Wahid

23 September 2018   13:00 Diperbarui: 23 September 2018   13:27 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : unsplash.com/@chuklanov

"Sudah ya dek, sudah adzan sholat dulu"  Epilog yang manis dan terdengar menyegarkan ditengah ruangan yang panas.  Waktu itu tiba-tiba saja saya harus banyak berurusan dengan sebuah intansi pemerintah karena suatu hal.  

Kabar berita yang dulunya remang-remang saya terima disiang itu menjadi terang -benderang. Ketika saya melangkahkan kaki disebuah gedung pemerintah laki-laki berkcamata, berperut buncit dan rambut ikal itu menghampiri dan langsung menyapa saya "Dek dari sana ya, taulah dek" maksudnya apa coba?  Saya tidak kenal laki-laki berperut buncit itu "Ini pak saya mau mengantarkan berkas" balas saya. 

Laki-laki berperut buncit itu mengambil berkas saya katanya dia akan membantu saya. Alasannya supaya cepat selesai. Keajaiban itu benar terjadi lima belas menit urusan saya selesai,benar saja berkas saya cepat selesai. Berkas saya tidak melalui meja penerimaan melainkan langsung dibawa laki-laki berperut buncit ke ruangan pimpinan.Entah apa yang dia janjikan kepada sang pimpinan hingga berkas saya langsung ditandatangani tanpa harus melalui antre yang panjang. Padahal berkas yang sama dengan berkas saya sudah menumpuk dimeja penerimaan berkas. Setelah selesai kata "Taulah dek" beberapa kali keluar dari mulut laki-laki berperut buncit itu.

Sungguh pada awalnya saya tidak mengerti apa makna yang tersirat dari kata tersebut. Ditengah rengek-an kata "Taulah dek" handphone saya berbunyi, orang yang menugaskan saya mengantar berkas itu menelpon. Dia menyuruh saya menemui dia kembali, katanya dia lupa menitipkan amplop. 

Daripada bertanya ini dan itu langsung saya berikan handphone saya kepada laki-laki berperut buncit didepan saya, dia mengobrol agak berjarak dengan saya. Setelah selesai diberikannya handphone saya " Dek balik saja dulu nanti balik lagi kesini, titip salam sama Om ya" . Sinetron apalagi pikir saya, Sinetron Tersanjung atau Cinta Fitri?.

Ditengah panas yang menyengat karena waktu itu sudah hampir masuk Sholat Zuhur .Aku kembali menemui laki-laki perut buncit itu diruangannya, melihat saya sudah di depan pintu dia langsung keluar, membuka pintu. Kami mengobrol sambil berjalan seolah-olah biasa saja, benar-benar sinetron kan? . Ku keluarkan amplop yang sudah dipesan itu, langsung diraihnya dan dimasukkan kedalam saku celana. 

 Tidak lama setelah amplop itu bertengger disaku celannaya, Adzan Zuhur berkumndang . "Dek sudah ya, saya mau sholat dulu, nanti kalau ada perlu lagi telpon saja, nomor saya ada sama Om" . Wah ini benar-benar Sinteron kelas wahid, Sinetron Tersanjung dan Cinta Fitri kalah jauh. Setelah dia menerima amplop itu dia menghadap sang ilahi. Tuhan melihat permainan Sinetron kita pak? Gumam saya dalam hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun