Mohon tunggu...
Suryan Masrin
Suryan Masrin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis Pemula, Guru SD Negeri 10 Muntok (sekarang), SD Negeri 14 Parittiga, pemerhati manuskrip/naskah kuno lokal Bangka, guru blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

KH Ja'far Addari; Ulama Bangka Yang Kharismatik dan Bersahaja pada Abad 20

5 Februari 2022   22:20 Diperbarui: 5 Februari 2022   22:22 1972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KH Ja'far Addari Ulama Bangka abad 20 - dok. pribadi

Riwayat Hidup

Ja'far ADDARI bin H. Muhammad lahir pada 2 Juni 1911 di Desa Delas dan wafat tgl 27 November 1994 di Semabung Kota Pangkalpinang dari pasangan, seorang ayah bernama H. Muhammad dan seorang ibu bernama Hj, Husnah. Ja'far merupakan anak keempat dari 4 bersaudara, yaitu H. Soleh bin H.Muhammad, Hj. Nafsiah binti H, Muhammad, dan Ismail bin H. Muhammad. 

Selanjutnya Ja'far menginjak usia dewasa dan menikah. Kekuatan ketokohan dan kepribadiannya mengundang simpati para perempuan saat itu, dan dalam rangka penyebaran dakwah Islam di tengah masyarakat, Jafar ADDARI menikahi tiga perempuan selama hayatnya, yaitu: pertama, Hj. Aminah, dikaruniai seorang anak bernama Gusti: kedua, Hj. Misna binti H. Zainuddin, juga dikaruniai seorang anak, bernama Hj. Aini: ketiga adalah Hj. Zahra asal Pangkalpinang dengan seorang anak bernama Hj. Kartini. 

Berbeda dengan kondisi keluarga umumnya di Bangka Selatan, Jafar termasuk anak yang terlahir dari keluarga yang sangat agamis. Didikan kedua orangtua dalam bidang ilmu agama menjadi pijakan bagi dirinya untuk tetap semangat dalam belajar. Ketekunan dalam belajar agama sejak kecil membedakan Ja'far dari anak-anak seusianya. Selain bimbingan orangtua di rumah dan pembelajaran Al Quran dan Tajwid serta praktik ibadah sehari-hari, Ja'far kecil belajar ilmu agama di bawah bimbingan para guru ngaji di desa bersama anak-anak sepantaran. 

Bila dilihat dari kondisi sosial politik dan keagamaan di Delas saat itu agak mustahil bagi para remaja untuk menempuh pendidikan agama di luar pulau. Namun tidak demikian berlaku bagi seorang Ja'far. Pengaruh didikan guru dan bimbingan orang tua di kampung kecil memberi motivasi tersendiri baginya untuk belajar mendalami agama. Siapa kemudian yang menginspirasi dirinya sehingga tergerak untuk studi keluar pulau, karena saat itu ia masih sangat remaja. Usia remaja adalah waktunya bermain, dan sedikit sekali yang fokus apalagi menekuni sebuah disiplin jlmu tertentu. 

Tepatnya, tahun 1925 dan ketika usianya menginjak 14 tahun, ia berangkat ke tanah suci untuk menuntut ilmu agama di Madrasah Darul Ulum Mekkah. 13 tahun menempuh pendidikan di Darul Ulum (dari tahun 1925 sampai dengan 1938) bukan waktu singkat dalam belajar ilmu agama. Tidak sedikit tentunya disiplin ilmu yang didalami sehingga meraih tingkat akademik ADDARI istilah yang dinisbatkan ke lulusan Perguruan Darul Ulum. Teman-teman seperjuangannya yang berasal dari Bangka ketika itu antara lain adalah KH. Abdullah ADDARI (Pulau Besar), KH. Mukhtar ADDARI (Pangkalpinang), KH. Muhammad ADDARI (Baturusa), KH. Usman Gofar ADDARI (Kemuja). Darul Ulum saat itu sudah menerapkan sistem klasikal dalam proses pembelajarannya, maka kemunculan beberapa sekolah Arab dan madrasah di Pulau Bangka hampir pasti terinspirasi pembentukannya dari pengalaman pendidikan model tersebut. 

Saat itu dan bahkan beberapa dekade sebelumnya, Cukup banyak orang-orang Bangka yang menunaikan ibadah haji di Kota Mekkah melalui laut dengan berbulan-bulan perjalanan. Namun tidak banyak yang menetap (naon) pasca ibadah tersebut. Tradisi naon identik dengan menetap lama bertahun-tahun dalam rangka mendalami ilmu agama tertentu kepada para guru atau syaikh. Bila kebesaran Sekolah Arab sebagai cikal bakal Pondok Pesantren Al-Islam Kemuja berkaitan erat dengan putra-putra daerah yang naon di Mekkah, akan tetapi tidak semua yang naon tersebut kemudian mengajar ngaji di sekolah Arab tersebut. Sebagian guru membuat pengajian sendiri di rumahnya, sedangkan para murid berdatangan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama. Menurut H. Abdussomad dalam sebuah dialog dengan KH. Ja'far ADDARI, bahwa tidak semua yang menetap bertahun-tahun mendalami ilmu agama dengan sungguh-sungguh. Sebagian lain ada yang bergeser dari ilmu-ilmu yang disyariatkan. Tasawuf yang tinggi secara falsafah keilmuan bisa jadi diajarkan oleh guru tertentu kepada murid tertentu yang bekal ilmu agamanya masih sangat dangkal sehingga membingungkan. Tidak dipungkiri bila ada yang menyebutnya ilmu hitam. 

Setelah naon (menetap) di Mekkah dalam rangka menuntut ilmu, Ja'far pulang ke kampung halaman di Bangka untuk mengamalkan dan mengajarkan ilmu yang telah diperoleh selama bertahun-tahun didalaminya. Desa Delas adalah titik awal dakwahnya, kemudian pindah ke Air Gegas karena alasan tertentu, dan menetap lama di desa tersebut sebelum akhirnya eksodus ke Pangkalpinang (1950-an sampai 1966). Suasana Airgegas membuatnya tertarik untuk berjuang---berdakwah secara lisan dan tulisan. Di desa tersebut, ia menulis beberapa buku tentang ilmu-ilmu dalam Agama Islam, seperti Fiqih, Tauhid dan Akhlak dengan menggunakan bahasa Arab Melayu dan metode Tanya jawab--beberapa karya yang sangat bermanfaat bagi keberlangsungan pemahaman Islam di kalangan masyarakat sesudahnya. 

Selain seorang da'i, KH. Ja'far ADDARI pernah mengabdi sebagai petugas Kantor Urusan Agama di Kecamatan Payung. Namun disayangkan, jabatan tersebut dilepaskannya, karena ia ingin menekuni bidang dakwahnya. Disamping berdakwah, kyai juga menekuni bidang pertanian dan perdagangan. Dengan situasi tersebut, dakwah Islam dapat ditopang dengan kekuatan dana yang bersumber dari dua aspek tersebut. Kekayaan tidak lalu menghalanginya untuk terus berdakwah di tengah masyarakat. Saat menetap di Air Gegas, sang guru dikenal sangat kaya: memiliki beberapa truk dan mobil, beberapa lahan kebun karet dan ladang ume di desa-desa sekitar serta toko. Disaat harus mengisi pengajian atau ceramah di desa-desa jauh, cukup banyak murid dan masyarakat yang menyertainya. Semuanya diangkut menggunakan beberapa kendaraan miliknya tersebut. KH Ja'far ADDARI selalu mengeluarkan bahan bakar dan konsumsi untuk setiap kegiatan pengajian tersebut.

Sebagai seorang da'i yang kompeten dan digemari masyarakat, ia mengajarkan ilmu di berbagai majelis dan forum pengajian. Tidak sedikit masyarakat yang mendalami ajarannya sehingga berturut turut mengundangnya. Jumlah murid pun bertambah. Diantara murid tersisa yang saat ini masih istiqomah dalam mengajarkan ilmu-ilmu yang telah dikontribusikan oleh KH. Ja'far ADDARI selama berada di Air Gegas adalah Ust. Abdussomad, H Romlan. H. Muhammad Nur, H. Erwin, Ust. Safirin, Ust. Sanik dan lain-lain. Hingga saat ini masih berjalan pengajian di rumah-rumah tentang ilmu-ilmu agama dalam kitab karangan sang kyai. Adapun murid-murid yang berasal dari luar Air Gegas adalah KH. Abdul Hamid Dawam, KH. Mas'ud Muhammad Nur, dan KH. Muhtar Yasin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun