SEKILAS TENTANG WANITA
By: Nayrus El Rayyan & Faatihah El Rayyan
"Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal."
(QS. Al-Hujurat: 13)
Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalehah
HR. Muslim
Wanita memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan ini, tak ada suatu apapun yang luput darinya, terlebih bagi laki-laki. Tak dapat dipungkiri bahwa peran vital kaum wanita bagi eksistensi dan kemajuan sebuiah peradaban sangat penting. Karenanya, tidak berlebihan jika sebuah ungkapanmenyebutkan, "Jika waita di suatu bangsa baik, maka baik pulalah sekluruh bangsa itu. Sebaliknya, jika hancur ia, hancur pulalah bangsa itu."
Banyak kalangan juga menyatakan bahwa wanita adalah setengah dari masyarakat, sehinga tidak selayaknya masyarakat tersebut mengabaikanya, mensterilakn, menganiaya, dan mengeliminir hak-hakya. Selain itu, wanita juga sangat memberikan pengaruh yang sangat signifikan, terutama terhadap keluarga, baik positif maupun negatif.
Sekian banyak kalngan, baik ulama, intelektual, tokoh pembaharu, da'I, dan pendidik telah menaruh perhatian yang demikian serius terhadap persoalan wanita. Mereka menyerukan agar memenuhi hak-haknya, memuliakannya, serta tidak bersikap aniaya, ataupun keras terhadap mereka (al-Qardhawi, 2006: 4).
Untuk sebuah wawasan, berikut akan diuraikan secara singkat kedudukan wanita pada masa pra Islam dan kedudukannya dalam Islam.
Wanita Pra Islam
Sebelum datangnya Islam, Arab pada waktu masa jahiliyah. Pada masa itu, bangsa Arab memiliki sejumlah karakter khusus dan terdapat karakter umum bagi masayarakat lainnya. Manusia melewati masa-masa diutusnya para rasul dan mendapat pelajaran dalam berbagai masa. Mereka (orang-orang Arab) dalam keadaan kesyirikan dan kekafiran yang nyata. Pada waktu itu, mayoritas wanita hidup dalam kesulitan, khususnya masyarakat Arab. Mereka membenci kehadiran bayi wanita dan menguburkannya hidup-hidup hingga mati di dalam tanah. Sebagian dibiarkan hidup, tetapi hidup dalam kenistaan dan kehinaan (al-Fauzan, 2010: 3).
Allah swt berfirman:
 "Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu." (QS. An-Nahl: 58-59)
Yang tragis, meski selamat dari penguburan itu, anak-anak perempuan itu tetap hidup dalam keadaan terhina. Dia tidak banyak hak atas warisan kerabatnya, walau hartanya melimpah, padahal ia dalam kefakiran serta sangat membutuhkannya. Mereka (orang jahiliyah) mengkhususkan warisan hanya bagi para lelaki, dan wanita tidak ada bagiannya.