Mohon tunggu...
Elok Ebrilyani
Elok Ebrilyani Mohon Tunggu... Lainnya - Human

Follow aja dulu siapa tau cocok.

Selanjutnya

Tutup

Money

Mahasiswa KKN 60 Universitas Jember Terapkan Manajemen Agribisnis pada Usahatani Sayur Semi Organik

18 Agustus 2020   20:20 Diperbarui: 18 Agustus 2020   20:22 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Pemeliharaan Tanaman

KKN Back to Village 2020 yang diprakarsai oleh Universitas Jember telah berlangsung selama enam minggu. KKN Back to Village 2020 merupakan program KKN dimana mahasiswa menjalankan program KKN di kampung halamannya. Program ini bertujuan agar mahasiswa merasakan bagaimana kondisi lapang dengan terjun langsung ke masyarakat. KKN Back to Village juga merupakan program terobosan Universitas Jember untuk terus menjalankan program KKN di tengah masa pandemi. Salah satu program kerja yang dijalankan dalam KKN Back to Village 2020 Unej adalah penerapan manajemen agribisnis pada usahatani sayur non kimia di Desa Pulosari Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.

            Penerapan manajemen agribisnis pada usahatani sayur non kimia di Desa Pulosari menyasar kelompok pemuda yang mulai melakukan pertanian non kimia dengan komoditas sayur-sayuran. Kelompok pemuda tersebut menyebut organisasi mereka dengan "InsyaAllah Tani". InsyaAllah Tani selain bergerak di bidang budidaya sayuran non kimia, juga sedang menggeluti budidaya ikan nila yang merupakan limpahan kegiatan usaha dari kepala desa setempat. Namun, pembudidayaan ini masih baru tahap penyiapan kolam, sehingga program kerja penerapan manajemen agribisnis hanya fokus pada budidaya sayur non kimia atau semi organik yang telah berlangsung selama enam bulan. Sasaran utama dalam program kerja manajemen agribisnis pada usahatani sayur non kimia di Desa Pulosari adalah Gibrellyn L. Stea biasa dipanggil Mas Ebin yang merupakan anggota kelompok InsyaAllah tani, tepatnya sebagai koordinator bidang budidaya sayuran.

            Awal mula kelompok InsyaAllah tani melakukan budidaya sayur organik adalah keinginan untuk menciptakan ketahanan pangan warga Desa Pulosari selama pandemi Covid-19. Pasar sempat ditutup oleh pemerindah daerah setempat, karena peningkatan angka positif Covid-19 cukup tajam di Kabupaten Tulungagung. Kelompok pemuda berinisiatif menanam sayur-mayur sebagai salah satu program antisipasi jika suatu saat kondisi semakin parah dan sayur-mayur susah dicari. Mulai dari kegiatan iseng, lama-kelamaan kelompok pemuda mengarahkan dan menginginkan usahatani tersebut dikelola secara profesional. Kegiatan budidaya sayur non kimia ini diarahkan untuk menjadi pertanian organik. Namun walaupun semua input produksi menggunakan organik tetapi karena masih ada residu pestisida dan pupuk anorganik di dalam tanah, maka sistem pertanian ini masih tergolong semi organik.

              Butuh waktu minimal dua tahun untuk menjadi benar-benar organik, demikian kata dosen pembimbing lapang, Ir. Sundahri, PGDip.Agr.Sc., M.P. yang sekaligus merupakan assesor pertanian organik nasional di bawah LSPPO Jakarta. Ebin selaku sasaran program ini berkata "Ya kita dari temen-temen pinginnya terus melanjutkan budidaya sayur non kimia ini mbak, maupun setelah masa pandemi Covid-19 berlalu. Cita-cita kami ingin menjadikan nama non kimia menjadi organik, meskipun kami tau prosesnya akan panjang."

            Budidaya sayur non kimia yang dilakukan kelompok pemuda memanfaatkan pekarangan rumah dan lahan kosong milik anggota dan warga yang boleh ditanami. Lahan yang tersebar di beberapa titik merupakan salah satu masalah bagi pengelolaan sayur non-kimia, "lahan yang ditanami tersebar mbak, sehingga kami sedikit kewalahan untuk fokus dan membagi tenaga kerja yang terbatas untuk mengurusnya." ungkap Mas Ebin dalam observasi awal KKN.

            Permasalahan lain yang sering dialami pada pengelolaan sayur non kimia yang diungkap sasaran adalah, kurangnya diversifikasi produk serta sering terjadi kelebihan dan/atau kekurangan produk. Sayur yang ditanam hanya kangkung dan sawi. Hal ini karena terbatasnya pengetahuan akan budidaya tanaman lain, mengingat tidak semua anggota kelompok sebelumnya adalah petani. Masalah lain adalah jika panen tiba menyebabkan penumpukan produk. Sayur merupakan produk pertanian memiliki sifat mudah rusak jika disimpan terlalu lama. Produk yang rusak tidak dapat dijual karena pembeli tidak mau. Hal ini menyebabkan kerugian bagi pemilik usaha. Sebaliknya, sasaran juga pernah mengalami kekurangan produk, ketika permintaan tinggi namun produk yang dihasilkan tidak mampu memenuhi permintaan pasar. Akibatnya, sasaran juga mengalami kerugian yaitu peluang yang seharusnya dapat dimanfaatkan menjadi terbuang sia-sia, sehingga profit yang dihasilkan tidak maksimal. Berdasarkan fenomena tersebut program penerapan manajemen agribisnis pada usahatani sayur non kimia di Desa Pulosari dipilih karena dianggap mampu menjawab berbagai masalah dalam pengelolaan usahatani sayur non kimia milik sasaran.

            Manajemen agribisnis membahas bagaimana menerapkan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengoordinasian, pengawasan, evaluasi dan pengendalian) dalam kegiatan usahatani agribisnis dari hulu hingga hilir. Penerapan manajemen yang tepat dapat mempermudah pengelolaan usaha, sehingga usaha dapat berjalan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuanya.

            Pertama, kegiatan yang dilakukan adalah perencanaan budidaya dengan pemilihan komoditas diversifikasi dan membuat jadwal penanaman dan perawatan lahan bersama sasaran. Komoditas diversifikasi yang dipilih oleh sasaran dengan mempertimbangkan minat konsumen sekitar adalah bungkul, seledri dan daun bawang. Pembuatan jadwal berguna agar kegiatan tetap sesuai dengan jalur dan mangatur perawatan antara lahan satu dengan lahan lain. jadwal ini juga berfungsi sebagai salah satu cara untuk menetapkan kapan sayur dapat dipanen. Tujuannya agar tidak terjadi penumpukan atau kekurangan produk ketika panen terjadi. kemudian dilakukan pengorganisasian tenaga kerja, dimana tenaga kerja dibagi untuk merawat lahan satu dengan yang lain, pembagian tenaga kerja juga dilakukan untuk membagi siapa saja yang fokus pada sayur non kima dan kolam ikan yang baru dirintis.

            Proses pelaksanaan penerapan manajemen budidaya pada awalnya berjalan seperti yang telah direncanakan. Namun memasuki minggu ke tiga mulai tidak sesuai dengan jadwal dan pengorganisasian yang telah dibuat. Masalah ini terjadi karena anggota kelompok pemuda memiliki pekerjaan utama yang berbeda-beda. Ketika seseorang harus bekerja dan tidak dapat fokus ke lahan maka akan diback up oleh anggota lain. Hal itu yang masih diterapkan hingga saat ini.

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun