Mohon tunggu...
Latatu Nandemar
Latatu Nandemar Mohon Tunggu... Relawan - lahir di Pandeglang Banten

Lahir di Pandeglang, Banten. seorang introvert yang bisa menjadi extrovert ketika situasi mengharuskan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

BLT, Antara Dicaci dan Dinanti

2 Februari 2023   19:09 Diperbarui: 2 Februari 2023   19:14 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Give a man a fish, feed him for a day. Teach a man fish, feed him for a lifetime"

dengan bahasa Inggris yang tingkat kefasihannya di bawah rata-rata dan gaya intelek yang sangat dipaksakan, Pak Mansyur, teman satu group ronda saya pada saat jadwal ronda mengucapkan itu dengan sangat penuh semangat.

"Jika kita memberikan seseorang ikan, maka kita sudah memberikan ikan untuk dimakan pada hari itu saja. Tetapi, jika kita memberikan seseorang pelajaran bagaimana cara menangkap ikan, maka kita sudah memberikan orang tersebut ikan untuk dimakan seumur hidupnya".

Dia menjelaskan terjemahan perumpamaan dari luar negeri sana kepada saya. Saya yang jauh lebih muda dari beliau hanya manggut-manggut meski saya sudah tahu apa arti dari perumpamaan tersebut. Beliau sedang mengungkapkan ketidak setujuan-nya terhadap pemerintahan saat ini yang dianggap terlalu memanjakan rakyat miskin dengan program-program BLT yang, menurutnya, sangat tidak mendidik.

Bantuan Langsung Tunai, atau biasa akrab di telinga maupun di lisan kita dengan sebutan BLT masih menjadi polemik di tengah-tengah masyarakat kita. Kehadirannya memang dianggap banyak membantu untuk sebagian masyarakat, tetapi juga dianggap membuat pola kehidupan pada masyarakat yang mendapatkan program ini malah berubah. Mereka jadi tidak lagi punya keinginan untuk bekerja, karena selalu mendapatkan uang pada periode tertentu secara teratur.

Sejak program ini dibuat di masa SBY dan JK, banjir kritikan banyak berhamburan ditujukan kepada mereka, terutama dari lawan politik yang kalah saing dalam kontestasi perpolitikan kala itu.

Tetapi, apa pun yang terjadi, bagaimana pun mereka menanggapi, pada kenyataannya program ini selalu menjadi program yang sukses untuk menjaring kembali suara-suara masyarakat agar tetap mendukung "juara bertahan" yang mencoba untuk maju kembali selama batas periode belum habis ketika hajatan besar lima tahunan pilpres diadakan.

Hal itu juga terlihat pada masa sekarang. Pemerintahan sekarang, yang dahulu menjadi opsisi pada masa SBY dan JK, adalah yang paling getol dan keras dalam mengkritik program BLT ini. Tetapi, kini ketika mereka menduduki pemerintahan karena hadir sebagai pemenang dalam perebutan kursi kepresidenan, mereka malah menggaungkan program yang dahulu sangat mereka tolak habis-habisan.

Dan itu seolah menjadi hukum karma bagi pemerintahan sekarang. Program BLT yang kini mereka jalankan pun, menjadi sasaran kritik habis-habisan yang dilemparkan oleh kaum oposisi dan juga pengikutnya. Seperti yang sekarang saya dengarkan dari Pak Mansyur ini, jika dilihat dari cara beliau menentang keberadaan program BLT ini, sepertinya beliau adalah pendukung fanatiknya kaum opsisi.

"Lihat itu sekarang-sekarang Pak 'Anu'". beliau kembali melanjutkan curhatannya tentang masalah BLT ini dengan menyebutkan nama tetangga saya yang lain yang kebagian program ini. "Sekarang kerjaannya setiap hari hanya mancing ikan di sungai bersama teman-temannya yang lain yang juga jadi penerima manfaat program pemerintah ini". Saya yang tadinya mengantuk menjadi sedikit terhibur dengan ucapan-ucapan beliau ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun