Mohon tunggu...
Elnado Legowo
Elnado Legowo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Kata-kata memiliki kekuatan untuk mengesankan pikiran tanpa menyempurnakan ketakutan dari kenyataan mereka. - Edgar Allan Poe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perumahan di Tanah Terkutuk - Part 1: Teror dari Perumahan Terbengkalai

14 September 2022   18:33 Diperbarui: 15 September 2022   11:16 1814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada bulan November tahun 2019, aku pindah ke Serpong setelah wisuda dan mendapat pekerjaan di sana. Namun secara tidak terduga, bahwa langkah ini akan mengantarku pada peristiwa yang tidak diinginkan, sehingga menciptakan luka saraf dan fisik yang kekal. Sekarang aku hanya bisa merenungkan peristiwa itu, dan berharap agar tidak jatuh ke dalam kegilaan abadi.
 
Aku membeli rumah di sebuah komplek perumahan, yang terletak di pinggiran Kecamatan Serpong dan dekat dengan Desa Gunung Sindur; jauh dari hiruk-pikuk; masih banyak lahan kosong; sunyi; serta lampu jalan yang masih sedikit jumlahnya. Di sana ada delapan cluster, tapi hanya tujuh yang beroperasi. Sedangkan rumah yang kubeli berada di cluster ketujuh, bernama Perumahan Mawar.
 
Rumahku terletak di tepi perumahan, dan menghadap ke cluster kedelapan -- bernama Perumahan Lili -- yang bertahun-tahun terbengkalai. Alhasil itu menjadi pemandang awal di setiap aku keluar rumah. Sebab jaraknya cukup dekat dari rumahku; hanya dipisah oleh tanaman soka jawa, beserta sebuah lahan kosong yang ditumbuhi alang-alang. Rasanya sangat ironi; jika tempat yang dikenal dengan komplek perumahan megah, ternyata masih ada perumahan yang terbengkalai.
 
Apabila mendengar cerita-cerita dari tetanggaku; Perumahan Lili dikenal sebagai tempat yang angker. Kepercayaan bodoh dan liar itu lahir saat proses pembangunan Perumahan Lili, yang terjadi sekitar 15 tahun sebelumnya. Tatkala banyak pekerja bangunan yang menghilang secara misterius -- jika ditemukan tapi sudah dalam keadaan hancur, dikunyah, dan dicakar -- hingga kesaksian akan serangkaian penampakan ganjil. Banyak pihak yang menuduh hewan liar sebagai pelakunya, namun tuduhan itu dengan cepat disanggah oleh warga setempat maupun penganalisis.
 
Sebab itu terdengar absurd, jika ada hewan liar pemangsa manusia yang berkeliaran di daerah padat penduduk. Penganalisis lebih meyakini, bahwa itu ulah dari seorang maniak. Tetapi warga sekitar dengan semangat menghubungkan kengerian itu dengan hal-hal mistik. Walhasil fenomena tersebut telah menghambat proses pembangunan Perumahan Lili selama lima tahun.
 
Sebetulnya pihak pengembang sudah menyadari kengerian tersebut. Namun mereka tetap bersikeras untuk melanjutkan proyek pembangunan, sekaligus menutup rapat kejadian-kejadian ganjil dari publik dan para pekerja bangunan baru; agar tidak makin menghambat proses pembangunan, serta menciptakan rumor yang merusak nilai jual perumahan tersebut. Selain itu, mereka juga memperketat keamanan; tapi teror masih terus berlanjut sampai pembangunan selesai.
 
Sesudah rampung, tempat itu dengan cepat dihuni oleh para warga yang mayoritas adalah pendatang dari Jakarta, dan mereka tidak tahu-menahu akan cerita yang menyelimuti perumahan tersebut. 

Akibatnya mereka semua dikejutkan oleh serangkaian fenomena menyeramkan. Di mana mereka sering melihat penampakan mengerikan; banyak hewan peliharaan yang hilang atau ditemukan terbunuh dalam keadaan tercabik-cabik; serangan tidak terduga terhadap beberapa warga, sehingga menciptakan luka gigitan dan cakaran yang tidak wajar; hingga kasus serangkaian orang hilang dan dibunuh secara beringas. Namun semua itu hanya terjadi di dalam Perumahan Lili.
 
Banyak dari mereka yang telah melapor ke polisi. Namun sangat disayangkan; polisi tidak menemukan petunjuk apapun yang memuaskan. Walhasil para warga Perumahan Lili mulai pindah secara bertahap. Hingga setahun kemudian, tempat itu jadi terbengkalai hingga sekarang.
 
****
 
Awalnya aku menganggap itu hanyalah cerita horor lokal yang sensasional. Namun di minggu kedua bulan November, sebuah kengerian muncul secara tidak terduga. Tatkala di malam hari yang diguyur hujan deras, aku sedang mengendarai mobil sendirian menuju ke rumah sehabis pulang kerja.
 
Ketika aku berada di dalam gang perumahanku, seketika ada sebuah bayangan putih yang melompat secara mengejutkan ke depan mobilku. Sontak aku jadi histeris dan langsung menginjak rem sedalam-dalamnya. Beruntung, mobilku berhasil berhenti sebelum menyentuh bayangan putih itu; sekaligus lampu depan mobilku secara langsung menyorotinya dengan saksama.
 
Di saat itulah, aku mendapati sebuah kengerian yang tidak dapat kupahami. Aku tidak memahaminya karena bayangan itu bukan milik tetanggaku ataupun jenis manusia, melainkan suatu wujud abnormalitas yang menghujat dari jurang paling dasar neraka; kengerian tanpa nama; berbentuk yang tidak bisa dipahami oleh akal sehat maupun kata-kata.
 
Aku bergidik ngeri selama menyaksikan pantulan yang samar -- akibat derasnya hujan -- dari bayangan putih tersebut. Sebelum akhirnya dia berlari dengan cepat ke arah perbatasan, lalu menghilang di dalam Perumahan Lili yang gelap. Aku hanya bisa menyaksikannya dari dalam mobil, sambil menggigil dan bergumam ngeri.
 
Tampaknya peristiwa itu telah mengguncang mentalku, sehingga mengakibatkan kerusakan saraf. Sudah beberapa hari telah berlalu dari peristiwa itu; tapi tubuhku masih terasa lemas dan geligis. Aku tidak dapat mengingat secara detail, bagaimana aku bisa tiba di rumah saat malam menyeramkan itu. Namun aku merasa yakin, bahwa aku telah bertemu dengan iblis penghuni Perumahan Lili.
 
Di tengah kegelisahan dan perenungan itu, seketika aku mendengar suara gaduh di luar rumah. Kalakian aku mengintip keluar jendela, dan melihat banyak dari tetanggaku yang tampak risau dan berbondong-bondong pergi ke rumah Pak RT. Lantas, secara spontan, aku keluar dan ikut membaur dengan mereka.
 
Setiba di rumah Pak RT; keadaan sangat kacau; banyak warga dengan kalut melaporkan kejadian-kejadian mengerikan semalam. Ada sekitar tiga hewan peliharaan -- dua ekor anjing dan seekor kucing -- yang ditemukan mati dalam keadaan tercabik-cabik dan tidak utuh; serangan tidak terduga -- oleh suatu yang tidak dikenal -- dan mengakibatkan luka cakaran serta gigitan yang dahsyat; hingga serangkaian penampakan bayangan putih. Itu semua sangat mirip dengan peristiwa yang dialami oleh para mantan penghuni Perumahan Lili.
 
Setelah mendengar keluhan dari para warga, lantas Pak RT segera mengadakan rapat darurat di balai warga; dan aku juga ikut bergabung. Di sanalah para warga mengeluarkan kesaksian dan aspirasi mereka; termasuk aku dengan kesaksian horor yang terjadi tempo hari. Banyak dari warga yang yakin, bahwa ini adalah ulah dari penghuni Perumahan Lili. Tetapi tidak sedikit juga warga yang skeptis dengan keyakinan itu, dan mayoritas adalah penghuni baru.
 
Awalnya para warga ingin melaporkan kejadian ini ke polisi. Namun setelah mengingat peristiwa sebelumnya, para warga memutuskan untuk menunda niat tersebut sampai berhasil menangkap si pelaku. Sesudah melalui diskusi serta perdebatan yang hebat dan lama, akhirnya para warga sepakat untuk mendatangi dan memeriksa Perumahan Lili. Jumlah warga yang ikut dalam eksplorasi ini ada delapan orang, dan itu sudah termasuk aku beserta Pak RT yang memimpin langsung.
 
Kemudian Pak RT membagi dua kelompok -- setiap kelompok berisi empat orang -- demi mempersingkat waktu penyelidikan. Sebab tidak ada yang ingin berlama-lama di sana. Walhasil aku sekelompok dengan warga yang bernama Heru, Adang, dan Bagyo. Lalu Pak RT menegaskan; bahwa kami harus tiba di pos satpam perbatasan sebelum jam enam sore. Dia juga menambahkan; jika salah satu dari kelompok menemukan sesuatu yang ganjil atau si pelaku, maka segeralah beri kabar, sinyal, atau -- jika memungkinkan -- segera ringkus. Setelah semua sudah siap, kami lekas pergi ke Perumahan Lili, saat hari itu juga.
 
****
 
Setiba di sana -- seperti yang telah direncanakan dan disetujui -- kami berpencar bersama kelompoknya masing-masing dan menelusuri tiap rumah maupun sudut tempat. Hal ini tidak pernah terbayangkan di dalam pikiran atau mimpiku. Bahwa aku akan menelusuri sebuah perumahan terbengkalai; serta memasuki tiap rumahnya yang dijamuri tumbuhan liar, warna dinding yang pudar, beberapa bagian yang roboh, kotor, banyak bekas vandalisme, dan hal-hal lainnya yang tidak menyenangkan untuk dideskripsikan.
 
Kami menjungkirbalikan setiap objek yang kami temukan; membunyikan kolam; merobohkan semak-semak; dan mengobrak-ngabrik tumbuhan liar. Kami melakukannya secara hati-hati dan penuh kewaskitaan. Namun dua di antara kami -- Adang dan Bagyo -- tampak sedikit santai saat melakukan penelusuran. Hal itu tidak mengherankan, karena mereka berdua adalah kelompok warga yang skeptis akan cerita horor Perumahan Lili. Sebetulnya aku tidak ingin mereka ikut, tapi para warga dan Pak RT mengundang mereka berdua secara khusus, karena kebugaran yang mereka miliki.
 
Lantas beberapa waktu kemudian, Adang dan Bagyo -- yang tampak bosan dan lelah -- memutuskan untuk kembali ke pos satpam perbatasan lebih awal. Sedangkan aku dan Heru masih melanjutkan pemeriksaan terhadap rumah-rumah yang bobrok di perumahan itu.
 
Setelah melakukan pemeriksaan yang panjang dan melelahkan, kami tidak mendapat apapun selain kekosongan dan kehancuran nyata pada perumahan itu sendiri. Bahkan hewan-hewan liarpun juga tidak ada di tempat itu, termasuk para tunawisma. Itu adalah fenomena yang tidak biasa. Walhasil aku dan Heru segera pergi menyusul Adang dan Bagyo di pos satpam perbatasan.
 
Setibanya di sana, kami tidak menemukan mereka berdua. Mulanya kami mengira mereka tidak sengaja bertemu dan bergabung dengan kelompok sebelah, yang beranggotakan Pak RT. Namun, selang beberapa waktu kemudian, kelompok Pak RT mulai terlihat dan berdatangan; tapi kami masih tidak mendapati Adang dan Bagyo.
 
Sempat terjadi kecemasan di antara kami, tapi itu berhasil dipadamkan dengan pikiran positif Pak RT, yang meyakini bahwa mereka berdua sudah pulang lebih awal. Alhasil kami semua kembali ke rumah masing-masing, dengan tangan kosong dan kelelahan tanpa arti. Selama di perjalanan, tidak sedikit dari kami yang mulai meragukan cerita horor lokal tentang Perumahan Lili.
 
****
 
Pada keesokan pagi, secara mendadak aku dapat pesan dari Pak RT untuk datang ke rumahnya setelah magrib, karena ada perihal yang ingin dia tanyakan kepadaku dan Heru. Pesan itu membuatku gelisah dan terus memikirkan alasan dari pemanggilan tersebut. Tetapi aku menduga kuat, bahwa itu pasti berkaitan dengan Adang dan Bagyo.
 
Ketika waktu yang ditentukan tiba, aku bersama Heru segera mendatangi rumah Pak RT. Di sana kami langsung ditanyai secara mendetail tentang eksistensi terakhir dari Adang dan Bagyo. Sebab mereka berdua tidak ada di rumahnya masing-masing. Bahkan tidak ada satupun warga yang melihat mereka berkeliaran di perumahan. Lantas kami menceritakan berdasarkan sepengetahuan yang kami punya. Walhasil Pak RT menduga bahwa mereka berdua sebenarnya belum kembali dari Perumahan Lili.
 
Kalakian Pak RT mulai mengatur waktu untuk kembali ke Perumahan Lili -- demi mencari Adang dan Bagyo -- dan dia juga meminta kami berdua untuk ikut. Karena kami berdualah yang sekelompok dengan mereka. Tiba-tiba terdengar suara keributan dari arah luar dan berujung pada jeritan yang menggilakan. Sontak kami segera keluar untuk memeriksa keadaan, dan mendapati sebuah pemandangan yang tidak mungkin bisa dilupakan begitu saja.
 
Tampak seorang tetangga Pak RT yang tergeletak tak bernyawa di halaman depan rumahnya, dan setengah kelapanya terkunyah sekaligus dicungkil hingga tidak ada lagi wajah. Sedangkan istrinya terkapar sekarat -- tidak jauh dari tubuh suaminya -- sambil menahan arus darah dari luka cakar yang biadab di lengannya, dan masih menjerit rancu meminta tolong. Jeritannya itu juga mengundang tetangga lain, untuk ikut keluar dan menyaksikan kengerian yang tidak terucap. Lantas Pak RT meminta kami untuk segera mengevakuasi perempuan itu ke balai warga.
 
Saat aku dan Heru berusaha mengevakuasi perempuan itu; secara terbata-bata dan lemas, dia mengatakan bahwa putranya yang berusia delapan tahun telah dibawa pergi oleh sosok yang menakutkan. Pernyataan itu membuat kami tercengang bukan main. Lalu terdengar kembali serangkaian suara teriakan lainnya, dari beberapa arah yang berbeda, sehingga mewarnai malam dengan kekacauan fantastis.
 
Lalu di waktu yang singkat, mataku menangkap dari jauh sesosok bayangan putih yang sedang membawa seorang gadis kecil, dan berlari kencang menuju ke perbatasan. Sedangkan di belakangnya terdapat seorang warga yang mengejar bayangan putih itu. Saat melihat adegan tersebut, secara impulsif aku langsung ikut mengejarnya.
 
Tetapi nahas, saat tiba di perbatasan, kami kehilangan jejak bayangan putih itu. Warga yang mengejarnya merasa yakin dan bersikeras untuk melakukan pengejaran, menembus perbatasan ke Perumahan Lili. Sebab anak kecil yang dibawa oleh bayangan putih itu adalah putrinya. Warga itu juga memperkenalkan diri sebagai Jester.
 
Setelah mendengar alasan tersebut, akhirnya kami sepakat untuk melakukan pengejaran ke Perumahan Lili. Namun sebelum kami menerobos tanaman soka jawa, ada suara yang memanggil kami. Ternyata itu adalah Pak RT dan Heru. Mereka juga ingin bergabung, karena beberapa alasan yang mengejutkan.
 
Ternyata ada serangkaian penyerangan terhadap lima rumah warga, sehingga mengakibatkan enam korban luka fisik; tiga orang terbunuh; penculikan tiga anak kecil; dan salah seekor anjing terbunuh saat melindungi majikannya. Maka dari itulah, Pak RT bersama Heru berinisiatif membantu menyelamatkan anak-anak yang diculik, sekaligus mencari Adang dan Bagyo.
 
Pak RT juga sempat mengajak beberapa warga, tapi ditolak karena mereka terlalu takut untuk bergabung. Maka sebelum pergi menyusul kami, Pak RT terlebih dulu memanggil polisi. Lalu meminta para warga untuk berlindung dan berjaga di dalam rumah, sambil menunggu polisi tiba. Sedangkan para warga yang terluka, mereka sudah diamankan ke balai warga untuk dirawat, sebelum dipindahkan ke rumah sakit terdekat. Arkian, kami berempat lekas bersatu dan memasuki Perumahan Lili.
 
Bersambung ke Part 2

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun