Mohon tunggu...
Elmi Safridati
Elmi Safridati Mohon Tunggu... Guru - Guru
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan menorehkan sesuatu di medsos menjadi salah satu kesibukan saat ini, walaupun masih dalam tahap belajar. Semoga semuanya bermanfaat. Terima kasih untuk Omjay dan semua guru yang telah mengajarkan ku, semoga ilmu yang sudah diajarkan, berbalas pahala. aamiin...

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tanah Kuning Pekuburan

27 September 2022   13:53 Diperbarui: 27 September 2022   14:15 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanah kuning pekuburan

Setelah nyawa berpisah dari badan, tak ada kata selain innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. Dari Allah kita datang dan kepada Allah kita berpulang. 

Pada hari ini hati terasa gamang, berpisah dengan orang yang paling disayang. Selama ini bersenda gurau. Delapan puluh dua tahun namanya menggaung dimuka bumi ini.

Menorehkan berbagai kisah dan banyak cerita. Dalam suka dan duka bergelut indah. Kasih sayangnya sangatlah dalam. Ada sesuatu yang matang dibatang, maka dia dengan langkah yang tertatih datang mengantar ke rumah. Dengan penuh ikhlas dan senyum merekah memberikan barang itu kepada kami semua. 

Bagaimana hari ini tidak akan berurai air mata. Ketika melihat kain putih sudah membungkus tubuhnya. Suaranya tak bakal pernah didengar lagi. Karena sudah digantikan oleh suara ambulance yang meraung sampai kelangit. Menakutkan hati semua pelayat yang datang.

Pak Herman kumis nama kakek ini. Sangat melekat dihati semua cucu dan sahabat-sahabatnya. Tua muda semua bersahabat dengannya. Termasuk saya yang tiada pernah kenal tapi begitu sudah mengenalnya tak bisa lupa sampai hari ini.

Dia orangnya penyayang. Tidak pandang siapapun kita. Tidak ada membedakan orang. Mau tua, muda, pemulung atau para jamaah semua sahabatnya. semua diajak bercanda seakan tiada beban hidup yang mendera. Baginya dunia ini adalah tempat mencari sahabat, mana tau doanya nanti menjadi berkat. Inilah yang sering terlontar dari mulutnya yang berkumis lebat.

Namun hari ini semua tinggal kenangan. Tanah kuning telah dicangkul. Badan kurus tinggal tulang sekarang tidur sendiri ditempat yang sunyi dan lobang yang gelap itu. Tiga tanah sudah dikepal. Sebagai bantal penopang badan. Kekiblat muka diaarahkan. Dengan azan dunia dilepaskan. 

Dahulu lahir disambut azan. Sekaramg mati dilepas kembali dengan suara azan. Berlinang air mata anaknya mengumandangkan. Inilah anak yang shaleh yang telah mengantarkan Abaknya keharibaan ilahi Rabbi.

Selamat jalan kakek. Semoga kakek termasuk salah satu orang yang dirindukan oleh syurganya Allah. Inilah kampung kita yang sesungguhnya. Kakek cuma pulang dahulu dari kami. Semua kami nanti akan menyusul. 

Semoga kelak kita bisa lagi berjumpa dan berkumpul bersama di alam barzah. Aamiin ya rabbal'alamiin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun