Beberapa hari ini disepanjang jalan saya melihat kibaran bendera merah putih melambai kian kemari. Â Melambangkan betapa rakyat Indonesia dengan riang dan gembira memperingati hari kemerdekaan yang telah 77 tahun lamanya bergema di bumi Nusantara ini.
Mulai dari sepeda motor, becak, mobil bahkan di kepala, muka dan ditangan pun ada bendera merah putih. Ini melambangkan betapa rakyat Indonesia mencintai kemerdekaan yang telah direbut oleh para pejuang bangsa.
Dimana-mana terdengar riak riuh kemeriahan dalam perayaan HUT RI tahun ini. Ada berbagai perlombaan yang diadakan sesuai dengan tingkatan umur para pesertanya. Semua ini dilakukan adalah untuk mengingat sejarah 77 tahun yang silam.
Sejarah kelam berdarah-darah. Sejarah dentuman bom dan tembakan senjata. Sejarah para rakyat dibantai dimana-mana. Sejarah para rakyat dirantai, di paksa untuk bekerja.Â
Menembus sebuah lobang sampai ke bukit. Sejarah dimana rakyat menderita kelaparan. Berbalut tulang tanpa daging. Sejarah dimana rakyat ditembak mati bergelimpangan. Sejarah dimana rakyat berjuang dengan bambu runcing tanpa pedang dan senapan.
Betapa kompaknya engkau wahai para pejuang. Betapa tulusnya hatimu demi bangsa dan tanah air. Darah engkau tumpahkan. Tulang engkau jadikan saksi bisu perjuangamu.
Kami rakyat Indonesia hari ini tidak pernah melupakan semua itu. Darahmu hidup ditubuh kami. Semangatmu mengalir dijantung hati kami. Tumbuh dan berkembang sepanjang zaman. Makam pahlawan sebagai saksi perjuangan mu begitu sakit.
Berbagai tgu dan prasasti perjuangan engkau tinggalkan di bumi Pertiwi ini. Kami tidak akan pernah lupa itu. Walau engkau telah gugur wahai pahlawanku. Walau engkau telah tiada bertahun-tahun yang lalu. Namun engkau masih hidup dihati kami. Engkau tidak pernah mati.
Tidak ikut berjuang bukan bukan berati lemah. Tidak ikut berjuang bukan berati lupa. Akan tetapi perjuangan itu sangat berati bagi generasi bangsa saat ini. Merah putih melambangkan merah darahku putih tulangku. Inilah ketulusan dan keikhlasan yang terpatri dalam keberanian.