Mohon tunggu...
Elmi Safridati
Elmi Safridati Mohon Tunggu... Guru - Guru
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan menorehkan sesuatu di medsos menjadi salah satu kesibukan saat ini, walaupun masih dalam tahap belajar. Semoga semuanya bermanfaat. Terima kasih untuk Omjay dan semua guru yang telah mengajarkan ku, semoga ilmu yang sudah diajarkan, berbalas pahala. aamiin...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sabar yang Tak Berujung

13 Agustus 2022   09:47 Diperbarui: 13 Agustus 2022   10:15 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebahagiaan seorang ibu adalah ketika anak-anaknya jadi anak yang shaleh dan shalehah. Patuh kepada guru dan orang tuanya adalah suatu kebahagiaan yang tiada tara bagi kedua orang tua si anak. Seperti halnya pagi ini. Saya mengirim fhoto seorang anak kepada ibunya. Yang biasanya anak ini tidak pernah patuh kepada gurunya. Bahkan anak ini dahulu sebelum pindah ke sekolah kami, malah dia sering tidak masuk sekolah.

Alhamdulillah setelah berada di sekolah kami, perlahan-lahan sikapnya berubah. Kehadirannya ke sekolah semakin rajin. Bahkan untuk literasi Al-Qur'an setiap hari dia malah yang meminta untuk maju duluan tanpa di panggil. Melihat perubahan sikapnya ini, saya tertarik untuk lebih awal menyampaiakan kepada orang tuanya. Biasanya hal ini kami sampaikan juga kepada semua orang tua, terutama anak-anak pindahan. Hal itu biasanya kami sampaikan setelah satu bulan anak berada di sekolah kami.

Akan tetapi lain halnya dengan anak ini. Anak ini baru berada sekitar dua Minggu di sekolah kami, Alhamdulillah sudah menunjukkan perkembangan dan pertumbuhan sikap yang luar biasa. "Apa yang menyebabkan ini terjadi", kata orang tuanya.

"Ibu apain anak saya kok bisa langsung patuh seperti itu, sementara dahulu waktu sekolah di negeri malah dia sering membangkang kepada gurunya dan tidak mau melakukan apa-apa kalau diminta sama gurunya", kata orang tua si anak.

Saya cuma bilang, "anak ibu sudah jadi bahagian dari hidup saya, sekarang dia sudah jadi anak saya. Anak kami semua di Muhammadiyah. Setiap hari saya dan guru-guru lainnya berusaha menasehatinya, membimbingnya dengan hati yang ikhlas, sehingga mereka mau mengikuti apa yang kami bilang. Saya ibaratkan anak-anak kita itu seperti batu. Sekeras apapun mereka maka jika ditetesin air terus menerus insyaallah akan berbekas juga itu batu. Akan ada lobang dibatu itu, walaupun hanya lobang kecil. Akan tetapi itulah yang akan jadi bukti bahwa dia sudah bisa di dididik dan lambat laun batu yang keras itu akan bisahancur karena tetesan air".

Ibunya menangis dan sangat terharu mendengar penjelasan saya. "Semoga anak saya jadi anak shaleh ya Bun, terimaksih banyak atas kesabaran ibu dalam mendidik anak saya", kata ibunya dari luar sana.

"Ya, doa ibu adalah pembuka hijab yang ada pada anak ibu. Kami di sekolah akan terus berusaha untuk membentuk, membina, membimbing mereka semua ke jalan yang benar. Semoga ibu juga sabar dalam mendoakan anak ibu setiap hari", saya bilang begitu. "Karena keridhaan Allah itu tergantung dengan ridhanya kedua orang tua, jadi ridhai anak ibu setiap hari ya". Kata saya. "Baik Bu", kata orang tuanya.

Di smp Muhammadiyah Kandis, hampir setiap tahun, kami memang kebagian mendidik anak-anak yang luar biasa. Luar biasa dalam sikapnya, luar biasa dalam cara belajarnya, luar biasa dalam bahasanya. Ibarat jeruk semuanya sudah berulat. Mereka dijangkiti ulat di sekolah-sekolah asalnya. Baik itu di sekolah negeri maupun di sekolah swasta, ( entah itu dari pesantren, Mts, atau SMP swasta lainnya).

Setelah mereka pindah ke SMP Muhammadiyah. Di Muhammadiyah mereka kami bina kembali dengan baik. Susah,..betul,... susah sekali. Capek...jangan tanya. Kita bekerja lahir dan batin. Apalagi ketika berhadapan dengan anak-anak yang mulutnya ampun...kadang semua kebun binatang keluar dari mulutnya itu. Apalagi ketika ada anak yang sangat sensitif, yang diganggu sedikit saja sama temannya, bahasa kebun binatangnya itu keluar. Lalu apakah anak ini akan dicampakkan lagi karena bahasanya itu. Tentu saja tidak.

Malah terkadang mereka melawan guru. Sakit...iya. Jelas sekali itu sangat sakit, ketika ada anak-anak kita yang berbuat seperti itu. Lalu apakah akan dibinasakan anak-anak ini. Tentu saja tidak. Kesabaran dan keikhlasan harus dipukuk terus di hati guru. Susah...jelas, sangat susah. Tidak semua guru yang ada di dunia ini bisa melakuaknnya. Belajarnya tiada tempat dan harus terus setiap hari. Belajar sabar, belajar ikhlas. Itulah yang selalu kami lakukan diMuhammadiyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun