Di balik pepohonan tinggi. Tersembunyi dalam alam yang sunyi. Ada kisah sedih yang tak terucapkan. Tentang hidup yang tak lagi saling menghormati.
Di bawah sinar mentari yang cerah. Terlihat tanda-tanda kerusakan yang nyata. Bangunan menjulang tinggi membanggakan. Namun tak ada secercah kebaikan yang tumbuh di dalamnya.
Ketika hidup tak lagi saling menghargai. Hanya ada keegoisan yang berkobar. Merebut dan mencuri hak orang lain. Tanpa rasa malu dan belas kasihan.
Sesama manusia lupa saling menyapa. Di depan layar gadget semua terpaku. Tak ada tawa dan senyuman yang tulus. Hanya gelombang suara yang hilang tanpa jejak.
Bahkan dalam keluarga yang harusnya penuh kasih. Terjadi perpecahan dan pertengkaran yang sia-sia. Keributan dan kebencian menguasai suasana. Lupa bahwa keluarga adalah komunitas terdekat yang penuh kehangatan.
Kelompok yang seharusnya bersatu. Terjojol dalam perang saudara tanpa arah yang pasti. Mereka enggan mendengar suara hati nurani. Hanya peduli dengan kepentingan diri sendiri.
Ketika hidup tak lagi saling mempedulikan. Kehancuran akan terus berjalan. Tiada perdamaian yang akan bertamu. Hanya kehampaan dan ketidakbahagiaanlah yang tersisa.
Namun mari kita buka mata, hati, dan pikiran. Hidup ini begitu berharga untuk disia-siakan. Saling hormat dan menghargai adalah langkah awal. Menuju dunia yang dipenuhi dengan. cinta dan kedamaian.
Mari kita saling mendengarkan dan berbicara. Tanpa membenci dan menghakimi antara sesama. Percaya bahwa setiap manusia memiliki nilai. Yang patut dihargai dan dihormati.
Bersama, mari kita wujudkan kehidupan yang lebih baik. Dengan saling merangkul dan memaafkan. Hidup yang penuh dengan cinta dan kebahagiaan. Karena setiap manusia adalah saudara yang tak terpisahkan.