Mohon tunggu...
Elmi Safridati
Elmi Safridati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis adalah hobi yang tak bisa dipungkiri. Semoga apa yang tertulis bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Renungan di Malam Sunyi

2 Maret 2023   02:57 Diperbarui: 2 Maret 2023   03:15 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat dunia masih dipegang. Saat dunia masih dalam genggaman. Saat tulang belulang masih kuat dan belum layu. Mari tafakur sejenak mengingat tempat kita kembali pulang

Tempat kembali yang abadi. Ketika badan sudah terkulai lemah, dan rebah tak berdaya. Ketika mulut sudah terkunci rapat. Ketika badan tak lagi bisa apa-apa

Mari kita bayangkan. Ketika tubuh kita ini sudah terbungkus kain putih. Di pikul dalam keadaan terbujur kaku di atas keranda. Dimandikan, di kafankan, dishalatkan. 

Dimana badan akan dihantarkan ke lubang sempit yang gelap gulita. Ditinggal di dalam tanah sendirian. Dihimpit tanah tak bertuan. Tergelung badan tanpa teman. Hanya berteman kesunyian

Sendiri dalam pembaringan. Apakah yang sudah diri persiapkan. Untuk teman di alam sana. Teman di dunia tiada yang mau ikut. Sesayang apapaun dia. Jangan kan sahabat. Istri, atau suami. Anak-anak ataupun saudara. 

Bahkan orang tua kandung tak akan mau menemani kita. Walau hanya sekejap saja. Setelah badan di kuburkan, sendirian dihimpit tanah. Mereka kembali pulang ke rumah. Badan ditinggal sendirian di sana. Tu' pertanggungjawaban semua perbuatan selama di dunia

Sebesar biji bayam pun tak dapat dielakkan. Tak ada yang bisa disembunyikan. Semua telah dicatat. Tak ada yang ketinggalan. Oleh dua orang malaikat. Yang selalu ikuti kita setiap saat

Ke mana saja dalam hidup ini. Walau tak tampak namun dia memang ada. Itulah namanya alam gaib. Yang tak kasat mata. Dia ada di bahu kanan dan juga bahu kiri kita. Malaikat Raqib dan Atid namanya

Jika nasib kita baik, banyak amal yang di bawa pulang, malaikat Ridwan sudah menunggu di pintu surga. Namun jika nasib kita malang, berat dosa dari pahala. Maka malaikat Malik sudah menanti di pintu neraka. Mau kita pilih yang mana, janganlah kita lupa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun