Mohon tunggu...
Elmi Safridati
Elmi Safridati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis adalah hobi yang tak bisa dipungkiri. Semoga apa yang tertulis bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Puisi Antah Barantah

27 Januari 2023   17:46 Diperbarui: 27 Januari 2023   17:59 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Setiap hari aku menulis. Setiap hari pula aku membaca. Semakin ke sini aku merasa apa yang aku tulis semakin tak jelas. Lebih tepatnya puisiku, puisi Antah Barantah.

Kata orang Minang itu puisi tak jelas. Mana ujung mana pangkalnya. Puisi orang tak tahu bahasa boleh dibilang juga begitu. Aku semakin mengerti bahwa menulis puisi ini memang tidaklah mudah.

Tapi bagi ahlinya seperti Ayah Tuah, pak Bams, Mas Kate, Pak Evrid, Pak Dr. Nugroho, dan para penyair lainnya yang tak bisa aku sebut satu persatu, sepertinya menulis puisi itu gampang sekali. Seperti air mengalir dan laksana makan kerupuk. Lancar dan bisa-bisa bikin aku menangis.

Terkadang aku juga tertawa, dan senyum-senyum sendiri dengan tulisan yang luar biasa yang mereka tulis. Contohnya sore ini aku menangis dengan puisinya pak Evrid tentang ibu, dan aku tertawa membaca tulisannya Ayah Tuah yang judulnya ada tulisan "Nganu" di dalamnya. 

Tapi tulisannya ayah, betul-betul jelas. Aku merasa bahwa yang dinasehati sama Ayah Tuah adalah aku. Rasanya kepalaku dijitak sama Ayah Tuah. Tapi aku senang, mataku jadi semakin terbuka. Hingga petuahnya Ayah Tuah ni, harus diingat dan dilakukan begitu. 

Terima kasih banyak Ayah Tuah, Mas Kate dengan Omong Kosongnya, tapi selalu ada kata-kata baru, Pak Evrid dengan tulisannya yang sangat luar biasa, Pak Bams dengan puisinya yang singkat padat dan selalu bermanfaat, Pak Dr. Nugroho yang luar biasa dengan syairnya, ayah Horasku yang luar biasa. 

Sebenarnya banyak sekali tulisan-tulisan sahabat kompasianers yang luar biasa, tapi tak bisa aku tuliskan nama-namanya, mohon maaf ya. Aku selalu membaca tulisan demi tulisan itu. Karena aku suka puisi bukan berati cerpen dan lainnya tidak aku baca. Tulisan Oma dan Opa, Omjay, kakek Merza,Mas Andri, dan lain-lain juga sangat luar biasa.

Intinya pesan Ayah Tuah sama seperti pesannya Omjay guru kita semua. Kita harus banyak membaca agar kosa kata semakin banyak dan tidak itu-itu saja sehingga akan lahir tulisan yang bervariasi. 

Wahai diriku dengarlah pituah itu ya, agar tulisanmu tak hanya tulisan antah barantah yang tak jelas. Paham kan diriku. Ini untuk aku sahabatku. Aku lagi marah sama diriku sendiri. Dan aku ingin sekali jadi penulis hebat seperti mereka yang tulisannya itu tak puas dibaca sampai tulisannya itu dicari dan dirindukan banyak orang. Ya aku ingin seperti itu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun