Heterogennya penduduk Kecamatan Kandis membuat pelestarian kesenian masing-masing daerah tetap terjaga dengan baik. Walaupun di sini adalah bumi Melayu yang kental dengan adat melayunya, namun tidak menghambat bagi suku daerah lain untuk tetap menampilkan kesenian budaya tradisionalnya.
Misalnya pada acara-acara pesta pernikahan, syukuran akikahan dan acara lainnya. Seperti yang sering saya saksikan pada lingkungan saya. Misalnya pada acara pesta pernikahan, pihak laki-lakinya suku Melayu, kemudian pihak perempuannya suku Jawa, maka pada acara pernikahan itu sering sekali ditampilkan kesenian kuda kepangnya.Â
Kesenian ini akan semakin mengundang banyak orang, yang membuat acara pesta semakin ramai. Bisa saja pagi harinya acara marhaban, siangnya dihibur dengan orgen, dan malamnya dihibur lagi sama kesenian kuda kepang.
Nah ini semua menandakan betapa heterogennya penduduk Riau, terkhusus yang saya saksikan di kecamatan Kandis. Lalu bagaimana kalau suku kita Batak yang pesta? Apakah orang muslim diundang juga?
Eh, jangan salah lho. Semua diundang. Makanannya menyesuaikan dengan agama masing-masing. Untuk undangan yang Muslim, maka akan disediakan nasi kotak, yang didatangkan dari rumah makan muslim. Nah, indah bukan?
Lalu bagaimana dengan hiburannya? Hiburannya ya tersedia, biasanya pagi khusus acara adat Batak yang dilaksanakan, acara ini sangat indah untuk disaksikan bersama, kemudian siangnya acara monortor, dari daerah Batak juga, acara ini kadang malah berlanjut sampai malam. Kemudian hiburan lainnya juga tersedia. Semua ini adalah untuk memanjakan telinga para undangan yang berdatangan.Â
Kalau suku Minang yang mengadakan acara pesta, biasanya hiburan yang tersedia adalah orgen aja sampai acara selesai. Biasanya pagi sampai siang tampilan lagunya adalah lagu-lagu slow. Nah, kalau malam barulah lagunya yang agak meriah. Seperti dangdut dan lainnya. Cara penyajian makanan dan penyambutan tamu biasanya tidak jauh berbeda dengan acara pesta pada umumnya.